アプリをダウンロード
1.76% PURA-PURA BUTA / Chapter 6: BAB 6

章 6: BAB 6

Jantung Nico hampir terlepas dari tempurungnya saat membuka pintu kamar tamu. Amarah yang bergemuruh terpaksa harus ia sembunyikan. Nico menatap seperti tidak sedang melihat sesuatu. Meskipun sebenarnya ia melihat apa yang terjadi di dalam kamar itu. Sementara Sam dan Sofia yang sedang melakukan kegiatan suami istri, nampak terkejut dan tidak bergeming. Satu tangan Sam membungkam mulut Sofia yang sedari tadi mengeluarkan desahan kenikmatan namun kini hendak berteriak karena terkejut.

"Bik, Bibik!" panggil Nico yang berdiri di ambang pintu.

Sam dan Sofia nampak lega, melihat Nico tidak menyadari keberadaan mereka. Sam yang berada di atas tubuh Sofia segera turun, meraih selimut dan menutupi tubuh mereka.

"Siapa yang ada di kamar ini? ucap Nico.

Sam menarik kedua sudut bibirnya tersenyum sinis. Sedangkan Sofia, wajah wanita itu nampak sangat memegang.

"Rahel, apakah kamu membawa laki-laki ke rumah ini?" celetuk Nico berjalan masuk.

Sam seketika panik, sepertinya Nico sudah mendengar suara desahan Sofia.

Sofia menatap Sam dengan tatapan panik. Sam menggeleng, memberikan isyarat pada Sofia agar tetap tenang.

Nico melangkahkan kakinya menuju ranjang. Bergegas Sam turun dari atas ranjang dan menyambar celana yang tergeletak di atas lantai. Sementara Sofia turun dari ranjang dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

Sofia memberikan aba-aba pada Sam untuk segera meninggalkan kamar. Lelaki bertubuh atletis itu mendengus berat dengan wajah kesal.

"Hallo, apakah di sini ada orang?" ucap Nico yang sudah sampai pada ranjang. Satu tangannya meraba pada ranjang yang sudah tidak ada siapapun.

Dengan wajah panik Sofia mengawasi kepergian Sam yang sudah menghilang. Kemudian wanita itupun berjalan mengendap-endap menuju pintu keluar.

Nico nampak menghela nafas panjang. "Baiklah!" tutur Nico menjatuhkan tubuhnya di tepi ranjang.

"Nyonya!"

Rahel terkejut melihat Sofia keluar dari dalam kamar tamu dengan balutan selimut dan rambut yang berantakan.

Sttt ...

Dengan cepat Sofia meletakkan jari telunjuknya ke dekat bibir.

"Rahel, itukah kamu?" celetuk Nico dari dalam kamar. Lelaki itu bergegas bangkit dari bibir ranjang berjalan menuju ke arah pintu, lagi-lagi dengan gerakan pura-pura tidak melihat.

Sofia membulatkan matanya pada Rahel dengan memasang wajah geram.

"I-iya, Tuan!" Rahel terbata, sekilas menatap pada Nico dan Sofia secara bergantian.

"Kenapa kamu memanggil Nyonya, apakah Sofia pulang ke rumah?" celetuk Nico.

Sofia semakin melebarkan netralnya kepada pengasuh putrinya itu. "Ti-tidak, Tuan!" dusta Rahel dengan wajah takut.

"Oh ...!" Nico mendengus berat. "Aku kira Sofia pulang!" tutur Nico menarik kedua sudut bibirnya tersenyum kecil.

"Tidak, Tuan, Nyonya Sofia tidak pulang!" ucap Rahel terbata.

Sofia mengacungkan jari jempol yang ke arah Rahel. Sebelum wanita itu berjalan menuju anak tangga menuju lantai atas.

"Sudah ya, Tuan, saya mau melihat Alisa dulu!" gegas Rahel takut, jika Nico akan bertanya panjang lebar kepadanya.

"Iya Rahel, pergilah!" jawab Nico.

"Baiklah Sofia, mulai hari ini aku akan menghapus rasa cintaku kepadamu," batin Nico benar-benar hancur menyaksikan kejalangan istrinya di depan matanya di rumahnya sendiri.

____

"Sial!" Sam berdacak kesal, Dengan cepat ia menautkan kancing baju kemeja yang ia kenakan.

Sofia masuk ke dalam kamar, menatap raut wajah Sam yang meradang.

"Sudahlah, jangan marah-marah terus," lirih Sofia menutup daun pintu kamar.

"Bagaimana bisa si buta itu tiba-tiba muncul, bukankah pagi-pagi begini biasanya dia juga tidur!" gerutu Sam belum selesai.

Sofia pun kembali mengenakan pakaian kerjanya. "Entahlah, aku juga tidak tau, padahal obat yang Dokter Hans berikan mengandung obat tidur dosis tinggi, tapi mengapa Mas Nico tidak tidur."

