Di sebuah apartemen terlihat seorang wanita yang notabene nya adalah sang pemilik apartemen, yang saat ini tengah berada di dapur.
Wanita dengan rambut panjang itu terlihat tengah menuangkan susu putih pada dua gelas kaca.
Saat tengah sibuk dengan aktivitas nya, tiba-tiba ia di kejutkan dengan kedua tangan yang melingkari perutnya dari belakang.
Leah terlonjak. "W-Woojin! kau mengagetkan ku!" kaget Leah.
Woojin tersenyum. "Apa kau sebegitu terkejutnya? Biasanya juga aku melakukan hal yang lebih kepada mu dari pada ini," ucap Woojin yang lalu meletakkan dagunya pada bahu Leah.
Benar sekali, itu adalah Leah yang merupakan sang pemilik apartemen dengan Woojin kekasih barunya.
Mari kita berikan ucapan selamat pada pasangan kekasih baru ini.
Leah tersenyum geli mendengar ucapan Woojin. "Kau ini, ini masih pagi Tuan Pervert!" ucap Leah sambil mencubit hidung Woojin.
Woojin pun melepaskan pelukan nya, lalu mendudukkan dirinya pada salah satu kursi yang ada di meja makan itu.
Leah membawa dua gelas yang sudah berisikan susu rendah lemak itu dan meletakkan nya di atas meja makan.
"Terima kasih babe..." ucap Woojin sambil tersenyum.
Leah mengangguk kecil, lalu ikut mendudukkan dirinya di meja makan itu bersama dengan kekasih nya.
Ia pun meminum segelas susu miliknya itu dengan memakan roti panggang yang telah ia buat sebelumnya.
Lalu Leah menyadari satu hal. "Babe, kenapa kau tidak mengenakan baju mu?" tanya Leah.
Yah, ia baru menyadari kalau Woojin tidak menggunakan atasan saat ini, alias shirtless. Memperkenalkan otot-otot perut nya.
"Kau tahu sendiri kan apa yang telah kita lakukan tadi malam babe? Dan aku terlalu malas untuk menggunakan baju," jawab Woojin.
Tanpa perlu menjelaskan nya dengan panjang lebar kepada kalian, aku juga yakin kalau kalian pasti sudah tahu apa yang di maksud kan oleh Woojin saat ini.
Yah, benar sekali!
BLUSH
Wajah Leah dalam hitungan detik langsung merah padam bak kepiting rebus.
"A-aishh! kau ini!" malu Leah sambil memukul bahu Woojin.
Woojin terkekeh karena melihat wajah Leah kekasih nya barunya itu yang memerah.
Mereka berdua pun melanjutkan kegiatan sarapan pagi mereka di meja makan berwarna putih itu.
Dengan keduanya yang di selingi oleh pembicaraan ringan yang sesekali membuat pasangan kekasih itu terkekeh.
Manis... sangat manis.
Kedua nya terlihat sangat manis dan di mabuk cinta. Seakan-akan kedua nya yang telah lama menjalin hubungan.
Saat Leah menatap tangan kanan nya yang berada di atas meja makan itu, pikiran nya mendadak melayang...
Mengingat Jaehyun.
Mantan kekasih nya, yang baru saja ia putuskan beberapa hari yang lalu pada malam itu.
Dan mendadak sesuatu di dalam hatinya bergetar dan berdenyut nyeri. Pikiran nya mengingat wajah Jaehyun yang meneteskan air mata nya pada malam itu.
Malam dimana ia menghancurkan hubungan nya dengan Jaehyun.
Yang berniat melamar nya.
"Babe... babe... Leah!"
Leah langsung tersadar dari lamunan nya mendengar Woojin yang memanggil nya sebanyak tiga kali.
"E-eoh... nde?" sadar Leah.
"Kau melamun babe... ada apa? Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Woojin sambil menatap Leah.
"T-tidak, aku tidak memikirkan apapun babe," ucap Leah.
Bohong. Sudah pasti saat ini ia tengah berbohong kepada Woojin kekasih nya, dan kalian juga tahu akan hal itu.
Dan juga... sebuah kebohongan besar, jika ia mengatakan kalau ia telah melupakan Jaehyun.
Yang telah menjalin hubungan bersama dengan waktu yang cukup lama.
Ia bahkan ingat kalau dirinya selalu sarapan bersama di meja makan ini. Yang kali ini, kursi yang selalu di tempati oleh Jaehyun telah di gantikan oleh Woojin.
Sosok pria yang kini tengah berada di hadapan nya saat ini.
"Kau berbohong..." ucap Woojin.
Woojin lalu memegang tangan Leah yang berada di atas meja makan itu dengan lembut. Ia menggenggam nya dengan begitu lembut nya.
"Kau tidak menyesal?" ucap Woojin.
