アプリをダウンロード
27.08% Sebuah Kebohongan / Chapter 13: 13

章 13: 13

***

"apa ini..?" gumam Hikaru dengan nada yang seakan menghilang. Hikaru memegangi keningnya berharap kalau semuanya hanyalah kebohongan belaka. Hikaru memegangi matanya yang juga di perban, apa juga...sama-?

suster itu memucat dan menepis tangan Hikaru yang membuka perban nya.

Hikaru memandang kosong ke arah suster yang mengetahui sesuatu itu.

"kenapa kau menghentikan ku?" seru Hikaru dengan nada dinginnya, mata gelap yang seolah menenggelamkannya dan membuat suster itu ketakutan.

suster itu mengeleng, Hikaru mendorongnya hingga mengenai dinding, Hikaru maju dan memukul di samping wajah suster itu. suster itu menunduk, sangat ketakutan.

"kau siapa?" tanya Hikaru lagi, namun tidak ada jawaban. Suster itu menutup mulutnya dalam diam. Hikaru tidak mengerti dengan semua yang di hadapi nya, apa yang sebenarnya terjadi-?

pada dirinya...?

Hikaru mencengkram tangannya mengabaikan rasa sakit di tangannya yang mulai berdarah, "Kenapa, kalian menyembunyikan semuanya?!"

"ini demi...kau Hikaru..." bisik suster itu, Hikaru memandangnya diam.

"demi aku?", ulang Hikaru, dan dia tertawa memegangi sebagian wajahnya yang telah rusak dengan siletan. dan membekas secara permanen. tidak akan pernah bisa diperbaiki lagi.

rusak seumur hidup. bahkan Hikaru tidak mengenali wajahnya sendiri, karena wajah Hikaru yang terlihat hancur dan seperti monster. beberapa rambut panjangnya yang menutupi wajahnya, Hikaru tidak akan pernah bisa menunjukkan wajahnya yang rusak.

"wajahku sudah rusak?! dan kau bilang semuanya demi aku?" tanya Hikaru, dengan tawanya yang terdengar menderita. Hikaru bahkan tidak mengerti apa yang terjadi, mereka menyembunyikan semuanya seolah dirinya tidak pantas mengetahuinya.

mengetahui tentang dirinya sendiri.

"ini semua demi kebaikan mu Hikaru, kau lebih baik tidak mengetahuinya!" seru wanita itu mendongak dengan mata berwarna ungu yang begitu indah, begitu gelap dan begitu mengerikan.

"apa kau melakukannya?" seru Hikaru lagi. wanita itu menunduk, lagi-lagi tidak menjawab apapun. Hikaru memegangi dagunya memaksa wanita itu untuk menatapnya, wanita itu menunduk, membiarkan beberapa helaian rambut kusut menutupi seluruh wajahnya.

"Apa yang kau sembunyikan dariku? kenapa kau selalu menyembunyikan wajahmu?!" seru Hikaru menyingkirkan wajah Wanita itu yang terlihat hancur. Hikaru terdiam, melihat wajah wanita yang terlihat jauh lebih parah darinya, mungkin seperti monster dan wanita itu harus menyembunyikan semuanya.

menyembunyikan wajahnya yang terlihat begitu hancur. seperti monster. wanita itu menepis tangan Hikaru, Hikaru mundur. memegangi tangannya, apa yang sebenarnya terjadi-?

"kenapa...wajahmu...wajah kita-?" bisik Hikaru dengan terbata-bata.

wanita itu bahkan tidak mampu untuk sekedar melukis senyuman di wajah nya yang terlihat begitu mengerikan.

"ini semua adalah karma dari kesalahan ku. aku pantas mendapatkannya..." seru wanita itu, wanita itu mendongak dan merapikan rambutnya hingga lagi-lagi menutupi seluruh wajahnya. terlihat jauh lebih baik, menyembunyikan semuanya. agar tidak ada yang mengetahuinya.

mereka akan ketakutan. dirinya dan orang lain yang melihatnya. mereka akan sangat ketakutan berada di dekat nya, dengan wajahnya yang hancur.

