Happy Reading
.
.
.
Teng teng teng
"Duduk di tempat masing-masing semuanya" perintah Bu Putri saat masuk kedalam kelas membuat seluruh isi kelas berlarian menuju tempat duduk masing-masing.
"Keluarkan buku kalian dan buka halaman 98" lanjut Bu Putri memberi perintah.
"Gak absen dulu Bu?" tanya Joe.
"Gak usah saya sudah tau siapa-siapa aja yang gak masuk" jawab Bu Putri sambil membolak-balik buku.
"Agung coba baca" lanjut Bu Putri tiba-tiba karena melihat Agung yang masih kasak kusuk.
"Ah iya Bu" kaget Agung yang langsung buru-buru merebut buku Fatan disampingnya.
"Eh buku gue tu" protes Fatan karena Agung mengambil bukunya.
"Pinjam bentar buku gue ketinggalan" pinta Agung sambil berbisik-bisik.
"Tapi itu" kata Fatan terpotong.
"Bentar aja pelit banget sih" potong Agung.
"Ayo cepat" geram Bu Putri karena Agung yang masih sibuk membolak-balik kan halaman buku.
"Hm hm hm" Agung mengetes suara.
"Sistem reproduksi manusia adalah...." Agung mulai membaca.
"Stop stop" teriak Bu Putri menghentikan Agung.
"Iya kenapa buk?" tanya Agung bingung sedangkan Fatan di sebelahnya dari tadi sudah mati-matian menahan tawanya.
"Kamu baca apa AGUNG? kamu kira kita belajar biologi hah?. Makanya nak malam-malam itu cek jadwal pelajaran untuk besok, terus siapkan buku sama baju yang mau di pakai besok, langsung TIDUR, bukannya malah sibuk push rank, mana bangunnya susah alhasil kesiangan sampai-sampai mandi gak sempet apa lagi mau nyiapin buku" omel Bu Putri.
"Iya Bu" jawab Agung dengan suara dibuat-buat melas.
"Haduh jadi tensi kan saya, ya udahlah buka halaman 104 kerjakan sekarang" perintah Bu Putri mutlak.
"Oh iya kumpulkan nanti pas bel bunyi" lanjutnya lalu langsung pergi meninggalkan kelas.
"Yah Bu" keluh mereka yang langsung melampiaskannya kepada Agung.
"Aduh berisik banget" keluh Dwi yang sudah mulai mengerjakan tugasnya sementara yang lain masih sibuk membantai Agung.
"Biarin aja Wi, biar kapok tu sih Agung" kata Milla puas saat melihat Agung yang sedang dibantai teman-temannya.
"Bukannya lo juga gak bawa buku ya?" tanya Dwi jail.
"Tapi kan seenggaknya gue gak sesial dia yang kena panggil Bu Putri" jawab Milla bangga dan membuat Dwi geleng-geleng kepala.
"Eh bagi-bagi dong bukunya" lanjut Milla saat melihat Dwi yang mulai menulis.
"Nih" Dwi menggeser bukunya menjadi ketengah sehingga Milla dapat ikut melihat.
"Oh iya mill gue lupa cerita kemarin" kata Dwi tiba-tiba berhenti menulis karena teringat sesuatu hal.
"Cerita apa?" tanya Milla sambil menghentikan acara menulisnya.
"Kemarin di belakang sekolah gue sempet ketemu sama cowok ganteng" cerita Dwi.
"Gak mungkin kan" respon Milla takut-takut.
"Gak mungkin apa?" heran Dwi.
"Hantu" jawab Milla pelan agar tidak di dengar yang lain.
"Apa-apa siapa hantu" tiba-tiba Briyan datang dan ikut nimbrung dalam pembicaraan Dwi dan Milla.
"Sssst" Milla dan Dwi kompak menyuruh Briyan diam.
"Iya iya kenapa?" tanya Briyan penasaran dan di kode oleh Milla agar bertanya ke Dwi.
"Gak gak gak mungkin" kata Dwi tiba-tiba.
"Coba lo ingat-ingat cowok yang lo liat gimana" saran Milla penasaran.
"Dia hmm, tingginya hampir sama dengan Briyan (nunjuk Briyan didepannya), terus rambutnya itam, kulitnya putih, wangi, bibirnya pink kayak gak pernah ngerokok gitu, bulu matanya lentik, alis tebal gak beraturan, dan dia juga pakek seragam sama dengan kita" kata Dwi setelah mengingat-ingat.