Sam menghempaskan tubuhnya duduk di tepi ranjang setelah mengenakan pakaian kembali. "Memangnya kamu sudah memastikan jika si buta itu sudah meminum obatnya!" cetus Sam ketus, melirik pada Sofia.

Gerakan tangan Sofia yang sedang mengenakan kemeja kerjanya pun terhenti, menoleh pada Sam. "Belum sih, tadi pagi aku menyuruh Bibik untuk melakukan hal itu. Tapi aku tidak tahu, pastinya!" ucap Sofia.

Sam mendengus berat. Bergegas Sofia berjalan menuju nakas, menarik laci pada nakas yang berada di samping ujung ranjang. Beberapa tablet obat milik Nico masih ada di dalam nakas itu. Tablet yang kosong sama seperti yang sudah dokter sarankan. Sepertinya Niko meminum obat itu secara teratur.

"Semuanya aman, Sam!" Sofia mengernyitkan dahi menoleh ke arah Sam.

Sam mendengus berat, "Sudahlah, mungkin saja Nico baru' saja meminum obat itu jadi efek obat itu belum memberikan pengaruh padanya," tutur Sam bangkit dari bibir ranjang. Sofia mengangguk lembut mengiyakan ucapan Sam.

Sofia menjatuhkan tatapannya ke lantai bawah, tidak ada Nico sama sekali. Hanya ada Rahel yang sedang sibuk mengasuh Alisa di ruang televisi.

Ssst ....!

Sofia berdesis memanggil Rahel dari anak tangga. Rahel menoleh, bergegas gadis muda itu berjalan menghampiri Sofia.

"Di mana Tuan Nico?" tanya Sofia dengan nada berbisik.

"Tuan Nico ada di kamar tamu, Nyonya. Sejak tadi Tuan Nico tidak keluar sama sekali dari dalam kamar itu, sepertinya beliau tidur," ucap Rahel.

"Oh ...!" Sofia mengangguk lembut.

"Baiklah! Saya harus kembali ke kantor, jaga rumah dan Alisa baik-baik. Oh, satu hal lagi, tutup mulutmu!" pesan Sofia sebelum melangkahkan kakinya menuruni anak tangga. Sorot matanya penuh ancaman pada Rahel di akhir kalimatnya.

Perlahan Sam membuka gagang pintu kamar tamu. Hampir suara derit pintu itu sama sekali tidak terdengar.

"Bagaimana?" desis Sofia dari belakang punggung Sam. Wanita dengan setelan kerja itupun ikut mengintip ke dalam kamar.

"Dia sudah tidur nyenyak!" jawab Sam dengan nada pelan. Nampak Nico tengah meringkuk di atas ranjang yang berada di kamar tamu.

Senyuman kemenangan tersungging dari kedua sudut bibir Sam dan Sofia. Perlahan Sam menarik gagang pintu kamar dan menutupnya kembali.

Huf! Sofia meniup kecil dari bibirnya. Wajah cantik Sofia terlihat lega bersama senyuman yang menghiasi.

"Ayo cepat!" Sam menarik pergelangan tangan Sofia menjauh dari pintu kamar tamu.

"Aku benar-benar takut, Sam!" lirih Sofia.

"Kenapa takut," balas Sam dengan nada santai.

"Jelas aku takut, secara saat kita melakukan hal itu, tiba-tiba saja Nico muncul," ucap Sofia, gurat kesedihan tergambar dari wajah ayu Sofia.

Sam terkekeh dan menghentikan langkah kakinya. Lelaki itu memutar tubuh Sofia ke arahnya.

"Sekalipun Nico melihat kita, aku tidak takut, jika Nico marah dan menceraikan kamu. Maka aku akan menikahi kamu, Sofia!" tutur Sam menatap mesra pada Sofia yang seketika tersipu malu.

"Sam, berhentilah menggodaku!" Sofia mencubit kecil pinggang Sam. Namun hal itu justru membuat Sam menarik tubuh Sofia ke dalam pelukannya.

Ponsel yang berada di dalam saku celana Sam bergetar. Lelaki itupun melepaskan pelukannya dari tubuh Sofia. Sesaat Sam menatap pada layar ponsel yang berkedip. Raut wajah lelaki itu seketika berubah.

"Sam, siapa?" Sofia menarik tubuhnya hendak melihat nama pemanggil pada layar ponsel Sam. Namun lelaki itu segera menjauhkan ponselnya dari Sofia.

_____

Bersambung ....


章 7: Bab 7

Sofia menatap intens pada Sam. Lelaki itu belum juga menekan tombol hijau pada layar ponsel yang masih berdering.

"Tunggu aku di mobil dulu, sayang!" Sam membelai lembut rambut panjang Sofia.

