Cih, bocah tengil ini! Dia selalu saja memiliki alasan yang bisa membantah kakaknya ini. Padahal aku kan hanya memikirkannya karena kami ini keluarga.
Meskipun sesungguhnya aku sendiri agak jijik juga menyebut diri sendiri sebagai kakak. Tidak bertanggung jawab serta hobi merusuh, duh itu benar-benar aku.
"Ponsel kakak nyala," ucap Kiki lagi.
Lekas aku mengeceknya, ternyata kak Jae menelpon. Kulirik Kiki yang sedang mengangkat bahu namun tetap berjalan maju dan tidak mau menghentikan langkahnya. Aku membututi sambil mendengarkan suara kak Jae yang mengiringi langkahku saat ini.
["Sama siapa kamu sekarang?"]
Pertanyaan aneh darinya membuatku langsung menatap ke sekitar. Kala menjumpai teman satu band kak Jae dulu, aku hanya bisa tertawa lepas.
Mereka semua suka sekali mengadu, padahal Kak Jae saja terkadang tak meminta mereka melakukannya. Namun, mungkin saja karena kebaikan kekasihku itu mereka jadi tak ingin rekannya terluka. Aku lega karena ternyata kak Jae ada yang menjaga.