Aula konser yang besar itu tak berpenghuni, kecuali sebuah grand piano putih di tengah panggung. Cahaya terang menyorotnya, dan perlahan, Julian mengangkat tangannya. Ketika jemarinya menyentuh tuts-tuts piano berwarna hitam dan putih, rasanya seolah angin sepoi-sepoi berhembus di dalam aula, menembus hati semua yang mendengarnya.
Eliza berdiri di dalam ruang kontrol, menunduk menatap jendela pandang ke arah Julian yang sedang memainkan pianonya. Auranya memesona, dipenuhi rasa percaya diri dan bangga.
"Lagu apa ini…" ucap Kevin di sebelahnya sambil mengernyit samar, wajahnya ragu dan mencela.
Eliza mendelik ke arahnya. "Orang-orang yang tidak pernah sakit hati tidak akan paham."
"..." Kevin memutar matanya, merangkulkan kedua lengan di tubuh Eliza, lalu tersenyum. "Kenapa? Kau masih ingin aku mengalami sakit hati?" Dieluskannya ujung hidungnya di pipi Eliza. Rasa hangat merekah perlahan, memberi perasaan ambigu.