Sang Mama pulang tadi pagi dan untuk pertama kalinya Anantya dibawakan hadiah sebanyak ini. Entah ini hanya firasatnya atau apa, namun dia merasa ini lebih mirip semacam sogokan saja. Apalagi tadi Mamanya sempat bilang kalau nanti akan ada hal penting yang akan dibicarakannya. Senyum masam tampak menghiasi sudut bibirnya. Sepertinya dia sedikit paham dengan apa yang akan terjadi nantinya.
Dia sudah berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja belakangan ini, memiliki Papa memang impiannya. Namun jika nanti dia sampai memiliki adik, posisinya akan tergeser. Lebih lagi Anantya cukup kenal dengan sosok yang ada di foto itu.
"Sini sayang, Mama mau bicara." Terdengar suara Mama dari arah pintu kamarnya, Tya yang sedang melamun seketika menoleh.
"Kenapa, Ma?" sahut Anantya yang selalu ramah seperti biasanya.
"Asrtagfirullah, Mama lupa ngucap salam tadi, Nak."
"Assalamualaikum Bunga …," lanjut Astrid random sekali.