Prok prok prok
"Wah Wi lo liat orang yang gak lo kenal sedetail itu" kagum Milla dan Briyan sambil memberikan tepuk tangan.
"Hehe ya gimana di loncatnya las banget depan gue, jadi pas gue kaget gue liatin aja dia" jawab Dwi malu sambil memainkan penanya.
"Tunggu dulu dia Loncat?, Seragam?" tanya Milla.
"Iya" jawab Dwi sambil menganggukkan kepalanya.
"Lo pernah liat dia sebelumnya di sekolah ini?" tanya Milla serius menyelidiki.
"Enggak" jawab Dwi sambil menggelengkan kepalanya.
"Haah" Milla kaget.
"Kenapa kenapa kenapa?" tanya Dwi dan Briyan panik plus penasaran dengan.
"Sini" Milla meminta mereka mendekat.
"Sebenarnya dulu ada rumor tentang alasan kenapa di belakang sekolah bisa angker" cerita Milla dramatis.
"Kenapa?" tanya Briyan.
"Iya kenapa?" tanya Dwi tak sabaran.
"Katanya dulu ada kakak tingkat kelas 3 yang sangat di kekang oleh keluarganya. Kalau dia sampai dapat nilai rendah dia akan di kurung, gak di kasih makan, dan bahkan dipukul. Jadi waktu mendekati ujian akhir semester dia merasa stress karena nilainya yang terus turun dan untuk menenangkan dirinya dia pergi kebelakang sekolah dan mutusin untuk gantung diri disana" cerita Milla.
"Terus gimana?" tanya Dwi agar Milla melanjutkan ceritanya.
"Terus 2 hari setelah kejadian dia baru ditemukan" cerita Milla miris.
"Kasian banget kok bisa sih udah 2 hari baru ketemu?" iba Dwi.
"Hah ya mungkin karena orang tua yang gak peduli juga makanya gak dicari" jawab Milla sambil membuka jajan keripik kentang dari dalam tasnya.
"Itu aja katanya bisa ketemu karena ada anak kelas satu yang mau diam-diam m pacaran di belakang sekolah dan malah ketemu mayat gelantungan di pohon" lanjut nya.
"Kasian banget" kata Dwi yang hampir menangis karena mendengar cerita Milla.
"Udah udah nih" hibur Milla dengan menawarkan jajanannya.
"Hah sudahlah lagian dia yang milih mengakhiri hidupnya" kata Briyan sambil membuang nafas dan ikut mengambil keripik kentang Milla.
"Dasar robot gak punya simpati" kesal Dwi sambil mengginjak kaki Briyan.
"Aw sakit" rintih Briyan.
"Rasain" puas Milla saat melihat Briyan yang tersiksa.
"Oh iya intinya mungkin yang lo liat kemarin itu dia" lanjut Milla sambil menghadap Dwi.
"Kayaknya gak mungkin deh soalnya dia nginjak tanah kok" Dwi langsung menyanggah argumen Milla.
"Hah ya udah lh, pokoknya lo sekarang gak boleh pergi kebelakang sekolah lagi" putus Milla tak bisa diganggu gugat dan langsung di angguki Dwi.
"Wajar aja kemarin kita lewat belakang sekolah gak ada yang jaga" kata Briyan tiba-tiba setelah berfikir.
"Ow, jadi jalan masuk yang lo gak mau bilang sama gue kemarin itu lewat belakang sekolah?" tanya Milla kaget karena tiba-tiba mendapat informasi tak terduga dari Briyan.
"Iya" jawab Dwi tak enak hati.
"Kalo lewat situ Wi, gue mah mending di hukum lari 10 kali keliling lapangan" jawab Milla ngeri.
"Ya gimana gue juga kan baru tau" alasan Dwi.
"Iya sih yang penting sekarang lo berdua udah tau kan?" tanya Milla.
"Udah" jawab Dwi dan Briyan kompak.
"Kalo gitu besok-besok jangan lewat situ lagi" perintah Milla.
"Iya" patuh Dwi dan Briyan.
Teng teng teng
"Mampus, gimana nih" panik mereka yang langsung menulis secepat kilat dan ini semua karena keasikan ngobrol sampai gak ingat akan tugas.
.
.
.
TBC...