"Lo liatin siapa Ram? Kok serius amat muka lo." tanya Putra dengan bingung
"Ha? Gapapa put, cuma liatin temen gw doang." jawabku tanpa menoleh dan membalas tatapannya.
"Ohh, yaudah." ucap Putra lalu melanjutkan pembicaraannya dengan Alvin.
Aku tak bisa menanggapi Putra dengan serius saat itu. Alih-alih menanggapinya, aku terus berfokus memandangi Melissa yang sedang berbicara dengan kenalannya. Entah kenapa, aku merasa sangat gelisah dan tidak tenang saat melihat figur Melissa. Soalnya, aku merasa dia sedang menunjukkan senyuman yang dipaksakan, begitu juga tingkah lakunya yang terlihat sangat kaku dan tidak nyaman.
Melissa tampaknya menghindari tatapanku, sebab beberapa kali aku melihatnya melirik ke arahku dalam sekejap tetapi dia langsung berpaling dengan cepat. Dari gerak-geriknya, sepertinya dia tidak terlalu kenal dan akrab dengan kedua pria tersebut. Tampak dari gaya bicara serta bahasa tubuhnya yang tidak bebas dan berbeda dari dirinya yang biasanya.
Sejujurnya aku tak mengerti mengapa Melissa datang ke tempat semacam ini, sebab setauku dia bukanlah tipe wanita yang suka bertemu menjumpai pria yang tidak menarik baginya. Selama ini, aku melihat dia hanya menunjukkan gayanya yang terlihat blak-blakan dan ceria kepada orang-orang yang dirasanya sudah akrab.
Di sisi lain, aku juga mulai berpikir apakah selama ini aku salah menilai sifatnya?. Karena bisa dikatakan aku hanya melihatnya sebagai teman yang sudah cukup dekat. Aku mulai merasa dilema, sebab di satu sisi aku merasa dia memiliki alasan dibalik ini dan di sisi lain aku tidak terlalu mengenal latar belakang dan pergaulannya.
Aku menjadi bingung, apakah aku harus bertanya langsung kepadanya atau membiarkannya dan tidak ikut campur urusan dirinya. Pikiran dan batinku menjadi sibuk berdebat akan pilihan mana yang harusnya kulakukan. Pikiranku mengatakan untuk tidak ikut campur dan tidak memperdulikannya. Sedangkan sebaliknya, batinku berteriak agar aku mencari tahu dan bertanya langsung ke Melissa.
Beberapa saat kemudian, aku melihat kedua pria itu menawarkan minuman kepada Melissa sambil tersenyum. Tetapi Melissa menolak minuman yang diberikan oleh mereka berdua. Tak mau menyerah, kedua pria itu sepertinya menawarkan Melissa untuk memesan minumannya sendiri. Begitu juga dengan wanita disamping Melissa yang sepertinya membujuknya agar menerima tawaran kedua pria tersebut.
Tampaknya Melissa luluh akan perkataaan mereka, tak lama kemudian minuman pesanannya pun tiba. Melissa mulai mencicipi minuman itu sedikit demi sedikit. Begitu juga dengan kedua pria dan wanita disebelahnya yang tampak berbicara dengan heboh sambil tertawa. Karena suasana club yang mulai ramai dan ditambah lagi dengan musik yang sangat kuat, aku jadi tidak bisa mendengar pembicaraan mereka.
"Ram, lo ada masalah sama orang itu?" tanya Putra dengan ekspresi wajah heran
"Nggak kok, emangnya kenapa Put?" balasku dengan bingung
"Dari tadi lo ngeliatin tu orang gak berhenti-henti. Emangnya temen lo yang mana sih?" tanya Putra penasaran
"Itu cewek yang lagi duduk terus pake baju sama jaket hitam." jawabku
"Ohhh, boleh juga tuh. Tapi lo yakin itu cuma temen doang? haha." ucap Putra dengan nada yang ambigu
"Iya, cuma temen doang kok." balasku
"Serius nihhh? Entar gw embat duluan lho hahaha." ejek Putra sambil tertawa kecil
"Kalo nggak buat gw aja hahaha." tambah Alvin
Aku hanya diam dan merespon omongan mereka dengan senyuman kecil, sebab moodku mulai terasa memburuk saat itu. Melihat responku yang dingin, Putra berhenti tertawa dan mengalihkan perhatian dengan cara mengajak Alvin berbicara mengenai topik yang lain. Sialnya, karena sudah kebelet buang air kecil, akhirnya aku terpaksa pergi ke toilet terlebih dahulu.
Beberapa menit kemudian, setelah aku selesai buang air kecil, aku sengaja berjalan melewati meja Melissa untuk menarik perhatiannya. Sayangnya, dia pura-pura tidak melihat dan langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Aku berpikir, sepertinya dia tidak ingin melihat dan mengenalku saat ini.
