Tanganku mengepal kuat, bersiap untuk menggedor tuh pintu kamar. Aku ingin masuk dan melabrak wanita itu. Niatnya ingin mendobrak pintunya, tapi ada papah Gerry juga di dalam.
Aku takut dia merasa bahwa aku melakukan semua itu karena aku marah kepadanya. Dengan begitu, pasti Papah Gerry akan ikut merasa tidak nyaman dengan sikapku. Sehingga niat itu aku urungkan, bersama kepalan tanganku yang kembali aku buka.
Mungkin berusaha untuk bersabar adalah kunci supaya aku tidak terlalu marah dan emosi seperti ini, harus tetap tenang untuk menghadapi keadaan ini. Ya, mungkin tidak apalah kalau tidak ada papah Gerry di dalam. Kalau hanya bu Raida aku akan masuk dan marah juga sudah bukan masalah lagi.
Tidak peduli dia tidak suka sama aku, karena meskipun aku hargai dan hormati dia tidak pernah diterima dengan baik olehnya. Maka sekalian saja aku bersikap Kasar kayak Ara, yang menunjukkan kemarahannya bahkan sampai berani mengusir bu Raida untuk keluar dari rumah.