Wanita itu sama sekali tidak beranjak. Sorot matanya justru semakin tajam melihat pada Sam.

Sam mendengus berat hingga dering pada ponsel itupun terhenti. "Baiklah, aku tidak akan mengangkat panggilan teleponnya!" ucap Sam, tau jika Sofia sedang curiga padanya.

"Sam!" Sofia justru berdacak kesal. "Siapa yang menelponmu? Kamu jangan macam-macam padaku, Sam?" Sofia memicingkan matanya pada Sam di akhir kalimatnya.

Sam meletakan kedua tangannya pada bahu Sofia, lalu memutar tubuh wanita itu ke arahnya. "Tidak Sofia, baiklah jika kamu masih tidak percaya padaku!" Sam menyentuh lembut pada layar ponselnya. "Lihat, ini hanya nomor nyasar, nomor tidak kukenal!" Sam menujukan deretan nomor baru saja melakukan panggilan pada Sofia.

"Bagaimana, kamu masih tidak percaya padaku!" Sam membulatkan matanya pada Sofia. "Baik kalau kamu masih tidak percaya, aku akan menghubungi nomor ini kembali, dan akan aku maki-maki dia karena sudah membuat kekasihku merajuk," cetus Sam. Dengan gerakan tangan cepat Sam hendak menyentuh tombol hijau pada layar. Namun sayangnya, Sofia menghentikan gerakan tangan tersebut.

"Tidak perlu, Sam!" lirih Sofia menatap sendu pada Sam. Api yang sempat membara seketika padam.

"Aku percaya dengan ucapanmu!" tutur Sofia dengan nada manja. Wanita itu melingkarkan tangannya pada leher kekar Sam.

Sam menghela nafas panjang. "Kamu memang harus selalu percaya padaku, Sofia!" lirih Sam hendak menjatuhkan kecupan ada bibir Sofia.

Tiba-tiba seorang lelaki muncul dengan wajah terkejut melihat adegan dewasa yang hampir saja Sofia dan Sam lakukan di beranda rumah. Dengan cepat baik Sofia maupun Sam segera menyudahi kegiatan tersebut.

"Maaf!" lirih pemuda bertubuh tinggi besar itu nampak canggung sendiri.

"Siapa kamu? Bertamu di rumah orang tanpa permisi?" cetus Sofia meradang. Wajahnya merah menyala, antara gugup dan malu.

"Maaf, Bu, eh, Mbak!" Lelaki itupun juga terlihat sangat gugup sekali.

"Saya Sofia pemilik rumah ini!" cetus Sofia penuh penekanan dan membulatkan matanya.

"Oh, iya maaf Nyonya Sofia, tadi saya sudah meminta izin pada Pak satpam yang berjaga di depan, beliau mengizinkan saya untuk segera masuk ke dalam rumah ini," tutur pemuda dengan gaya rambut rapi itu sopan. Namun justru membuat Sofia meradang.

"Apa! Dasar satpam bod*h. Membiarkan orang asing masuk begitu saja ke rumah!" hardik Sofia kesal. "Satpam ...!" teriak Sofia kesal.

"Sofia, sudah Sofia!" Sam mengusap lembut bahu wanita yang berdiri di sampingnya.

"Sam ... !" Sofia membulatkan matanya pada Sam.

Lelaki berdarah Prancis itu menggelengkan kepalanya pada Sofia. Memberikan isyarat agar wanita cantik dengan bulu mata lentik itu untuk tetap tenang.

Sofia menghela nafas panjang. "Baiklah, lalu apa tujuan kamu datang ke sini?" Sofia melipat kedua tangannya di depan dada, menatap pada Sam kemudian pada lelaki yang ada di depannya.

"Saya mendapatkan informasi jika lamaran pekerjaan saya telah di terima," ucap pemuda tersebut.

"Apa?" sentak Sofia. Netranya semakin membulat penuh menatap pada pemuda asing itu.

Sofia semakin kesal. "Mas, di sini tidak membuka lowongan pekerjaan seperti yang Mas bilang. Jadi silahkan Mas pergi sekarang juga!" cetus Sofia mengacungkan jari telunjuknya ke arah pintu pagar rumah.

"Tapi Tuan Nico sendiri yang menghubungi saya, Nyonya dan mengatakan jika saya di terima bekerja di sini sebagian supir pribadi beliau," debat pemuda tersebut.

"Apa, Mas Nico?" Sofia terhenyak, begitu juga dengan Sam. Sesaat mereka saling bersitatap dan tenggelam dalam terkaan mereka masing-masing.

"Mas Nico cari supir baru, untuk apa?" Sofia memelankan suaranya. "Apakah dia sudah tidak percaya dengan Pak Ujang," desisnya dengan wajah berpikir.

"Nyonya, apakah saya sudah boleh masuk?" tanya pemuda yang masih mematung di depan rumah Nico.