"aku.....Akahana, kau mengenaliku dulu. tidak sebaiknya kau tidak pernah mengenaliku, ...aku yang membuat Kehidupan mu begitu hancur sekarang, 'bunga merah yang indah..', hah.." Seru Hana terkekeh pelan, mendapati kalau nama itu hanyalah sekedar nama belaka. Hana memandang ke arah lantai, dimana dirinya hanya pantas berada di sana. karena telah membuat kehidupan seseorang begitu hancur.

seseorang didepannya, Hikaru.

"aku bukan lagi bunga indah, aku hanya bunga yang rusak. bunga yang layu, dan bunga yang menjijikan..., maaf Hikaru.. maafkan aku.. karena aku...telah, membuatmu Cacat..." seru Hana, dan mulai menurunkan badannya ke arah bawah dan bersujud serendahnya pada Hikaru yang ada di hadapannya.

"maafkan aku Hikaru...maafkan aku, aku tidak pantas...hiks...aku bahkan tidak pantas untuk berada di hadapan mu" seru Hana, merangkak, dan menunduk di kaki Hikaru. Hikaru menatap dalam diam, tidak mengerti apa yang terjadi. Hana memukul berkali kali dahinya dan Wajahnya ke arah lantai. merasa kalau dirinya begitu berdosa di hadapan Hikaru. bahkan hal seperti ini belum bisa sepenuhnya menghapuskan dosa besar yang dilakukannya, dosa yang akan selalu membekas. dosa yang membuat kehidupan seseorang hancur.

sehancur-hancurnya.

apa dirinya tidak pantas dimaafkan-?

tidak akan pantas. hana mengetahuinya, bahwa dosa yang dilakukannya terlalu besar membuat jijik dengan dirinya sendiri. membuat kehidupan seseorang menjadi hancur karena keinginannya.

"lebih baik aku mati.."

Hana meraih vas bunga yang jatuh, dan memegangnya dengan gemetaran. tidak mempedulikan darah yang keluar dari tangannya, Hana mengarahkan kaca itu ke arah tangannya. berharap kalau Hana akan bisa menebus dosanya dengan membunuh dirinya sendiri, dan Hikaru yang melihatnya dalam diam. melihat semua hal yang dilakukannya, mungkin jika Hikaru mengetahuinya, Hikaru akan memandangnya dengan tatapan jijik.

namun tatapan datar Hikaru, cukup membuat Hana merasa sangat berdosa. ini hal yang sangat pantas untuknya.

"maafkan..aku.., hiks..aku..aku" Hana menatap dengan ketakutan pada pecahan kaca yang seolah tidak lama akan menusuk tangannya, membuat banyak darah keluar dari sana. pecahan kaca menyentuh ujungnya, dan Hana membayangkan kejadian selanjutnya.

hana ketakutan, Hana tidak jadi merobek tangannya dan berbalik mengenggam erat pecahan itu dengan kedua tangannya merasa putus asa.

"maaf..aku takut, Hikaru...aku merasa jijik dengan diriku...tapi...aku takut mati, aku takut merasakan rasa sakit lagi.." rintih gadis itu merasa putus asa, Hana tidak berhenti menangis. untuk dirinya sendiri, untuk kesalahan yang di lakukan nya yang membuat kehidupannya hancur, bukan... kehidupan Hikaru yang begitu hancur. padahal seharusnya Hikaru bisa diselamatkan, namun dia yang membuat semuanya lebih buruk.

Hana membenci Hikaru.

alasan yang tidak jelas, hanya Karena Hana merasa iri dengan Hikaru.

dan sekarang hana menyadari kalau kehidupan Hikaru lebih menderita dari pada dirinya, penderitaannya tidak berarti apa-apa dibandingkan Hikaru.

dan dia menghancurkan segalanya.

***

Hikaru hanya diam, menatap dengan satu matanya dan wajahnya yang hancur. "aku tidak tau apa yang kau perbuat, namun aku bisa merasakan kebencian yang kurasakan padamu.." seru Hikaru dengan nada datarnya, Hana mengigit bibirnya pelan, Hikaru melanjutkan dan membantu Hana untuk berdiri, menatap dengan wajah datarnya yang begitu dingin tanpa berekspresi.

