"Zie, ayo makan! Aku beli untukmu juga, jadi kau harus memakannya," aku berucap sambil menyendok es krim dari dua cup berbeda, "Rasa green tea yang terbaik," celatukku, setelah merasakan dinginnya es krim yang memenuhi mulutku.
Zie hanya diam, dia bahkan tidak menyentuh makanan yang aku belikan untuknya. Ekspresinya begitu datar, dan kedua manik biru di wajahnya itu mengarah padaku. Tatapan yang begitu dingin.
Saat memperhatikan ekspresi marionette tempat keberadaan roh Zie, aku sadar bahwa ada hal yang sudah berubah untuk kami. Aku menghentikan makanku. Kami diam satu sama lain, hingga kedua es di cup itu berubah menjadi air.
"Tha, aku sudah tidak bisa makan seperti dulu lagi. Tubuhku sudah berbeda," lirihnya sendu, memecah keheningan yang tercipta diantara ramainya pengunjung.
Es krim green tea dan cherry yang biasanya selalu membuatku makan banyak, kali ini terasa sangat pahit di mulutku. Aku menelannya cepat, dan tanpa kusadari, air mataku pun juga sudah berderai.