アプリをダウンロード
7.61% Istri Termahal Tuan CEO / Chapter 32: Setuju, Tapi Ada Syaratnya

章 32: Setuju, Tapi Ada Syaratnya

Kalau Wira berkata begitu, apa lagi yang bisa dikatakan Aryo? Terlebih lagi, setelah bertahun-tahun menjalin hubungan, dia dapat melihat dengan jelas apa yang Wira pikirkan tentang Mia.

"Paman meneleponku tadi," kata Aryo setelah menghela napas pelan. "Dia menceritakan soal Mia padaku…."

Wira tidak menanggapi.

"Paman berkata…." Suara Aryo sedikit ragu-ragu, tetapi dia tetap melanjutkan, "Mia perlu membuat prestasi dalam waktu dekat. Mia ingin direkomendasikan ke UCL!"

Wira mendongakkan pandangan dan menatap Aryo. Setelah menatapnya beberapa saat, dia berkata, "Kamu memang mirip dengan Paman Tang. Setuju... tapi ada syaratnya. Mia harus mengerjakan semua yang sudah diberikan dalam proyek."

Aryo menghela napas pelan. "Sepertinya Mia mungkin tidak setuju dengan itu hari ini."

"Kalau begitu aku tidak bisa membantu." Suara Wira terdengar dingin. Dia meletakkan kantong esnya dan beranjak dari sofa. "Aku mau pergi ke kampus. Telepon aku kalau ada yang perlu kau urus."

Aryo melihat punggung Wira yang tak acuh, dan dia hanya bisa menghela napas pasrah. Seorang laki-laki yang dulu begitu lembut dan agak pendiam tiba-tiba berubah 180° menjadi orang yang acuh tak acuh dan jahat karena Mia.

Mia terus menunduk dan tidak tahu kapan dia tertidur…. Sudah lewat pukul empat sore ketika dia bangun.

Mia segera bangun, menyalakan ponselnya, dan pergi melihat apa yang ada di lemari es. Benar saja, tidak ada bahan makanan yang tersisa.

Mia tidak mau kembali memikirkan apa yang terjadi pada siang hari itu. Setelah mengambil uang dan ponselnya, dia bermaksud pergi ke supermarket untuk membeli sesuatu. Kalau dia cukup cepat, seharusnya dia bisa menyelesaikannya tepat ketika Petra kembali untuk makan malam.

Tetapi ketika Mia keluar dari rumah, dia ingat bahwa mobilnya masih berada di luar firma hukum Wira…. Dan di Taman Dewata, sulit memanggil taksi.

Mia menepiskannya dan berjalan keluar. Di luar rumahnya, sayangnya, dia bertemu dengan seorang putri muda dari seorang pengembang real estate yang berpikir Petra dan tinggal di Taman Dewata. Heh, memangnya Shanti itu siapa?

"Kau wanita yang muncul dalam berita hari ini?" Wajah Shanti yang belum dewasa menunjukkan kesan sinis.

Mia tertegun sesaat, kemudian tidak tahu bagaimana harus menanggapinya. Kemudian, Shanti mengeluarkan koran dari tasnya dan melemparkannya ke arah Mia.

Mia refleks menangkapnya, dan kemudian melirik dengan curiga…. Ternyata ada foto Petra yang menggendongnya di dalam mobil. Untungnya, wajahnya tersembunyi di dalam mobil, dan hanya tubuh bagian bawahnya yang terlihat.

Shanti memandangi pakaian Mia. "Huh, kemeja dan rok di foto itu persis sama dengan milikmu. Itu memang kamu!" Dia berkata dengan tidak suka, "Kata Ayah, rumah ini milik Petra. Lantas, apa hubunganmu dengannya?"

Petra? Cara gadis itu memanggilnya juga akrab sekali…. Mia memutar matanya. "Apa maksudmu?"

