"Hm?" Yena terheran melihat reaksinya.
Hwa buru-buru bangkit dan mundur mengambil jarak dari Yena.
"Huh takut juga kepalamu jadi botak, yah? Tapi aku benar-benar tidak akan berbelas kasihan padamu." Yena tersenyum sinis sembari melemaskan jari-jarinya.
"Kau diam di tempatmu. Jangan macam-macam! Jika kau menyentuhku maka bukan hanya rambutku yang akan habis, riwayatku juga akan tamat!" Hwa berkata dengan siaga.
Yena mengedipkan matanya.
"Mengapa kau akan tamat kalau aku menyentuhmu?"
"Mengapa? Kau masih bertanya? Tentu saja karena kau adalah peliharaan Imoogi. Bersentuhan denganmu sama dengan bunuh diri. Aku bisa berubah menjadi fosil seketika!"
"Oh?" Yena mengerutkan keningnya.
"Tapi ... tadi malam kau bahkan mencekik leherku? Kenapa tidak terjadi apa pun padamu?"
"Itu karena Imoogi itu sedang dalam fase lemah. Tapi sekarang aku merasakan simbol energinya padamu kembali kuat! Jangankan mencekik, menyentuh sehelai rambutmu pun aku bisa mati sekarang!"
"Ah ... begitu." Yena mengangguk mengerti. Jadi karena Lucifer pingsan energi pada simbolnya pun menjadi lemah. Tapi sekarang sepertinya dia sudah bangun.
"Tapi ..., kenapa kamu memberitahuku tentang ini?" Yena menyipitkan matanya dan tersenyum penuh niat jahat.
Sepertinya Hwa baru sadar dia telah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya ia katakan.
"Itu ... kau jangan macam-macam!"
"Kemari!" Yena mengulurkan tangannya hendak meraih Hwa, mahluk itu berkelit dan berlari secepat kilat ke luar.
Yena mengejarnya namun Hwa dengan cepat membanting pintu hingga membuat wajah Yena, terlebih hidungnya, tertampar daun pintu dengan kejam.
Karena tidak bisa rem mendadak tubuh Yena terus menabrak pintu. Secara mengejutkan pintu tersebut terdobrak dan hancur.
Yena tak mengindahkannya dan terus mengejar Hwa.
"Kemari kau!" Yena
mengejarnya dengan semangat. Rasa takut yang ia punya sebelumnya seketika menghilang saat tau ternyata dirinya cukup untuk menjadi ancaman.
Sementara, Cheuksin itu berlari pontang-panting di koridor seolah dia sedang dikejar setan.
"Berhenti! Jangan mengejarku atau kau akan menyesal!" teriaknya.
"Kamu yang berhenti! Ini tidak akan sakit, mungkin!" Yena tertawa seperti iblis kecil.
Hwa sudah sampai pada ujung koridor. Dia melompat dari balkon menyebrang ke gedung lainnya.
Sayang sekali, Yena tidak bisa melompat sejauh itu. Namun, saat ini tiba-tiba ketiga goblin keluar dari salah satu pintu dan muncul di hadapannya. Mereka tampak terkejut melihat Yena.
Melihat tampang buruk mereka, Yena juga sangat terkejut. Dia akan menabrak mereka, sudah tidak bisa direm lagi. Ketiga mahluk jelek itu akan tamat begitu Yena menabraknya.
Namun, seinci sebelum tubuhnya menabrak mereka Yena merasakan sesuatu menghantam tulang tengkorak belakangnya cukup keras.
Pandangannya menjadi buram ketika ia tersungkur ke lantai. Hanya terdengar Hwa dan para goblin itu berteriak 'Aeri' sesaat sebelum semuanya menjadi gelap.
...
Lagi-lagi, Yena terbangun dengan keadaan gelap di sekelilingnya. Apakah hari sudah malam?
