Jamil menggelengkan kepalanya. "Kau tidak bisa menemaniku begitu saja. Kamu harus terdaftar secara resmi sebagai anggota staf pribadi aku terlebih dahulu. " Dia mengerutkan dahinya. "Rumah tangga aku penuh kecuali untuk posisidari pelayan pribadi aku. Aku belum pernah melihat gunanya mendapatkannya. Aku sangat mampu berpakaian sendiri. "
"Apakah kamu menyarankan agar aku menjadi pelayanmu?"
Jamil memandang Rohan dengan bingung. Ada sesuatu yang tersinggung dan tidak percaya dalam nada bicara Rohan, seolah-olah dia tidak bisa membayangkan menjadi pelayan seorang pangeran. Jamil merasa sedikit tersinggung, jujur saja. "Aku harus Kamu tahu itu sangat didambakan posisi . Jelas lebih bergengsi daripada menjadi pelatih zywern yang kotor dan berkeringat."
Secercah kegembiraan melintas di wajah Rohan. "Jika Kamu berkata begitu, Yang Mulia ."
Jamil menyipitkan matanya. "Kenapa aku merasa kamu menertawakanku?"