アプリをダウンロード
8.39% Sang Nona Muda Antagonis / Chapter 12: Rumor dari Sosok Masa Lalu

章 12: Rumor dari Sosok Masa Lalu

Dan saat itu juga suasana menjadi menegangkan. Udara terasa berat, entah karena korset yang terlalu mencekik mereka atau akibat ketakutan yang melilit mereka hingga pucat pasi.

Dracella terkekeh pelan. Ia yakin bila sang butler yang entah sejak kapan telah berdiri di belakangnya sedang menikmati berbagai macam reaksi mereka wanita-wanita muda yang baru saja menggunjing nona mudanya.

"Veronica, saya tidak menyangka Anda tidak menjelaskan terlebih dahulu antara saya dan duke sebelumnya tidaklah dekat meskipun," ujar Dracella sendu. Ia memasang raut kecewa, bahkan sepasang rubi miliknya tampak mengkilap seolah ia sedang menahan tangis. Veronica langsung saja kelabakan, ia kini tidak lagi bisa mengendalikan mimiknya.

"Saya memohon maaf, jika Nona merasa sakit hati, saya pikir dengan kita yang saling beramah-tamah menandakan Anda tidak membe⸺"

Ucapan Dracella tiba-tiba terhenti saat ia merasakan sebuah tangan melingkari pinggangnya yang ramping. Pelakunya adalah sang duke, ternyata pria itu telah berdiri di sampingnya dengan memeluk pinggang Dracella posesif, raut dingin dan manik keperakannya menatap dengan sirat mengintimidasi. Sepertinya ia tidak berniat diam, bukan?

"Veronica Shuya De Linford, bukankah sudah jelas, jika kita membatalkan pertunangan ini bukan karena Lady Silvester yang menggodaku. Hentikan semua ketidakjelasan rumor ini," tutur Alastair tegas⸺langsung tanpa basa-basi.

"My Lord, sa-saya tidak menyebarkan ru-rumor apapun," timpal Veronica gugup. Ia tidka menyangka sang duke akan langsung turun tangan.

Alastair mengulas senyum miring, "Bila memang Anda tidak berniat menyebar rumor, maka jelaskan dengan jelas bahwa itu tidak benar, Lady Linford."

Tubuh Veronica bergetar hebat, putri keluarga Linford itu terdiam dan hanya bisa menggigit bibir. Kini bisikan demi bisikan terdengar di sekeliling ball. Para tamu undangan pasti telah mendengar setiap ucapan tegas pria bersurai platina itu.

Dracella baru saja akan mengulum senyum, sayangnya ia urungkan niatnya saat mendapati sosok pria bersurai senja yang telah berdiri di samping Veronica. Ia mengulas senyuman ramah, putra sulung viscount Linford yang dijuluki si jenius dalam berpedang⸺Fraud Abigail De Linford.

Dan sesaat ia teringat kembali teralis besi yang selalu mengelilinginya. Perlahan suara pecutan diiringi tawa kembali terdengar. Helaian surai senja yang tertutupi tudung berwarna hitam. Kilasan itu kembali bersamaan dengan rasa sakit masa lalu, tangan yang membelai tubuhnya yang terbalut luka menggerayangi setiap bagian serta lekuknya.

"Dracella!! "

"A-alastair …"

Sebuah tangan tiba-tiba saja menggenggamnya erat. Dracella yang beberapa waktu lalu tampak linglung dengan nafas yang berat telah kembali stabil, ia tak lagi melihat kerumunan orang di sekitarnya.

Bahkan Kieran pun berada disisinya, sang butler tengah menggenggam sebuah gelas berisi air, sementara tangannya yang lain menggenggam tangan kiri sang nona dan Alastair menggenggam tangan kanannya. Dracella mengedarkan pandangan, dan barulah ia sadar bahwa kini dirinya berada di halaman, entah sejak kapan. Alastair menatapnya dengan sirat kekhawatiran.

"Bagaimana perasaanmu? Apa kau sudah merasa lebih baik? " Pria bersurai platina itu mengusap poni Dracella pelan.

