Jantung Mia berdebar. Meski dia juga tidak pernah mengharapkan bahwa dia tidak akan pernah ketahuan, dia juga tidak pernah menyangka bahwa dia bisa nyaris memperjuangkan anaknya seperti ini.
"Kau tidak mau mempersilahkanku masuk?" Petra menaikkan alisnya samar, suaranya dalam dan rendah.
Setelah lewat di daerah sana malam itu, tanpa sadar, dia berbelok ke sana… dan mendapati lampu di apartemen itu menyala.
Karena mengira Mia masih bersedia tinggal di sana, Petra pun merasa senang dan langsung naik…. Namun ketika sandinya salah, rasa senangnya kembali menguap.
"Siapa, Mia?" tanya Julian pelan.
Karena Mia hanya membuka pintunya sedikit, ketika melihat bahwa yang datang adalah Petra, tanpa sadar, Mia tidak membukanya lebih lebar. Sudut pandangnya tidak cukup untuk memungkinkan Petra melihat ke dalam apartemen.
Namun tadi ada suara seorang anak, dan sekarang Julian…. Ini sudah cukup untuk membuat Petra merasa tidak enak.