Pertanyaan retoris seperti itu membuat Shanti tiba-tiba kesal. "Kamu benar-benar tidak tahu malu. Kamu tidak tahu Petra punya istri? Kamu cuma teman tidurnya!"

Mia mendengus. "Kalau kau jadi aku, kau tidak mau?"

"Aku…" Shanti hanya mengucapkan sepatah kata dan bergegas menata raut wajahnya dan berkata, "Aku mencintainya, dan aku tidak kejam seperti kamu. Aku hanya ingin tidur dengannya!"

"Ya, maksudku, memangnya kau bisa begitu?" Mia merasa gadis ini benar-benar menyebalkan. "Omong-omong, setidaknya dia merasa senang tidur denganku. Tapi memangnya dia akan mencintaimu?" cibir Mia.

"Aku yakin aku mencintainya.... Cepat atau lambat dia akan jatuh cinta padaku juga," kata Shanti sambil menatap Mia.

Mia sedikit tercengang dan berkata dengan arogan, "Cinta? Petra masih suka tidur denganku, dan kalau dia sedang bersemangat, dia berkata bahwa dia bersedia mati untukku!" Kemudian, dia menatap gadis kecil itu dengan jijik. "Tapi dia mungkin tidak akan melihatmu, 'kan?"

Shanti memandang Mia dengan tatapan heran. Dia tidak menyangka bahwa wanita itu mau menghadapinya di luar dengan begitu berani. "Kamu—kamu tidak tahu malu!"

"Aku memang tidak tahu malu!" Mia memutar matanya dan menatap Shanti, yang sama sekali tidak paham akan kata-katanya. "Terima kasih, aku sedang buru-buru!"

Shanti mengertakkan gigi dan berkata, "Huh, akan kuumbar semua sikapmu!"

Mia mengutuk di dalam hati, tetapi kemudian berubah pikiran. Dia tersenyum percaya diri dan berkata, "Oke, pergilah. Akan kutunggu! Kamu tidak tahu seberapa inginnya aku mengekspos Petra…. Oh, sayang sekali. Dia tidak mau aku melakukannya, jadi aku tidak berani. Sana, sana, aku akan sangat berterima kasih padamu setelah kau mengumbarnya ke media!"

Setelah selesai berbicara, dia berbalik dan melewati Shanti dan bermaksud untuk pergi….

"..." Shanti memperhatikan sikap Mia yang berubah-ubah, wajah kecilnya memerah karena marah. Dia akhirnya tersudutkan. "Dasar—" serunya, namun ketika dia berbalik, dia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya. Sisa kalimatnya tersangkut di mulutnya.

Mia melihat sosok tinggi yang berdiri di samping sebuah Spyker dengan agak malu. Dia bahkan tidak sadar kapan mobil itu berhenti atau sejak kapan Petra berdiri di sana.

Petra memicingkan mata ke arah Shanti dengan dingin, lalu berkata kepada Bayu, "Jangan sampai aku melihat kucing dan anjing masuk ke sini. Kalau tidak, semua staf keamanan akan dipecat."

Bayu melirik Shanti dan kemudian mengiyakan.

Wajah Shanti langsung memucat, "Petra, aku…."

"Kau ini siapa, sampai bisa memanggilku dengan panggilan akrab begitu?" Petra mendengus dingin, wajahnya sekeras patung yang dipahat dengan ribuan ketidakpedulian.

Mia mengedikkan bahu, melangkah maju, dan dengan sengaja memeluk lengan Petra seperti anak manja. "Sayang, aku mau membelikan bahan makanan dan memasak untukmu…. Karena kamu sudah pulang, ayo temani aku, ya."

Petra melihat kelicikan yang jarang terlihat di mata Mia, yang berbeda dari kesedihannya siang itu. Meskipun rasanya agak janggal, tapi Mia yang ini sudah lebih bersemangat.

"Oke!" Petra hanya menanggapi dengan satu kata, lalu membawa Mia pergi. Mereka masuk ke mobil bersama-sama.

