"Amelia. Please be mine."
Mendengar ungkapan yang sangat mengejutkan, tiba-tiba jantung berdebar kencang. Wajahnya semakin memerah lalu cepat-cepat menundukkan kepalanya. Seakan semua seperti khayalan dan bukanlah sebuah kenyataan yang sedang dihadapinya saat ini. Bagaimana tidak, mereka Arya dan Amelia sudah menjadi teman kecil, bahkan satu sama lain tak pernah mengungkapkan perasaan cinta sama sekali.
Di lain sisi Arya masih mempertahankan senyumannya, menunggu jawaban dari Amelia. Sejujurnya ia tak terlalu berharap teman kecilnya memberikan jawaban sekarang. Sudah menjalin hubungan cukup lama dan tiba-tiba salah satu menyatakan perasaannya, sudah pasti salah satunya pula memikirkan jawaban yang sekiranya bukan jawaban berdasarkan logikan, melainkan soal perasaan.
Arya juga sudah mempersiapkan kemungkinan terburuk ketika Amelia menolaknya mentah-mentah. Ia sudah membulatkan tekadnya meski tak bisa memilikinya, Arya tak mau kehilangan Amelia untuk kedua kalinya. Sebab itu hanya semakin memperburuk kondisi hatinya setelah cukup lama tersakiti dan kini perlahan pulih berkat inisiatif Amelia belakangan ini yang sering menghubunginya.
Sudah lebih dari satu menit Arya menatap Amelia dengan senyum yang perlahan pudar. Mempertahankan senyuman itu bukanlah hal mudah ketika tak ada kepastian dari gadis itu. Cuaca malam saat ini benar-benar sedikit bertentangan dengan keinginannya. Walau mereka masih melihat bulan tepat di atas mereka, namun siapa sangka terpaan angin cukup membuat mereka kedinginan hingga akhirnya Arya dengan niat positif semakin mendekati Amelia, berharap mendapat kehangatan lebih.
Arya menyesal tak bisa belajar dari kejadian sebelumnya, di mana teman-temannya sempat sakit berkat dirinya yang memutuskan melatih mereka di tempat terbuka seperti sekarang. Namun menurut Arya saat ini, hanya tempat ini yang cocok untuk mengungkapkan perasaannya pada Amelia. Tidak terlalu sunyi dan sepi, tidak terlalu banyak orang, dan mereka yang berada di taman ini juga tak mempedulikan lingkungann sekitar mereka sebab saling bertatapan dengan pasangan masing-masing.
Ia berharap teman kecil di sampingnya tak mengalami penyakit yang sama seperti beberapa temannya. Arya menggenggam kedua tangannya sendiri sembari menundukkan kepalanya. Entah mengapa firasatnya mengatakan kalau dirinya akan ditolak oleh Amelia. Bagaimana tidak, sudah 5 menit berlalu tapi Amelia masih menundukkan kepala dan menyembunyikan wajahnya.
Arya tak tahu seperti apa ekspresi Amelia sekarang. 'Apa jangan-jangan dia tertidur? Ini enggak lucu kalau benar-benar terjadi,' pikir Arya dalam hati. Setelah beberapa momen, tiba-tiba suara gadis yang sangat ia kenali memanggil namanya. Spontan Arya mengangkat kepala dan memandangnya dengan tatapan yang tak bisa digambarkan. Semua perasaannya campur aduk saat ini.
Meski begitu ketika melihat wajah Amelia yang berseri di bawah lampu taman, Arya tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Ia sekilas terpesona dengan wajah cantiknya seakan Amelia turun langit dan dikhususkan untuknya. Tak ingin pikirannya kemana-mana, Arya menggeleng cepat dan menyahut.
"Apa kau tertidur tadi? Kau sudah mendiamkanku selama 5 menit?" tanya Arya memastikan. Tentu ia tak bermaksud bersenda gurau sebab dirinya benar-benar kebingungan dan tak tahu harus seperti apa ketika didiamkan.
Amelia menggeleng pelan lalu mengusap matanya. Arya kebingungan sedangkan tak ada sesuatu di dekat matanya, kecuali bulu mata yang sangat indah dan tak begitu lebat.
"Kau menangis, Mel?"
Amelia kembali melakukan hal sama. "Aku tak menangis, Arya. Aku hanya…" Amelia memotong kalimat sendiri, seakan sedang mencari kata-kata yang tak menyakiti perasaan Arya.
