Brak.
Nolan membanting pintu apartemennya dengan geram. Dengan kasar, ditariknya dasi yang mencekik lehernya sedari tadi. Nolan berjalan mendekati meja bar di sebelah jendela apartemennya. Dituangnya cairan putih itu ke dalam gelas. Sekali teguk, Nolan menghabiskan minuman keras itu.
Tuk.
Dibantingnya gelas itu di meja bar. Pikirannya kembali ke restoran dimana dirinya bertemu dengan Marigold, mantan kekasih yang ditinggalkannya tanpa kabar. Nolan kembali mengisi penuh gelasnya, lalu berjalan mendekati jendela kacanya.
"Marigold, bagaimana mungkin seorang upik abu seperti dia, bisa menarik perhatian seorang milyader terkenal seperti Maximilian Alexander?" gumamnya sambil memandang ke arah jendela, yang menampilkan suasana malam dengan pemandangan kota yang cantik, terpampang jelas di depannya.