Leah menatap Woojin.
"Kau tidak menyesal meninggalkan nya?" tanya Woojin.
Apa Woojin tahu kalau yang telah membuat Leah tadi melamun adalah Jaehyun? Tentu, tentu saja ia tahu.
Ia tidak mungkin tidak tahu penyebab Leah kekasih nya melamun tepat di hadapan nya.
Leah terdiam.
Entah mengapa pertanyaan yang di lontarkan oleh Woojin kepadanya terdengar sangat sulit untuk ia jawab.
Leah menggeleng dengan perlahan. "Tidak, sudah aku katakan bukan? Kalau aku tidak lagi mencintai nya," jawab Leah sambil menatap Woojin.
Woojin menatap kedua mata Leah, kekasih nya. Harus ia akui, meskipun ia telah merebut Leah dari Jaehyun, tapi ia mencintai Leah.
Meskipun cara yang ia lakukan adalah sebuah kesalahan yang sangat besar.
Perlahan sebuah senyuman lembut terukir pada wajah Woojin. "Aku mencintaimu..." ucapnya yang lalu mencium tangan Leah.
Leah tersenyum. "Aku juga mencintaimu..." balas Leah.
...
Di pinggir jalan itu terlihat Caerin yang tengah menunggu sebuah bus. Ia telah berdiri di sana selama sepuluh menit.
Bukan hanya ia saja yang tengah menunggu bus saat ini, beberapa orang juga tengah menunggu dengan duduk di halte bus itu.
Caerin memainkan ponselnya. Membalas pesan dari Min-Jun.
Tak lama kemudian, bus yang telah ia tunggu sedari tadi telah tiba.
"Eoh, itu bus nya!" ucap Caerin begitu melihat bus berwarna merah itu.
Ia memasukkan ponselnya ke dalam tas yang ia kenakan, lalu segera berjalan masuk ke dalam bus itu.
Caerin memilih tempat duduk paling belakang, dengan dirinya yang tentunya duduk di samping jendela.
Setelah semua penumpang telah naik, bus itu pun berjalan meninggalkan halte bus itu. Mengantarkan para penumpang nya ke tempat tujuan mereka masing-masing.
Caerin melihat ke arah luar jendela bus itu, melihat gedung-gedung pencakar langit yang ia lewati.
Juga kendaraan yang berlalu lalang, mulai dari kendaraan yang paling murah hingga yang paling mahal.
Bus yang ia tumpangi, berhenti di sebuah halte bus untuk yang pertama kalinya. Mengangkut penumpang lainnya yang juga ingin menaiki bus itu. Dan kembali berjalan seperti sebelum nya.
Caerin masih sibuk melihat keluar jendela bus itu, seakan-akan pemandangan di luar jauh lebih menarik baginya.
"Permisi... apa aku boleh duduk di samping mu?"
Caerin mengangguk tanpa menoleh. "Ya, silahkan..." jawab Caerin.
Karena mendengar jawaban dari Caerin, orang itu pun duduk di samping Caerin. Yang memang kursi itu tengah kosong.
Tentu saja kosong, kan Caerin hanya duduk sendirian saja.
Tapi sekarang, Caerin tidak lagi duduk sendirian karena kursi di samping nya itu telah di isi oleh seseorang.
Tak terasa Caerin telah berada di dalam bus itu selama lima belas menit lamanya. Dengan dirinya yang menatap ke luar jendela bus sepanjang perjalanan.
Hingga tiba-tiba...
KRITTT...
Supir bus itu memberitahukan bus itu dengan cukup mendadak.
Dan karena hal itu tubuh Caerin langsung terhuyung ke samping, menyenggol orang yang duduk di samping nya. Yang mana orang itu refleks memegang kedua bahu Caerin.
"Kau tidak apa-apa?" tanya orang itu.
"Aduh! ah... maafkan aku!" ucap Caerin yang langsung menoleh.
Dan detik itu juga, Caerin langsung bertatapan dengan pria itu.
Pria dengan rambut hitam legam itu yang menatapnya dengan sorot mata kekhawatiran yang sangat amat jelas.
"A-ah... aku baik-baik saj-- oh! sudah sampai rupanya!" sadar Caerin.
Yah, ia baru sadar kalau ia sudah sampai di tempat tujuan nya.
Caerin segera mengambil tas miliknya, berdiri dari kursi itu dan turun dari bus. Meninggalkan pria itu yang menatap Caerin hingga menuruni bus.
Lalu bus itu kembali berjalan. Pria itu memperbaiki posisi duduknya dan melihat ke samping tempat duduk nya yang telah kosong. Dan...
"Eoh! jepit rambut!" ucap pria itu.
Benar, ia melihat sebuah jepit rambut berwarna pink muda yang tertinggal di kursi yang di tempati oleh Caerin sebelumnya.