Rania yang berada di mobil yang terparkir di parkiran pengadilan meluapkan tangisnya. Air mata yang di tahan agar terlihat tegas di depan Boy kini pecah. Dia tak tega melihat Boy yang sangat kacau. Tatapan mata yang dalam membuatnya tergoyahkan.
"Aku yang salah dalam hubungan ini, boy." ucap Rania dalam tangisnya.
"Seharusnya aku tidak menghiraukan perasaan ku, tidak menggunakan hati untuk setiap tindakan kita," katanya di tengah Isak tangis yang dia luapkan di dalam mobil.
Tok.. tok...
Boy mengetuk kaca pintu mobil Rania. Rania segera menghapus air matanya. Karena dia tidak ingin Boy melihat dirinya sedang menangis.
"Ran, buka!"
"Rania!" panggil Boy dengan mengetuk kaca pintu mobil dengan kasar.
Rania tidak bergeming sedikitpun, Dia segera menyalakan mesin mobilnya dan keluar dari area parkiran tersebut. tapi Boy menghadang mobil Rania dan merentangkan kedua tangannya.
"Tabrak, Ran!" teriak Boy.
"Tabrak aku kalau kamu memang mau pisah sama aku!"