"Bang," panggil Prisya dengan saura yang sudah begitu serak.
Sudah cukup lama Prisya menangis, sehingga tidak heran jika suaranya sudah menjadi serak. Prisya sudah berusaha untuk menghentikan tangisannya, tapi tetap saja tidak bisa.
"Iya, ada apa?" Karrel menjawab dengan menggunakan nada bicara yang begitu lembut.
Prisya memperhatikan Karrel dengan tatapan yang tidak percaya, tapi dia bukan tidak percaya pada Karrel, melainkan masih ada hal yang begitu mengganjal dalam dirinya.
"Apa iya Bang Dika kelakuannya seperti itu?" tanya prisya bersamaan dengan air matanya yang kembali menetes.
Melihat air mata Prisya yang menetes dengan begitu deras membuat Karrel mengusapnya dengan seketika, tapi rasanya percuma, karena tangisan Prisya tidak bisa dihentikan.
"Gue gak bisa mengiyakan atau mengelak, karena yang tahu hal itu hanya ceweknya."