Tawa misterius itu kembali muncul, dan tak lama setelahnya sesosok bayangan berjalan pelan di antara pepohonan. Suara tawa yang awalnya samar kudengar kini semakin jelas, hingga tawa itu berubah menyerupai nada tertinggi flute yang ditiup dengan sangat kuat. Terdengar seperti tarikan yang menyakitkan telinga dan menyayat. Aku hendak menjangkaunya, tapi kondisi menyebalkan itu kembali. Aku duduk di atas tumpukan salju dengan lampu minyak yang tergeletak di sampingku.
Mickey kembali marah padaku. Dia berteriak dengan suara yang sangat keras, juga melontarkan kata-kata yang sebelumnya pernah dia katakan. Begitu pula dengan Antonie dan para Manji yang datang mendekat. Mereka kembali melerai pertengkaran kami, dengan Antonie yang kembali membantuku untuk berdiri. Aku seperti terjebak dalam lingkaran waktu. Suara tawa itu layaknya portal yang akan melontarkan ku pada titik awal setiap kali aku ingin mencari tahu tentang Nympha.