Spyker itu melaju di depan Shanti dengan knalpot berasap. Dalam waktu dua menit, Shanti langsung dibawa pergi dari rumah Petra oleh petugas keamanan.

Dalam perjalanan ke supermarket, Bayu mengemudikan mobil, melirik ke dua orang di kursi belakang dari kaca spion, dan tersenyum tipis.

Bagaimana pendapatnya soal Petra yang rajin pulang ke rumah di Taman Dewata dalam dua hari terakhir? Petra bahkan sepertinya menunjukkan perasaan!

"Kenapa? Kamu benar-benar takut akan diekspos oleh media?" Petra menatap Mia dengan mata yang dalam.

Mia tersenyum palsu. "Kalau kamu mengusir gadis kecil itu, semakin sedikit kemungkinannya dia akan mewujudkan keinginanku."

Tatapan Petra dalam, dan tiba-tiba tubuhnya mendekati Mia. Dia bertanya dengan suara rendah dan ambigu di telinganya, "Sepertinya aku mendengar seseorang berkata... ketika aku bersemangat, aku bersedia mati untuk orang itu?"

Deg.

Wajah Mia memerah, sudut-sudut mulutnya berkedut ketika dia berkata, "Aku hanya main-main, hanya bercanda…. Jangan dianggap serius, haha!" Dia menoleh dan bergegas mengganti topik pembicaraan. "Kenapa kamu cepat sekali hari ini? Sudah selesai? Ini belum jam pulang kerjamu."

"Itu karena kamu tidak melakukan bekerja dengan benar…" jawab Petra dengan santai.

"...." Mulut Mia berkedut.

"Kenapa? Sangat senang sampai tidak bisa berbicara?" Petra berkata dengan santai, "Tidak apa-apa, pindah saja!"

Sudut mulut Mia berkedut pelan, dan dia tidak mau memikirkan lagi bagaimana harus menjawabnya.

Ketika tiba di supermarket, Bayu berinisiatif menawarkan diri untuk masuk ke supermarket dan membeli bahan makanan.

Setelah Bayu pergi, suasana di dalam mobil itu luar biasa mencekam. Meski begitu, ada kehangatan dan kesan ambigu dalam suasana mencekam itu.

Mia memandang Petra yang menguarkan kesan licik, lalu bergeser ke pintu mobil dengan hati-hati.

"Mia, sepertinya kita belum pernah mencobanya di dalam mobil…" kata Petra.

Mia buru-buru berkata, "Ini di tempat umum."

"Tidak apa-apa, kacanya digelapkan." Kata Petra, dan dia langsung menekan sebuah tombol. Benar saja, lapisan penutup Spyker yang mewah itu sangat bagus, memberikan penutup terbaik untuk hal-hal buruk yang terjadi di dalam mobil.

Mia mencoba meronta, "Bayu akan segera kembali...."

"Ya!" Petra menjawab, tapi dia sudah merogoh pakaian Mia. "Jadi kita harus cepat!" Di ujung kalimat itu, pria tersebut sudah mendorong Mia… dan menekannya di bawahnya!


Load failed, please RETRY

ギフト

ギフト -- 贈り物 が届きました

    週次パワーステータス

    Rank -- 推薦 ランキング
    Stone -- 推薦 チケット

    バッチアンロック

    目次

    表示オプション

    バックグラウンド

    フォント

    大きさ

    章のコメント

    レビューを書く 読み取りステータス: C32
    投稿に失敗します。もう一度やり直してください
    • テキストの品質
    • アップデートの安定性
    • ストーリー展開
    • キャラクターデザイン
    • 世界の背景

    合計スコア 0.0

    レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
    パワーストーンで投票する
    Rank NO.-- パワーランキング
    Stone -- 推薦チケット
    不適切なコンテンツを報告する
    error ヒント

    不正使用を報告

    段落のコメント

    ログイン