Tapi bukan itu yan penting, saat ini kedua tangan dan kakinya sepertinya telah diikat.
"Ukh! Apa-apaan ini?"
"Berhenti bergerak." Tiba-tiba suara yang halus terdengar dan menginterupsi Yena.
Dalam kegelapan itu, setitik cahaya muncul dan menampakkan sefitur wajah lembut.
Yena menyipitkan matanya, seorang perempuan?
Perempuan dengan sebatang lilin yang menyala di tangannya itu berjalan menghampiri Yena.
Yena bagaimanapun, tidak mengalihkan pandangannya dari sosok yang mendekat itu.
Dia memakai gaun putih yang tampak ringan sementara matanya juga ditutupi oleh sehelai kain putih yang terikat di kepalanya. Meski hanya diterangi cahaya redup, Yena dapat melihat penampilannya yang elok.
"Ini mahluk keji yang ingin memakan hatiku? Dia tidak buruk," batin Yena.
Perempuan yang disebut-sebut bernama Aeri itu berjongkok dan memiringkan kepalanya. Seolah sedang menatap Yena seksama.
Yena semakin menyadari perempuan ini sangat cantik.
"Jadi kau Yena? Lumayan juga. Baumu sangat harum ... rasa hatimu juga pasti sangat lezat, yah?" Perempuan itu berkata sembari tersenyum.
Kekaguman di hati Yena seketika menghilang dan berubah menjadi kengerian.
Mengapa ada mahluk cantik sejahat ini di dunia?
"Yah, aku sangat lezat. Meski begitu kau tidak akan bisa memakanku. Jadi sebaiknya cepat lepaskan aku. Jangan membuang waktumu," ujar Yena. Dia tak ingin berbasa-basi.
"Kau pikir kau lebih pintar dariku?" Aeri tersenyum ringan kemudian meletakkan lilinnya di samping Yena lalu kembali melanjutkan.
"Aku tau aku tidak bisa menyentuhmu selama simbol Imoogi itu masih ada padamu. Namun, bagaimana jika aku katakan aku bisa melepas paksa belenggu Lucifer padamu? Makanan lezat sepertimu, sayang sekali jika aku tidak memperjuangkannya."
Yena melebarkan matanya.
"Ada ... cara untuk melepaskan belenggu Lucifer?"
"Kalau tidak ada aku tidak akan repot-repot menyuruh Hwa menangkapmu. Istirahatlah, aku tidak ingin hatimu menjadi rusak." Setelah mengatakan itu perempuan dengan suara lembut itu melenggang pergi dengan gerakan anggun.
Tidak lama setelah dia keluar Hwa masuk dengan membawa makanan.
"Makanlah. Ini perintah Aeri. Kalau kau kurang gizi kualitas hatimu juga akan berkurang," kata Hwa. Dia dengan hati-hati mendekat pada Yena dan menyodorkan semangkuk dimsum yang masih panas. Kali ini bukan daging basi.
Yena merasa dirinya adalah hewan ternak, mahluk-mahluk ini menjaga kesehatannya dengan baik demi bisa memanen hatinya. Keji sekali.
"Makanlah," ujar Hwa. Setelah meletakkan bubur dia kembali mundur. Seperti sangat takut berdekatan dengan Yena.
"Aku tidak akan menyentuhmu. Lihat? Kedua tanganku diikat. Dan ... bagaimana aku bisa makan dengan keadaan seperti ini? Setidaknya lepaskan sebelah tanganku saja." Yena berkata dengan tidak berdaya.
Hwa menggaruk hidungnya bingung. Jika melepaskan tangannya meski hanya sebelah bisa saja Yena usil dan membunuhnya.
Dia tidak ingin mengambil resiko. Hwa mengambil mangkuk bubur itu dan berkata dengan santai, " Aku akan menyuapimu."
"Apa?"
Hwa menyendok bubur dan menyodorkannya pada Yena. Namun, karena jarak mereka terlalu jauh Yena kesulitan untuk menggapainya.
