Bentangan langit berwarna oranye menjadi payung dalam senja yang tak abadi, karena dalam hitungan jam akan ditenggut oleh sang malam. Awan tipis menjadi penghias jingganya langit disertai beberapa ekor burung yang mengepakkan sayanp kesana-kemari, entah tujuan pastinya kemana.
Netra si lelaki yang sedari tadi fokus dengan langit kini berganti menoleh ke arah ruangan dosen untuk memastikan orang yang ia tunggu sudah selesai atau belum. Namun tak perlu menunggu lebih lama, orang yang ia nanti akhirnya menampakkan diri dengan wajah tertekuk.
Perempuan itu berjalan dengan ogah-ogahan ke arah si lelaki. Semakin dekat jaraknya, membuat si lelaki yang semula duduk di tangga yang hanya terdiri dari lima anak tangga itu memilih untuk berdiri.
"Gimana? Udah?" tanya si lelaki malas. Kalau bukan karena ia sudah menagtakan untuk menyeret perempuan di depannya ke rumah Wega, tentu saja ia enggan melihat wajahnya lagi.