Sejujurnya aku merasa kesal dan sedikit marah saat itu, apakah sikap yang ditunjukkannya selama ini hanya akting belaka?. Perasaanku benar-benar terasa kacau dan campur aduk, antara harus memercayai dia memiliki alasan tertentu atau dia malu berteman denganku. Mungkin ini karena pada dasarnya sifatku yang overthinking dan ragu.
Aku kembali duduk dimeja sebelumnya dan sesekali memerhatikan meja Melissa lagi. Hingga beberapa saat kemudian, aku memerhatikan wajah Melissa yang tampaknya lemas dan kedua matanya yang dikedipkan dengan cepat. Kedua pria itu terus-menerus menawarinya untuk minum lagi dan lagi. Walau Melissa selalu menolaknya, dia sudah tampak lemas dan tak berdaya.
Aku curiga bahwa kedua pria itu sudah melakukan sesuatu kepada Melissa, tapi di sisi lain bisa saja Melissa yang pada dasarnya tidak kuat untuk meminum minuman beralkohol. Tapi tetap saja, intinya aku merasa kedua pria itu memiliki tujuan dan niat yang buruk kepada Melissa. Tampak dari gerak-gerik dan pandangan mata mereka yang sangat liar.
Lagi dan lagi, pikiran dan batinku berdebat akan apa yang harus kulakukan. Apakah aku harus mendatanginya dan langsung membawanya pulang atau tetap diam dan menunggu lebih lama lagi. Secara tak sadar, tingkahku tampaknya sangat gelisah hingga Putra memandangku dengan tatapan yang aneh.
"Put, kalo gw pulang duluan gpp ya?" tanyaku setelah berpikir sejenak
"Emangnya kenapa Ram? lo ada masalah ya?" balas Putra sambil memegang pundakku
"Hmmmm, kayaknya gw mau bawa paksa temen yang gw tunjukin ke lo tadi buat pulang." ucapku perlahan
Putra langsung memandang ke arah Melissa, lalu menatapku tanpa mengucapkan sepatah kata.
"Gimana Put?" tanyaku pelan
"Lanjut aja Ram, ntar kita pulangnya bareng aja kalo lo dah siap ngurusnya." ucap Putra sambil tersenyum kecil dan menepuk-nepuk pundakku.
Aku berpikir, sepertinya Putra mengerti tentang apa yang akan kulakukan dan telah bersiap untuk membantuku jika terjadi apa-apa.
"Oke put, thank you." ucapku sambil tersenyum
Tanpa berlama-lama aku langsung melangkah mendekati meja Melissa. Sesampainya disana, aku sengaja berdiri didepan pandangannya agar dia tak bisa menghindar lagi.
"Lo ngapain disini Mel?" ucapku sambil menatapnya dengan serius.
"...." Melissa hanya diam dan menghindari tatapan mataku dengan raut wajah yang merasa bersalah.
Sementara itu, kedua pria dan teman wanita yang sedang duduk hanya memerhatikanku dengan ekspresi wajah yang bingung. Sepertinya mereka juga menantikan jawaban dan penjelasan dari mulut Melissa langsung.
Perlahan, aku mendekati posisinya dan membisikkan sesuatu di telinganya.
"Kayaknya lo mulai mabok Mel, jadi sekarang mending pulang bareng gw aja ya." bisikku pelan
Setelah mendengar bisikanku, Melissa meresponku dengan tatapan mata yang sayu dan anggukan pelan kepalanya. Tanpa basa-basi aku langsung memegang tangannya dan mencoba membawanya pergi dari meja itu.
Tapi sayangnya, salah satu dari pria itu langsung mengahalangiku dengan cara memegang bahuku. Sepertinya aku harus bisa menahan emosiku agar tidak terjadi keributan disini, ucapku dalam batin.
"Santai dong bos, sini duduk bareng dulu. Kita ngobrol-ngobrol dulu sambil kenalan." ucapnya dengan enteng
"Sorry, kita mau langsung balik aja." balasku dengan nada yang tenang.
"Emangnya lo siapanya? Ada urusan apa sama dia?" tanyanya dengan nada dan raut wajah yang sinis
Tanpa membalas ucapannya, aku menggoyangkan lenganku dan berhasil membuat genggaman tangannya terlepas dari bahuku.
"Lo bisa ngomong gak? Jangan sampe gw main kasar nih." ucapnya dengan keras
Aku tak menghiraukannya, aku hanya berfokus untuk memapah Melissa yang kondisinya sangat lemas menuju meja Putra terlebih dahulu. Tetapi pria itu sepertinya tak mau menyerah, dia langsung mencengkeram lenganku dengan keras.
"Lo mau kemana? gw tau kalo dia ga punya pacar. Emangnya lo siapa, pake bawa-bawa dia seenaknya gitu." ucapnya dengan keras
Kerumunan orang-orang disekitarpun mulai memandang ke arah kami, sepertinya kami telah menjadi pusat perhatian pada malam itu.
