アプリをダウンロード
75.09% Re Life In Anime World / Chapter 204: 205.) Oono Makoto

章 204: 205.) Oono Makoto

Aku ikut kata Yatora, yang awalnya aku hanya ingin gambar buah, ku ganti dengan gambaran 3d pertempuran seperti di AOT.

"Gambaran mu bagus" kata Maki (Maki Kuwana, si gap year kuliah di anime Blue period)

"Terima kasih" balas ku

"Tapi kurasa gambaran mu ini emmm bisa di bilang peniru?" ucapnya seakan akan menghina ku

"Memang, aku belum ingin menunjukan skil terbaik ku sebelum aku tau lingkungannya" balas ku

Note : Haruka memberikan kode bahwa lingkungan lesnya saat ini belum cocok bersaing dengan skill nya.

.

"Kamu pikir dengan skill mu yang begitu, kamu cocok di sini?" ucapnya

"Entahlah, aku juga tidak tau, tapi yang penting, Maki Senpai apa lukisan mu sudah jadi?" tanya ku

"Sudah" balasnya dengan ringan

"Oh ya sudah"

Note : oh ya sudah bisa jadi lucu jika anda menonton video channel yt airo tv judulnya Belajar Sejarah_begal sepeda ngaco

.

Ku perhatikan senpai ini malah melihat ku dengan tajam, emm maksudnya gambaran ku.

"Kenapa kamu tambahkan bayangan di sini, bayangan dari apa ini?" ia bertanya sambil menunjuk salah satu gambaran ku

"Itu bukan bayangan, itu bekas orang yang ambruk di situ"

"Lalu yang ini juga sama berarti?"

"Tidak, yang itu bayangan di udara kan, itu roh pelindung" balas ku

"Kamu ini menggambar apaan sih, perang real life tapi di campur fantasi"

"Lha kamu kenapa komentar juga, aku yang gambar kamu yang sewot" ucap ku

"Kan aku tanya"

"Itu menghina bukan bertanya"

"Sudahlah aku mau pergi saja"

"Ya pergi saja sana"

.

30 menit berlalu.

Aku di panggil duluan ke Ruangan Ooba sensei.

"Coba lihat gambaran atau lukisan mu Haruka" ucapnya

Ku berikan gambaran ku tadi.

"Universitas mana yang kamu tuju?" tanyanya

"Universitas Shinomiya" balas ku

"Menarik, tapi apa kamu yakin akan memilih di sana, semenjak Shinomiya group bagian AGC dan Ln muncul, prodi seni di universitas itu peminatnya banyak loh, walaupun tahun ini baru akan di buka tapi peminat dari survey melebihi hasil yang di peroleh universitas Tokyo, aku sebenarnya tidak berharap banyak di sana, namun ya seorang seniman itu ingin kerja soal seni, dan kebetulan universitas itu bergabung dalam Shinomiya group yang artinya kesempatan kerja lebih besar dan peluang lolos mu jadi lebih kecil jika kamu mendaftar di sana" ucap sensei

"Saya sudah tau itu sensei, tapi apa gambaran saja memenuhi hasil untuk portfolionya?" tanya ku

"Belum" balasnya dengan yakin

"Gambar mu memang bagus, punya banyak makna yang terkandung namun ini tiruan bukan?" sensei menebak

"Hehehe sensei benar, aku menggambar sepersis mungkin soalnya, saya sebenarnya ingin kerja di Manga atau Ilustrator daripada menjadi pelukis profesional, saya ingin kerja yang tetap soalnya"

"Itu hal yang baik juga, anggap saja hanya 2% pelukis yang sukses dari 100% pelukis yang ada, jika kamu punya jalan yang memang ingin kamu jalani ya perjuangkan, gaya seni mu juga sensei rasa cocok di manga, sensei sarankan cobalah menggambar manga, lalu coba terbitkan di penerbit manga, jika gagal tidak masalah yang penting kamu tau kamu gagal sebab apa, biasanya editor akan mengatakan juga yang kurang dari gambaran mu apa"

"Jadi apa pilihan ku ke universitas Shinomiya sudah benar sensei?"

"Sudah, bahkan kamu mencoba ke universitas Tokyo saja berani, artinya dengan skill mu yang sekarang, universitas manapun bisa menerima mu"

"Eh yang benar sensei?" tanya ku

"Iya, gaya gambaran mu mendetail cocok untuk pekerjaan yang kamu inginkan itu, tapi biar ku katakan dulu, mangaka itu bekerja dengan target laly sementara ide itu munculnya sewaktu waktu, jadi kamu sama saja bekerja di high pressure, jika bisa bertahan bagus jika tidak ya risikonya berat juga, mulai dari manga hiatus, alur jadi jelek, dan paling buruknya kamu kehilangan minat pada menggambar"

"Eh separah itukah?" ucap ku dalam hati karena kaget

"Jadi apa masih berminat?" Sensei bertanya

"Mungkin saya mencoba saja dulu" balas ku dengan ragu ragu

Note : di kehidupan yang lalu Haruka belum pernah membuat manga orisinil maupun mengcopy jadi ia belum tau rasanya jadi mangaka yang haus akan tekanan mental.