"Ck! Bisakah kamu lebih dekat? Kamu pikir leherku sepanjang apa?" ketus Yena.
Barulah Hwa beringsut mendekat dengan hati-hati. Siapa sangka mahluk usil ini cukup pengecut?
"Tolong ikat rambutmu, jangan jorok deh," kata Yena lagi. Dia merasa risih melihat rambut panjang Hwa yang berantakan dan sebagian hampir jatuh ke mangkuk buburnya.
"Rewel sekali!" ketus Hwa. Meski begitu dia tetap meletakkan mangkuknya kemudian menyimpulkan rambutnya ke belakang.
Melihat fitur wajah Hwa yang kini terlihat jelas, Yena agak terkejut.
"Apa kau pria??" tanya Yena.
"Namaku Hwa Joon, Joon artinya tampan. Apa kau sangat bodoh?" ledek Hwa sembari memasukkan sendok ke mulut Yena dengan kasar.
Yena hampir tersedak. Dia memelototi Hwa dan berkata dengan ketus, "Aku bukan orang Korea. Mana aku tau Joon artinya tampan? Lagipula dimana-mana yang namanya kunti itu perempuan. Kenapa hanya kamu seorang yang laki-laki?"
"Mahluk apa yang kau maksud? Cheuksin bisa berjenis kelamin apa pun," bantah Hwa.
Yena hanya mengerutkan bibir. Benar juga, dia ini Cheuksin, bukan hantu wanita seperti yang ia tau di tanah kelahirannya.
"Oh ya, Hwa Tampan, apa kau tau bagaimana cara memutuskan hubungan perbudakan antara Lucider dan aku?" Yena tiba-tiba teringat perkataan Aeri tadi.
Hwa agak heran mendengar Yena menambahkan satu kata asing di belakang namanya. "Tampan" itu apa?
Mereka berbicara dalam bahasa Korea. Yena menambahkan kata "tampan" yang mana bahasa Indonesia sebagai ganti "Joon" di belakang nama Hwa. Tentu saja mahluk itu tidak mengerti bahasa asing.
Hwa tidak memikirkan itu dan hanya heran dengan pertanyaan Yena.
"Kenapa kau menanyakan itu padaku?"
Yena tersenyum ringan. "Tidak, aku hanya mendengar tuanmu mengatakan itu tadi. Dia bilang dia bisa melepaskan belenggu Lucifer padaku. Kira-kira bagaimana caranya, yah?" Yena mendesah dan memasang ekspresi sangat penasaran.
"Oh begitu. Apa hal begini saja kau tidak tau?" Hwa mencibir.
Yena tersenyum samar. Mahluk ini memang benar tidak pelit informasi.
Hwa kemudian menjelaskan dengan singkat, "Imoogi itu kuat, tapi di atas yang kuat selalu ada yang lebih kuat. Mahluk yang lebih kuat dapat menghancurkan aturan milik mahluk yang lebih lemah, termasuk simpul perbudakan. Jadi seharusnya mahluk yang lebih kuat dari Lucifer bisa memutuskan belenggu Lucifer padamu."
Mendengar penjelasan singkat Hwa, Yena akhirnya mengerti. Ternyata sangat sederhana. Tapi siapa yang lebih kuat dari Lucifer? Yena langsung teringat dengan Arion.
"Naga lebih kuat dari Imoogi. Apa naga bisa membebaskanku?"
"Bisa jadi. Sudahlah, jangan banyak bicara lagi. Habiskan makananmu."
Hwa menyuapi Yena dengan cepat. Bahkan sebelum Yena menelan bubur di mulutnya mahluk itu sudah menjejelinya lagi.
Karena tidak bisa menelan semuanya, Yena menyemburkan makanan di mulutnya tepat ke wajah Hwa.
Ppfftt
"Oh maaf. Aku sengaja."