"Boleh, masuklah!" sela Sam.

Seketika Sofia melirik tajam pada Sam. "Sudah, biarkan saja dia masuk!" ucap Sam dengan suara pelan.

"Sebentar!" Sofia menghentikan langkah pemuda yang hendak masuk ke dalam rumah.

"Sekarang Tuan Nico sedang tidur, jadi kamu datang lagi saja besok pagi!" cetus Sofia dengan nada ketus.

Sam terus memegangi bahu Sofia, berharap Sofia dapat mengendalikan emosinya.

"Ba ...!"

"Siapa itu?"

Suara Nico memotong jawab pemuda asing itu. Sofia terkejut saat melihat lelaki buta yang berjalan pelan dengan bantuan tongkatnya menuju ke arah pintu utama rumah.

"Siapa ya?" ucap Nico yang kini berdiri di ambang pintu rumah.

Pemuda itu terlihat kebingungan, sekilas menatap pada Nico, Sam dan juga Sofia secara bergantian.

Sofia menautkan alisnya menunjuk ke arah Nico pada pemuda tersebut. Dengan tatapan sinis.

"Sa-saya ingin bertemu dengan Tuan Nico, saya supir barunya!" tutur pemuda tersebut yang belum tau jika lelaki buta yang ada di hadapannya adalah Nico.

"Oh, jadi kamu orangnya!" ucap Nico menyungingkan ulasan senyuman. "Mari masuk, tidak enak jika ngobrol di depan pintu," ajak Nico.

Sofia semakin meradang, ia mengikuti langkah pemuda yang masuk ke dalam rumahnya. Diikuti Sam yang berjalan di belakang Sofia.

"Duduklah!" titah Nico yang kini duduk pada sofa berwarna gold yang berada di ruang tamu rumahnya. Sementara Sofia memilih berdiri di depan pemuda tersebut dengan menjatuhkan tatapan mengintimidasi.

"Oh, iya kita belum berkenalan, siapa nama kamu?" tanya Nico ramah.

Pemuda yang duduk tidak jauh dari Nico semakin gugup dan kebingungan. "Sa-saya, Jodi, Tuan!" jawabnya dengan nada sedikit terbata. Sesekali melirik pada Sofia dan Sam.

"Oh, Jodi. Nama saya Nico saya yang membuka lowongan supir itu," ucap Nico tersenyum ramah.

Sofia terus memperhatikan Nico, sekilas memicingkan matanya pada Jodi. Sementara Sam, masih mematung memperhatikan pembicaraan antara Nico dan Jodi.

"I-iya, Tuan!" balas Jodi dengan suara bergetar. Pemuda itu sama sekali tidak bisa menyembunyikan kegugupannya.

"Jodi, apakah kamu sedang gugup?" seloroh Nico membuat wajah Jodi menegang menatap pada Sofia yang kini sedang memelototinya.

"Ti-tidak Tuan, saya hanya grogi saja," dusta Jodi.

Nico tergelak. "Tidak usah grogi Jodi, aku tidak akan memakan kamu," canda Nico. "Kecuali kamu menjadi seorang penghianat, mungkin ceritanya pasti akan berbeda," ucap Nico menyungingkan ulasan senyuman kecil.

Sofia seketika menatap pada Nico begitu juga dengan Sam yang merasa tersindir dengan ucapan Nico.

"Iya Tuan!" balas Jodi.

"Jadi, pekerjaan kamu di sini adalah setiap pagi mengantarkan istri saya ke kantor. Saya tidak rela jika istri saya ke kantor dengan supir lain," ucap Nico.

"Mas, aku tidak perlu supir baru, Mas!" cetus Sofia, seketika wanita itu membungkam mulutnya, dengan wajah penuh penyesalan telah menyela ucapan Nico.

"Sofia, kamu di sini?" ucap Nico mengarahkan tatapannya ke arah sumber suara Sofia.

_____

Bersambung ....


Load failed, please RETRY

ギフト

ギフト -- 贈り物 が届きました

    バッチアンロック

    目次

    表示オプション

    バックグラウンド

    フォント

    大きさ

    章のコメント

    レビューを書く 読み取りステータス: C6
    投稿に失敗します。もう一度やり直してください
    • テキストの品質
    • アップデートの安定性
    • ストーリー展開
    • キャラクターデザイン
    • 世界の背景

    合計スコア 0.0

    レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
    パワーストーンで投票する
    Rank 200+ パワーランキング
    Stone 0 推薦チケット
    不適切なコンテンツを報告する
    error ヒント

    不正使用を報告

    段落のコメント

    ログイン

    tip 段落コメント

    段落コメント機能がWebに登場!任意の段落の上にマウスを移動し、アイコンをクリックしてコメントを追加します。

    また、[設定]でいつでもオフ/オンにすることができます。

    手に入れました