"Baiklah, jika kamu belajar soal lukisan tanya saja, tapi sensei rasa skill mu sudah cukup, mungkin sudah underrated tapi lain kali jika melukis gunakan lah idemu sendiri, meniru boleh tapi tirulah seminimal mungkin"

"Baik sensei"

Sensei membalas dengan senyuman lagi.

.

.

.

Selanjutnya aku kembali ke kelas dan mulailah penilaian tiap karya muridnya.

Dari Maki sensei, ia mendapatkan penilaian baik dari sensei karena lukisannya sudah bagus.

Lalu Yatora

"Lumayan, teknik komposisi mu semakin meningkat, menambahkan warna gelap di dekat objek bisa memperdalam arti, tapi ini masih terlalu sederhana Yatora kun" kata Sensei

"Terima kasih sensei atas ulasannya" balas Yatora

Yuka

Ia mendapatkan beberapa kritik namun jika ku timbang dari ulasan sensei lebih condong ke bagus sih hasilnya.

Takahashi

Lukisannya adalah patung di taman.

"Bagaimana menurut mu Haruka?" sensei bertanya padaku sebelum ia mulai pengulasan

"Eh pendapat ku apa penting?" tanya ku dulu

"Silahkan coba ulas dulu"

Aku berpikir sejenak.

"Lukisannya jelek" ucap ku secara langsung yang menyebabkan semuanya kaget termasuk si pelukis Takanashi

"Oi apa maksud mu bilang itu jelek" ucap Hashida (di rambut kepang)

"Lukisannya hampa, aku sekali melihat itu memang bagus tapi jika lukisan itu di taruh bersamaan dengan lukisan Yatora mungkin, dari 10 detik pandangan ku paling lukisan Takahashi hanya 3 detik ku pandang, sisanya ku pandang lukisannya Yatora saja" balas ku

"Baik, begini maksud Haruka, lukisan Takahashi itu bagus secara penampilan tapi tidak meninggalkan kesan, bagi orang awam di seni pasti bilang ini bagus, tapi orang yang pro di seni bisa lihat bahwa ini karya yang biasa saja" ucap Ooba sensei

"Ano sensei, tapi aku bukannya lukisan ku sudah berkesan?" tanya Takanashi

"Belum bung, lukisan mu di lingkungan profesional masih bisa di bilang ampas" ucap ku tanpa ragu

"Sudah jangan sadis begitu Haruka, Takahashi cobalah sesekali melihat hasil lukisan seorang prefesional di pameran, kamu akan tau apa artinya kesan itu" Ucap sensei

Takahashi harus menerima kritik buruk itu dengan berat hati, biasanya ia mendapatkan komentar paling bagus tapi karena Haruka ada komentar untuk karyanya langsung anjlok tajam.

.

Selanjutnya milik Hashida

"Sudah bagus, namun kamu bisa menambahkan detail di backgroundnya Hashida kun" kata Sensei sambil menunjuk hal yang ia maksud

"Baik sensei"

.

.

Selanjutnya milik ku.

Sensei membuka kain penutup gambaran ku.

"Sudah di beda level ya sepertinya" Kata Yuka karena kagum akan gambaran ku

"Selain bagus dan jangan pernah meniru lagi sensei rasa itu cukup untuk penilaian ini" kata Ooba sensei

"Sensei, tapi menirunya Haruka itu bukannya melewati batas?" Maki senpai bertanya

"Saat ku tanya tadi, ia memang sengaja melakukannya, lagian dengan meniru juga kalian bisa tau juga sudah sampai mana sih keahlian kalian, sudah sama atau belum dengan profesional tergantung kemiripan, anggap saja kemiripan nilainya 0, kamu kurang mirip beri nilai - 5 lalu lukisan mu lebih bagus dan mendapatkan nilai +5, lebih buruk dan lebih baik yang sensei katakan di sini, soal hasil tentunya lebih baik adalah yang utama, namun jika soal teknik seberapa jauh antara kamu dan pelukis aslinya maka keduanya sama sama buruk karena tidak ada yang mendekati, apa kalian paham maksud sensei?"

Maki tercengang begitu pula Hashida.

"Paham sensei" ucap ku sendirian

"Jadi kamu memikirkan hal ini ya Haruka!!" pikir Maki kesal

"Beda level!!" teriak Hashida dalam hatinya

.

Penilaian berlanjut ke yang lain hingga selesai.