"Aku tak tahu apa yang sedang kau pikirkan. Jika ungkapanku tadi membuatmu bingung dan terus memikirkan hal yang tak semestinya, aku minta maaf. Aku juga tak mau teman kecilku yang sangat aku banggakan merasa bimbang seperti ini. Kalau begitu, kita pulang…"
"Tunggu!" teriak Amelia sembari menarik tangan Arya yang sudah bangkit dan bersiap-siap meninggalkan taman. Kemudian Amelia menyuruhnya duduk kembali dan kali ini jarak mereka sangat dekat seakan tak ada jarak sama sekali walau belum bersentuhan. "Tunggu. Kenapa kau mengakhirinya begitu saja sedangkan aku belum mengatakan apapun."
"Tapi kau jadi sangat pendiam setelah aku mengungkapkan perasaanku. Aku tak ingin ketika kita bertemu merasa canggung setelah malam ini berakhir."
"Maafkan aku. Aku sedang berpikir tadi. Sebab ini pertama kalinya aku mengalami hal ini."
'Pertama kalinya? Berarti sejauh ini belum ada satupun laki-laki yang mencoba mendekatinya?' gumam Arya dalam hati, sejenak ragu. Entah apa yang dikatakan Amelia benar atau tidak, nampaknya mustahil kalau tak ada laki-laki yang berusaha menjadikan Amelia sebagai pacarnya. Tapi di lain sisi Arya tiba-tiba merasa tenang ketika gadis itu mengatakan suatu informasi yang masih dipertanyakan kebenarannya.
"Baru pertama kali? Apa sebelumnya tak ada yang pernah menyatakan perasaan padamu?"
"Bukan begitu. Maksudku baru kali ini kau dan aku duduk berduaan seperti ini. Rasanya sudah sangat lama."
Ah, Arya mengerti maksud dari ucapannya. Memang sudah cukup lama semenjak mereka bertemu, kehangatan ini seakan bukanlah sesuatu yang bisa Arya rasakan seutuhnya. Bahkan ini kedua kalinya Arya merasakan kehangatan ketika di dekat Amelia. Rasanya benar-benar menyenangkan dan semakin membuat Arya ingin menempel padanya.
"Lalu bagaimana? Apa kau ingin menjawabnya sekarang?" tanya Arya tak ingin basa-basi, kesabarannya sudah habis dan terus mendesak Amelia setidaknya memberi sebuah jawaban.
Mendadak Amelia kembali menundukkan kepalanya. Hanya saja kali ini tak sampai 5 menit lamanya dan tiba-tiba kepalanya kembali terangkat. Sejenak kedua tangannya bergerak, perlahan mendekati tangan Arya lalu menangkupnya dengan lembut.
Baik Arya maupun Amelia sama-sama terperanjat, mengingat tangan mereka berdua saat ini saling bersentuhan dan kehangatan semakin bertambah. Arya yang tak tahu alasan teman kecilnya tahu-tahu menangkup kedua tangannya, spontan wajahnya merah padam, mendadak keringat dingin keluar dari pelipisnya.
"Aku senang kau mengutarakan perasaanmu padaku, Arya. Kau pasti sangat menderita menahan perasaanmu selaman ini dan rela menunggu kepulanganku dari Denmark. Aku tak paham apapun tentang cinta karena aku sendiri tak pernah berpacaran atau memiliki hubungan khusus dengan laki-laki lain. Tapi entah mengapa… ketika kau berkata sangat mencintaiku… aku juga ingin membalas cintamu."
Duarrrr!!!
Seakan tubuh Arya ingin meledak, terutama hatinya. Jawaban yang dinanti serta perasaan yang sudah diungkapkan membuat hati Arya semakin lega. Terlebih jawaban Amelia sesuai dengan harapannya. Arya tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, lalu semakin kencang genggaman tangannya pada Amelia.
"Kau… tak bercanda, kan? Aku mencintaimu karena memang tulus dari hati, bukan karena alasan lain. Apa kau sudah memantapkan hatimu dan benar-benar mau menjadi pacarku?"
Perasaan Amelia seakan dipertanyakan oleh Arya. kemudian gadis itu mengangkat tangan Arya dan mencium tepat di punggung tangannya. Tentu Arya terkejutnya bukan main, namun ia juga tak bisa menarik tangannya sebab dirinya juga menginginkan hal itu setelah sekian lamanya. "Aku tak bohong, Arya. Aku mau menjadi pacarmu dan juga tulus dari hati," ucap gadis itu sambil tersenyum manis.
Halo guys ^^ novel Athelte vs Acamedician: After Dating merupakan kelanjutan dari Athlete vs Academician. Di mana cerita kali ini Arya dan Amelia sudah resmi berpacaran dan akan menghadapi tantangan selanjutnya.
Semoga kalian suka dengan kelanjutan jalan ceritanya, ya. Jangan lupa vote dan kirim power stone. Big Thanks ^^