"Gw temennya, dan dia sendiri yang mutusin buat ngikut bareng gw sekarang." balasku dengan percaya diri
Mendengar ucapanku, kedua pria itupun menjadi terdiam seketika. Melihat itu, aku berniat untuk langsung pergi dari sana, tapi sepertinya nasib sial telah menghampiriku. Sebab aku tak menyadari ternyata Melissa sudah berada dalam kondisi tak sadarkan diri. Aku tak mengerti, apakah dia mabuk atau terkena efek obat-obatan. Karena sejujurnya sejak awal aku sudah curiga akan kedua pria tersebut, sebab aku merasa mereka berdua memiliki niat buruk yang terselubung.
Sementara itu, kedua pria itu tersenyum saat melihat kondisi Melissa yang telah tak sadarkan diri. Sepertinya mereka melihat kesempatan untuk bisa menahan Melissa.
"Mana coba buktinya kalo dia mau ngikut bareng lo?" tanyanya dengan nada mengejek.
"Tuh buktinya dia udah merem, lagian dari awal kita udah bareng dimeja ini. Jadi udah sewajarnya kalo kita yang nganterin dia pulang nantinya." tambah pria disebelahnya.
"Nganterin pulang?, mungkin maksud lo nganterin ke hotel ya?" sarkasku sambil menatap mereka dengan tajam.
"Lo gausah pake nuduh-nuduh." balasnya sambil mendorong dadaku.
"Haha, emangnya lo tau dimana alamat rumah dia?" tanyaku lagi
Mereka berdua pun terdiam dan tak bisa menjawab pertanyaanku.
"Lo gausah bikin rusuh deh, apa perlu gw panggilin security?" ancamnya sambil menunjukku dengan jari telunjuknya.
"Panggil aja sono, gw gak takut karena gw gak salah." balasku sambil tersenyum
Karena semua perhatian sudah mulai berfokus kepada kami, Putra dan Alvin pun segera mendatangiku.
"Kenapa Ram?" tanya Putra dengan sedikit mendongakkan kepalanya.
"Gw gak dibolehin bawa temen gw pulang sama tu orang." ucapku sambil melirik mereka berdua.
"Temen dari mana? Ga ada buktinya kalo lo itu beneran temen dia." bantah pria itu
"Sekarang lo bisa ngomong gitu, karena lo udah sempat bikin dia pingsan duluan." balasku
"Maksud lo apa sih? Kenapa lo dari tadi nuduh-nuduh kita seenaknya aja tanpa bukti?" tanyanya dengan angkuh
"Tanpa bukti?" ucapku sambil tersenyum kecil.
Tanpa basa-basi, aku langsung mengambil minuman Melissa dari meja itu dan mengarahkannya ke wajah kedua pria tersebut.
"Lo berdua berani gak buat minum ini?" tantangku
Mereka berdua hanya diam tak menjawab tantangan dariku. Mereka cuma menatap satu sama lainnya dengan ekspresi wajah yang terlihat ragu dan kesal.
"Jadi gimana, lo berdua masih mau protes lagi?" ejekku
Akhirnya mereka menyerah menghalangiku, sebab mereka tidak merespon ucapan dariku dan langsung pergi duduk kembali ke sofa dengan raut wajah yang penuh amarah. Sedangkan wanita yang tadinya berada di sebelah Melissa melihat kedua pria itu dengan ekspresi wajah ketakutan. Tapi aku tak terlalu memperdulikannya, sebab aku tak mengenal dirinya. Yang jadi prioritasku saat itu adalah untuk membawa pulang Melissa dengan selamat.
"Gw balik dulu ya bro." ucap Putra ke Alvin
"Oke bro, kalo butuh bantuan kabarin aja. Hati-hati dijalan." balas Alvin
Aku melihat Putra yang pamit terlebih dahulu kepada Alvin dan setelahnya dia langsung mengajakku pergi pulang.
"Sini gw bantu Ram." tawar Putra
"Makasih Put." jawabku sambil memapah Melissa yang sedang tak sadarkan diri.
Orang yang berada disekitar sana pun terus-terusan memandangi kami layaknya melihat seorang selebriti. Tetapi aku berusaha untuk tidak memperdulikannya, walau sebenarnya aku merasa gugup dan malu menjadi pusat perhatian.
Setelah bersusah payah, akhirnya kami berdua berhasil memapah dan memasukkan Melissa ke dalam mobil. Tetapi setelah didalam mobil, aku bingung harus mengantarnya kemana. Aku tak lagi mengingat alamat rumahnya dimana, sebab aku hanya pernah kesana sekali saja. Sambil berpikir keras, aku memandang figur Melissa yang tampak tenang, masih dengan keadaan matanya yang terpejam.
"Jadi sekarang kita mau berangkat kemana Ram?" tanya Putra
"......" aku terdiam sejenak.
"Ke kost-an gw aja Put." jawabku pelan
Bersambung....