Waktu terus bergulir, Regis sebentar lagi sudah akan memasuki taman kanak-kanak. Sebetulnya sejak tahun lalu aku sudah heboh, memintanya untuk lekas sekolah tapi papa melarang dengan segala alasan. Alhasil dia baru bisa menjadi anak unyu-unyu dengan seragam merah muda saat usianya mencapai akhir balita.
"Mama nggak bisa nganterin hari ini, kakak temenin adek dulu ya? Kuliah hari ini agak siangan bukan?"
Lima belas kali Mama mengatakannya padaku. Aku sih hanya mampu tertawa kecil saja soalnya sudah capekk bangetttt mendengar segala celotehan Mama.
"Iya-iya, aku anterin adek dulu. Nggak mungkin kan kalau Kiki yang baru semester satu harus telat, ya kalau aku sih biasa aja," kekehku lantas menggendong Regis.
"Aku bisa jalan," seru anakku, maksudku adikku.
Selisih usia kami begitu jauh. Bahkan saat nanti ada orang yang bertanya berapa usia anakku maka tanpa ragu akan kujawab pertanyaan itu. Ya habisnya mau gimana lagi? Adikku menggemaskan dan dia kecil sekali.