Blake tak mampu terpejam semalaman. Ia hanya membolak-balik tubuhnya di ranjang. Meski karena ranjang yang tak nyaman, tetapi biasanya ia akan mampu menahan itu, jika penat tetap saja ia akan terlelap. Kali ini berbeda.
Hazel telah berhasil menyita banyak waktunya, waktu tidurnya, nafsu makannya, segalanya. Hatinya entah seperti apa rupanya sekarang. Ia tak tahu.
Ia sungguh gelisah menyadari kebodohan yang berulang kali dilakukannya, terlebih apa yang telah ia lakukan bukan hal yang bisa dimaafkan. Tak ada wanita lain selain Hazel, itu kenyataannya. Namun, begitu sulit mempertahankan hubungan karena dirinya yang bodoh. Bukan karena Hazel.
Blake menatap layar ponselnya, foto Hazel yang cantik masih berada di sana. Ia tak pernah berniat untuk mengganti apa lagi menghapusnya. Ia ingin kenangan tentang Hazel akan selalu ada di mana pun ia berada, meski mengganggu, tetapi ia bahagia karena pernah menjadi bagian dari gadis itu.