"Namun, penyesalan mu tidak akan berarti apa-apa bagiku, tidak akan ada yang berubah.. semuanya akan tetap sama, ...Hana..aku membencimu, aku harap tidak bertemu dengan mu lagi.." seru Hikaru, Hikaru mengatakannya dari dalam lubuk hatinya. Hana menangis, dan bersujud lagi sebelum pergi dari sana, Hikaru tidak mengerti apa yang sebenarnya dilakukannya, meninggalkan Hikaru dalam ruangannya yang sepi.

tidak ada siapapun.

Hikaru menatap ke arah jendela, yang memantulkan bayangan dirinya.

apa yang terjadi-?

membuka perlahan perban yang menutupi matanya, dan terkekeh, saat menyadari bahwa matanya rusak. Matanya tertusuk dan tidak dapat di gunakan lagi. membuatnya cacat-?

ternyata inilah yang membuat Hana begitu bersalah kepada Hikaru, dia yang membuat Hikaru menjadi cacat. dan kehilangan matanya, Hikaru memegangi mata kirinya yang sudah tidak ada.

dan wajahnya yang rusak. dirinya terlihat menyedihkan, pantas saja semua orang berusaha keras untuk menyembunyikannya dan lebih baik kalau Hikaru tidak mengetahui apapun, ternyata dirinya menyedihkan. sangat menyedihkan hingga membuat Hikaru tertawa saat melihatnya, melihat bahwa dirinya begitu menyedihkan, Hikaru tertawa. tawa yang perlahan mulai menghilang, dan Hikaru hanya duduk di atas kasurnya. memandangi infus yang menusuk di tangannya. dengan mata hitamnya yang menatap kosong.

"kebenaran itu menyakitkan" seru Hikaru, merasakan air mata yang perlahan mengalir dari matanya, dan membasahi wajahnya yang dingin.

di ruangan yang sepi. lebih baik Hikaru tidak mengetahui apapun. lebih baik, Hikaru selalu dipenuhi kebohongan daripada mengetahui kebenaran yang ternyata begitu menyakitkan, kebenaran yang menyakitinya. kebohongan yang menyembunyikannya dari kebenaran yang sebenarnya, kebohongan yang ternyata terlalu menyakitinya. bahkan Hikaru tidak mengetahui atas alasan apa dia merasa sangat sedih sekarang.

dirinya yang menyedihkan-?

atau.. kebenaran yang menyakitkan-?

Hikaru tidak mengerti apapun.

bagaimana caranya berbahagia-?

dan menerima semuanya-?

semua kebenaran yang terasa begitu menyakitkan dirinya ini--?

sebenernya kebahagiaan itu apa-?

"haha.." Hikaru tertawa lirih.

menertawakan dirinya sendiri di kamarnya seorang diri, kamar yang terasa begitu pengap dengan semua kebenaran yang dihadapinya.

benang kusut yang kini terasa begitu menyakitkan. dan Hikaru menyadarinya, bahwa rasanya begitu menyakitkan.

menyedihkan.

dirinya ini.

bahkan Hikaru tidak bisa lagi dapat merasakan kebahagiaan. kebahagiaan yang sebelumnya terasa tidak pernah ada, dan perasaannya mati rasa. Hikaru merasakan perasaannya begitu hampa. setelah mengetahui semua tentang kebenarannya, Hikaru merasakan dirinya jatuh pada kegelapan yang mendalam, namun anehnya Hikaru tidak dapat merasakan apapun. mungkin Hikaru menangisi dirinya, menangisi dirinya yang terlihat begitu menyedihkan dan Hikaru menyadari bahwa semua orang yang terlihat merasa bersalah padanya selama ini. ternyata itu adalah karena dirinya. dirinya yang selama ini tidak pernah sekalipun disadarinya.

karena dirinya yang menyedihkan.

mereka 'mengasihaninya'.

***


Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C13
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン