"Terus, kemana dia sekarang? Kok, aku gak liat? Kamu gak diomelin entar deket-deket sama aku lagi?" tanya Ardhan yang cukup menggelitik perasaan Anaya. Ditolehnya Ardhan, lalu mencebikkan bibirnya kesal.
"Pcckkkk, Aku masih gak mau jika dijodohkan sama dia. Dia aja yang maksa. Udah lah aku males bahas dia, aku pergi dulu!" Anaya beranjak pergi dari sana. Tapi dengan cepat Ardhan menahannya.
"Eh...eh... kok jadi marah si? Aku cuma nanya kok, gak ada maksud lain. Beneran!" ucap Ardhan sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya tanda 'peace'. Anaya menahan senyum dengan sikap Ardhan. Tapi ia sembunyikan takut Ardhan geer.
"Iihh.. iihh.. Senyum-senyum. Kalau mau ketawa, ketawa aja, Non. Jangan di tahan," goda Ardhan. Anaya memutar bola mata malas.
"Iiihh, Apaan sii. Siapa juga yang senyum-senyum coba," gerutu Anaya kesal sambil memanyunkan bibirnya.
"Jangan ngambek gitu dong. Kan tambah cantik jadinya," ledek Ardhan lagi membuat Anaya memerah pipinya.
Entah kenapa aku nangis nulis part ini. hiks.