Satu meja itu saling lirik.
"Um … maaf, apakah ada roti saja? Sepertinya puteriku tidak menyukai makanan ini."
"Ah ada. Sebentar." Yena bangkit untuk mengambil roti tawar dan slai.
"Ini, makanlah."
"Terimakasih."
Yena mengangguk. Dia masih memperhatikan ayah dan anak itu saksama. Wajah anak itu kurang enak dipandang. Bukan karena ia tak cantik, tapi mimik wajahnya sangat menjengkelkan ketika ia memandang makanan di meja dengan tatapan menghina. Yena tak memedulikannya karena dia hanya seorang anak kecil.
"Rotinya sangat keras." Dia protes kembali.
"Sudah, makan saja. Kau harus belajar sopan di rumah orang," tegur Rumi. Yena kagum dia sangat tegas. Sementara ayahnya malah tak acuh.
"Huh!" Bocah itu cemberut kemudian bangkit dan meninggalkan meja makan.
"Michele?" Robin mengikutinya.
Yena menajamkan pendengarannya.
"Ayah, aku tidak suka di sini. Makanan mereka tidak enak dan cara mekannya juga sangat menjijikan!"