Dracella menghela nafas lega, tubuhnya mulai merileks. Ia tidak mengira bayangan salah satu dari mereka yang pernah menyiksanya dalam ritual itu ialah Fraud, gadis itu sendiri baru saja mengetahui jika Fraud bagian dari mereka. Rasa sakit yang ia kira telah menghilang dan terlupakan itu tidak lagi ada, ternyata rasa itu tidak hilang melainkan terkubur untuk sesaat.

"Dracella, tidak ada yang perlu ditakutkan. Bahkan mereka yang seharusnya lebih takut padamu, bukan? Kita telah menjadi bagian dari kegelapan, kemudian jiwa kita tak akan lepas begitu saja jika tidak di kedua tangan mereka," Alastair melirik Keiran dan Darcel yang. Ia merasa menjadi bodoh karena masih berada di bawah bayang-bayang para manusia keji dan biadab itu, sementara kini dirinya dapat menghancurkan mereka hanya dengan satu kepalan tangan.

Lucifer⸺sang raja iblis sekaligus malaikat jatuh yang ditakuti setiap iblis berada di sampingnya. Nyawa ya pun sudah pasti akan menjadi milik Keiran. Kemudian tunangannya sendiri adalah seorang duke yang disegani dan paling ditakuti, untuk apa takut apabila dirinya sendiri telah menjadi bagian dari kegelapan.

" Maaf, aku sudah membuatmu kebingungan pasti. Tenang saja aku baik-baik saja, dan akan jauh lebih baik."Dracella memeluk tubuh Alastair erat, ia membenamkan kepalanya pada pelukan hangat sang duke. Pria itu tersenyum kecil, entah apa yang baru saja terjadi sepertinya gadisnya baru saja akan memulai babak yang lain untuk menancapkan mata pisau pada mereka.

"Apa yang terjadi kemudian setelah aku sempat shock, Alastair?" tanya gadis bersurai keemasan yang tidak lagi gemetar. Sebenarnya, sang duke sedikit kebingungan mencari penjelasan karena ia merasa sedikit khawatir⸺takut jika Dracella kembali mengalami shock. Tetapi melihat gadis itu menggenggam tangannya erat sembari tersenyum kecil membuatnya luluh.

Beberapa menit setelah Fraud datang menyusul.

" Duke Salvador, saya mohon maaf atas ketidaksopanan kami karena mengalami keterlambatan menjelaskan dan membersihkan rumor ini. Kami fokus pada kesehatan Veronica yang harus memulihkan diri dari kesedihan." Fraud tersenyum ramah namun manik abu-abu miliknya menatap tajam. Alastair tertawa pelan menanggapi elakan Fraud.

"Ah, begitu kah? Kalau begitu berhubung kedatangan lady Veronica ke pesta menunjukan ika ia telah pulih kembali, maka kenapa tidak kita luruskan saja secepatnya."

Veronica hanya terdiam bersembunyi di balik punggung sang kakak, si bungsu Linford itu masih terlalu kekanakan dan bodoh dalam hal perang adu mulut, terlebih lagi Alastair sendiri yang menjadi lawannya.

Bagaimana bisa ia tidak tahu, menjadi teman masa kecil dan mantan tunangannya telah membuatnya paham seluk beluk pemuda Salvador itu.

"Tentu, kami akan membereskan segalanya. Kami memohon maaf karena telah membuat Lady Silvester cemas dan merasa tidak nyaman atas rumor ini." Fraud masih saja mengulas senyum, kali ini ia melirik sosok berparas ayu yang sejak tadi hanya diam saja.

Muncul tanda tanya ada apa dengan dengan sosok lady di hadapannya, muncul sesuatu yang mengusiknya setelah sekian lama tidak melihat gadis bermanik krimson itu.

"Sepertinya hari ini anda cukup melewati batas, Tuan muda Fraud. Menatap seorang lady seintens itu hingga mendekat di hadapan tunangannya."

Suara rendah dan menusuk Alastair menghentikan tingkah bodoh Fraud, Fraud tersenyum dan menundukkan kepala, " Maaf Duke atas kelancangan saya … tapi saya hanya merasa ada yang salah dengan lady Silvester," ucap Fraud berterus terang, ya di tidak sepenuhnya berdusta.

Alastair bergegas menarik tubuh Dracella mendekat dan sebelum mereka berbalik meninggalkan kedua Linford bersaudara seringaian dan senyum khas Salvador disunggingkannya.

"Mohon untuk memberi penjelasan kepada lady Veronica untuk mengetahui tempatnya, kepada siapa dia bersikap. Dan ajarkan bagaimana berhadapan dengan seorang Duke. Itu juga berlaku untukmu Fraud Abigail De Linford, baiklah selamat malam."

Dracella terdiam meskipun pria di hadapannya telah selesai bercerita. Dari penjelasan sang duke ia mengetahui beberapa hal. Fraud kemungkinan memiliki sesuatu atau apapun karena jika dugaannya benar Fraud menduga dirinya telah mengingat wajah Fraud saat ritual dulu.

Tidak apa, itu bukan masalah besar.

Dracella tersenyum dan memeluk pria bersurai platina⸺mencari ketenangan kembali, menghirup aroma mint milik sang duke.

"Kieran, mari segera kembali ke mansion, kita akan bersiap menarik Fraud ke dalam jurang."

"Dan Alastair, aku akan menceritakan semuanya. Karena itu lebih baik kita kembali ke villa."


章 13: Kisah di Balik Tabir Bagian I

Hujan membasahi tanah London malam itu, nyala perapian dan beberapa lilin menjadi lentera di sebuah ruangan. Tepat di hadapan perapian itu Dracella tengah bergelung dengan sebuah selimut berwarna hitam. Alastair duduk di samping sofa yang didudukinya. Sebuah jubah tidur dan teh yang baru saja diseduh mengepul di hadapannya. Mereka sama-sama terdiam mendengarkan rintik hujan yang deras juga suara perapian.

"Ini dimulai dari tragedi pembunuhan yang dilakukan saat kami baru saja hendak kembali dari perjalanan musim dingin," Dracella memulai membuka kisah masa lalu itu, maniknya menerawang jauh seolah ia kembali ke masa-masa itu.

"Musim dingin akan berakhir dengan kami yang menghabiskan waktu bersama di mansion Silvester yang jauh dari London."

Suara riuh terdengar dari dalam mansion megah yang kini berselimut putihnya salju musim dingin. Terdengar jauh lebih hidup mansion yang biasanya terlihat sunyi itu. Seorang gadis kecil berambut legam dan manik emerald berlari menuruni tangga tergesa di belakangnya seorang gadis berumur 12 tahun mengejar. Rambut platina dan manik emerald yang sama. Mereka tertawa cerah, saling mengejar satu sama lain hingga akhirnya seorang anak laki laki yang jauh lebih tua berambut legam dengan manik platina bersedekap.

"Jangan berlarian saat menuruni tangga, apa kalian lupa?" tanya bocah lelaki itu dengan menatap kedua adik perempuannya itu bergantian.

"Maaf itu salah Kiera, dia memaksaku memakai mantel penuh bulu norak dari nibi Penelope." Gadis berambut legam itu bersembunyi di balik tubuh kakak laki-laki tertuanya itu⸺mengadu karena seharian penuh kakak perempuannya sibuk menggoda.

"Oh ayolah Lucius, Dracella terlalu berlebihan ... aku kan peduli dengan penampilan adik kecil kita."

Bocah lelaki yang dipanggil Lucius itu menghela nafas kasar, merasa kepalanya baru saja dihantam sebuah batu besar. Memiliki dua orang adik perempuan yang tak bisa berhenti menggoda satu sama lain sampai salah satunya menangis.

Lucius Brylee Silvester, anak lelaki tertua keluarga Silvester. Berambut keemasan dengan manik safir, di usianya yang ke 15 tahun ia telah bertanggung jawab atas ketidakhadiran kedua orang tuanya yang sibuk mengurus ini dan itu. Bertanggung jawab atas mansion dan kedua permata Silvester, putri pertama tertua adik dari Lucius⸺Kiera Cassie Silvester dan putri bungsu,Dracella Lux Silvester.

Dan pada hari ini mereka tengah di daerah Wiltshire, kediaman Silvester yang cukup jauh dari London⸺desa yang terkenal kecantikan dan keindahannya. Di sanalah keluarga Silvester akan menghabiskan waktu di penghujung musim dingin mereka, meskipun terkadang kedua orang tuanya akan pergi disaat yang mendadak, persis seperti hari ini.

"Cepat bersiap ayah dan ibu sudah menunggu di kereta, kalian tidak ingin melewatkan acara festival kan?"

Setelah mendengar instruksi Lucius kedua gadis Silvester itu segera melesat menuju pintu setelah memakai mantel yang telah disiapkan para pelayan. Baru setelahnya mereka berhamburan memasuki kereta kuda yang segera menembus jalanan bersalju.

Kereta itu penuh dengan canda dan tawa keluarga bahagia Silvester, saling bercengkrama, tepat sebelum badai datang.

Suara benturan keras dan guncangan membuat kelima penumpang kereta kuda sore hari itu terpekik. Kedua putri dan nyonya Silvester saling berpegangan, sementara earl Silvester berpandangan sejenak pada sang putra sulungnya⸺memberikan kode.

Lucius mengangguk dan mengambil sebuah kota panjang di bawah tempat duduk. Suara klik terdengar saat pengunci dibuka, dan disana terdapat dua buah pedang beserta dua buah pistol.

Lucius tahu apa yang tengah terjadi dari keributan yang ada di luar. Manik safir Lucius bertubrukan dengan manik krimson ayahnya sesaat setelah memberikan salah satu pedang dan pistol.

Earl Silvester, Charles membuka pintu kereta perlahan dan melihat penjaga maupun butlernya Robert telah terbujur kaku bersimbah cairan merah kental. Langsung saja ia menajamkan semua inderanya dan mengarahkan Lucius untuk segera membawa ibu dan adik-adiknya keluar. Baru saja mereka mulai mengambil langkah, tiba-tiba saja dua belah pedang datang menerjang Charles.

"LUCIUS, CEPAT BAWA IBU DAN ADIK MU PERGI!"

Charles memberi perintah dengan suara tegas kepada si sulung, Lucius tentu paham apa arti perintah ayahnya dan kemungkinan terburuk yang akan dihadapi mereka. Tanpa basa basi dirinya mulai memandu kedua saudara juga sang ibu, tetapi suara tembakan terdengar dan jeritan Kiera terdengar. Nyonya Silvester terduduk sembari memegangi perut bagian kanannya yang telah berlumuran darah. Sekumpulan orang datang berjubah hitam dengan tudung sekitar 15 orang dan 5 diantaranya tengah berhadapan dengan Charless. Liliana, putri dari tiga anak itu tersenyum dengan raut pucat, ia mengerti kondisinya saat ini adalah menjadikan anak-anak prioritasnya.

"Kiera, jaga Dracella dan bantu Kakakmu ya … jangan saling bertengkar." Wanita bersurai pirang itu mengusap pipi merona putri keduanya yang tengah menahan tangis, gadis kecilnya itu selalu berusaha kuat.

"Lucius, Ibu menitipkan mereka padamu. Jaga adik-adikmu,apapun yang terjadi kau akan menjadi pengganti kami." Kali ini Liliana memandang iris safir yang sama persis dengan miliknya, air mata mengalir membasahi pipi sang lady ketika menatap manik tegar dan tegas Lucius membuatnya merasa teriris⸺si sulung harus menahan beban lebih berat.

Lucius tersenyum dan mengecup dahi ibunya, matanya menyipit karena tersenyum, sekilas air mata menetes. Liliana tersenyum bangga. Ia merasa menjadi seorang ibu yang beruntung karena memiliki putra seperti Lucius.

"Dracella, apapun yang terjadi sayang turuti dan patuh pada ucapan kedua Kakakmu. Jangan menangis, jadilah seorang wanita yang dapat membawa beban seberat apapun. Jika kau tak bisa berjalan merangkaklah jika tak ada tangan gunakan kakimu jika tak ada keduanya gunakan suaramu."

"Maaf … maafkan ibu yang masih … masih belum cukup menjadi Ibu yang baik."

Lilianna memeluk putri kecilnya itu, badan keduanya bergetar hebat. Kemudian senyum kecil masam wanita berparas ayu menjadi bayangan terakhir ibu mereka.

Berlari dan terus berlari, ketiga anak itu berlari menembus hutan di tengah malam, deru nafas mereka memburu. Kerap tersandung terjatuh ketiga anak itu berlari dan terus berlari hingga tiba di mansion yang tampak di depan sana.

Lucius mencegat kedua adiknya sesaat sebelum mereka hendak memasuki mansion. Mansion tampak aneh, tidak ada penjaga atau pun para pelayan. Lucius menarik tangan kedua adiknya, mereka berjalan melewati pohon demi pohon⸺berbaur dengan semak belukar dan malam.

Dracella hendak berteriak namun segera dibekap dengan tangan Lucius. Mereka ketakutan saat melihat apa yang tengah terjadi di hadapannya, nanny mereka di sana bersimbah darah dengan kepala yang meninggalkan tubuhnya darah menyembur dan membasahi lantai juga mengenai rumput hijau.

Lucius memutar otak mencari celah tindakan apa yang sebaiknya ia pilih. Belum menemukan jawaban mereka kembali terkejut. Ketiga bocah itu terbelalak ketika melihat salah satu makhluk keluar dari mansion.

Mengerikan satu kata yang mendeskripsikan sesuatu di hadapan mereka. Berkepala tengkorak seperti kerbau dengan tubuh setinggi 3 meter berwarna hitam, mereka berbicara dengan suara berdengung. Kemudian ada orang-orang bertudung hitam dengan lambang kepala kambing di bagian punggung keluar dari mansion bersama makhluk-makhluk aneh itu.

Tiga bocah itu tau apa yang dilihatnya mereka bukan manusia, mereka makhluk kegelapan⸺mungkin itu penjelasan yang terdengar paling rasional saat ini untuk otak mereka. Kiera menjerit tertahan mulutnya dibekap keras dengan kedua tangannya saat itu Dracella sendiri tidak melihat apa yang terjadi mata maupun mulutnya dibekap oleh tangan Lucius. Ia bisa merasakan kemarahan kakak laki-laki nya, dan suara isakan tertahan Kiera. Tidak lama suasana mansion menjadi senyap dan hening, perlahan Lucius melepaskan tangannya dari bibir Dracella kecil

Manik krimson Dracella mulai menyesuaikan berkas cahaya yang diterima matanya, gadis kecil itu ditarik berlari kembali oleh kedua kakaknya. Masih tidak mengerti apa yang terjadi dan hanya berlari karena ia dipaksa tak mengetahui apapun.

Mereka telah melewati mansion dan terus berlari tanpa arah hingga menemukan seseorang yang mereka tau, sosok wanita muda berpakaian pelayan penuh bercak darah rambut kemerahan yang kusut dan raut pucat pasi.

"Catherine!!"

Lucius berlari perlahan menerjang tubuh salah satu pelayannya. Iia tidak dapat menahan rasa sakit melihat raut wanita berparas lembut itu. Bahkan seorang Catherine yang dibekali kemampuan berpedang setara dengan seorang knight keluar dengan kondisi seperti ini.

"Jelaskan, apa yang terjadi?!"


Load failed, please RETRY

ギフト

ギフト -- 贈り物 が届きました

    バッチアンロック

    目次

    表示オプション

    バックグラウンド

    フォント

    大きさ

    章のコメント

    レビューを書く 読み取りステータス: C12
    投稿に失敗します。もう一度やり直してください
    • テキストの品質
    • アップデートの安定性
    • ストーリー展開
    • キャラクターデザイン
    • 世界の背景

    合計スコア 0.0

    レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
    パワーストーンで投票する
    Rank 200+ パワーランキング
    Stone 0 推薦チケット
    不適切なコンテンツを報告する
    error ヒント

    不正使用を報告

    段落のコメント

    ログイン

    tip 段落コメント

    段落コメント機能がWebに登場!任意の段落の上にマウスを移動し、アイコンをクリックしてコメントを追加します。

    また、[設定]でいつでもオフ/オンにすることができます。

    手に入れました