"Kamu yakin sudah kenyang, Jae?" tanyaku padanya.
Joo yang sedang menggendong Jae pun geleng-geleng kepala. Aku tergelak melihat ekspresi keduanya saat ini.
"Mom masih lapar, kah?" tanyanya yang memang jauh lebih peduli padaku dari pada ke Joo.
Aku menggeleng, tak mau makan lagi. Bukan karena rasa masakannya yang tak enak, justru saking enaknya kami sama-sama nggak sadar bahwa masing-masing memakan tiga porsi. Dimulai dari pecel lele, berlanjut pada ayam ikung lalapan dan terakhir bebek goreng. Aku sendiri heran, kami makan sebanyak itu tapi harganya bahkan tak mencapai lima ratus ribu.
Kalau begini nanti Joo pasti akan ngomel-ngomel lagi, biaya yang kami butuhkan untuk tiba ke tempat penginapan bahkan begitu murah. Dan hanya aku yang tahu semua pengeluaran ini, bahkan harga listrik di rumah kami saja jauh lebih mahal. Sungguh, jika bisa aku ingin menyembunyikan kuitansi ini agar Joo tak melihatnya karena dia itu adalah suami yang sangat aneh.