"Baiklah untuk pr, cobalah melukis lalu jualah hasil lukisan kalian, kita adakan challenge lukisan siapa yang paling tinggi nilainya, dari uang yang di dapat, lukisan terserah berapapun tapi sensei sarankan buat saja beberapa saja yang bagus karena konsumen itu tidak mau beli hal yang asal asalan" ucap sensei

"Lukisan bebas sensei?" Yatora bertanya

"Bebas, jika kalian ragu juga soal lukisan ini pantas tidak di jual, kaliaj boleh tanya ke sensei dulu"

Aku juga mau bertanya.

"Aku baru saja menjual lukisan ku, apa boleh ku hitung juga?" tanya ku

"Silahkan ikutkan tidak masalah, yang penting lukisan 1 bulan terakhir" ucap sensei

"Lukisan apa yang kamu jual Haruka kun?" Yuka bertanya

"Apa lukisan yang kamu lukis beberapa hari lalu sudah laku?" Yatora bertanya

"Sudah" balas ku

"Laku berapa memangnya sepertinya antusias begitu?" Hashida bertanya

"25" balas ku

"Rb yen?" Yatora kaget

"Juta yen bung" sambung ku

Giliran semuanya jadi kaget sensei bahkan sampai geleng geleng kepala.

"Sebagus apa lukisan hingga 25 juta yen itu!!" teriak Maki padaku

"Sensei juga ingin tau, bisa kamu tunjukan Haruka" ucapnya

"Baik sensei"

"Oh kirimkan saja ke wa sensei via dokumen gambarnya, kita tampilkan di proyektor saja" ucapnya

Aku menurut saja, minta nomer sensei lalu kirim fotonya.

Sensei menampilkan di proyektor foto lukisan ku.

Speechless!!

"Ah jadi ini yang ia maksud soal lingkungan ini apa cocok dengan skilnya" ucap Maki dengan kesal

"Indah" ucap Hashida dan yang lain

"Ini hebat Haruka, 25 juta yen sensei rasa nilai yang pantas juga untuk ini, kamu pintar main warna dan detail dan ini memberikan kesan nyaman bagi yang melihatnya, 100 nilai sensei untuk lukisan ini" ucap sensei

Sensei mengganti slidenya ke lukisan ku kedua yang pelangi di angkasa.

"Hahaha menarik, ide mu tidak sebatas di bumi ya, ini lukisan yang indah juga" ucap Sensei

"Sensei, bukannya itu berlebihan?" Yuka bertanya

"Di seni ini boleh boleh saja, imajinasi mu tidak terbatas di dalam kanvas saja, kamu bisa melukis di media apa saja, begitu pula apa yang kamu lukis, selama menurut orang itu bagus artinya lukisan mu bagus" sensei membalas

.

.

Kelas berakhir jam 4 sore.

Aku Yatora dan Yuka keluar kelas menuju ruang resepsionisnya, aku ambil barang ku dulu lalu pergi keluar gedung.

"Hey Haruka mari makan makan, uang mu banyak kan?" Yuka bekata

"Idih tidak tau malu" kata Yatora

"Boleh saja, mau makan di mana?" tanya ku

"Eh beneran boleh?" Yatora bertanya

"Iya boleh"

"Makan sotong bakar saja" ajak Yuka

"Nah boleh itu" Ucap Yatora

"Ya sudah ayo saja"

.

Pergi ke warung sotong, aku beli 3 biji untuk ku dua untuk masing masing mereka.

Totalnya 4500 yen, ku bayar saja secara cash.

Minumnya ada jus buah ku beli sekalian juga untuk ku dan mereka.

"Aku setelah ini mau duluan ya, kalian ku tinggal tidak masalah kan?" tanya ku

"Tidak masalah dan terima kasih ya sudah mau mentraktir kami" balas Yuka

"Aku juga mengucapkan terima kasih" kata Yatora

"Iya sama sama, aku duluan ya bye"

"Bye" balas mereka

.

.

Pergi ke stasiun, ada keretanya jam 5.30 sore dan sekarang baru jam 5.05

Ku tunggu saja di kursi samping sambil mainan ponsel.

Note : ponsel Haruka belum di ganti, ia masih pakai ponsel lamanya, ia rasa mubazir jika beli baru, soalnya jika ia beli pasti kalap yang mahal mahal.

.

Mainan game tirek lompat, karena gabut skor ku bisa sampai 4500.

"Ah sial kenapa ada burung sih" ucap ku mengeluh karena kalah

"Permisi bolehkah saya ikut duduk di sini?" tanya seorang wanita yang sedang hamil padaku

Ku lihat kursi di samping ku penuh dan aku yang paling muda.

"Silahkan nona, silahkan duduk saja" ucap ku sambil berdiri memberikan tempat duduk ku

"Terima kasih banyak"

"Iya sama sama"

Lanjut main lagi, sekarang aku duduk di koper ku saja.

20 menit berlalu dan akhirnya kereta datang, aku buru buru masuk takutnya koper ku tidak muat soalnya karena ini bertepatan dengan jam pulang kerja karyawan.

Perjalanan selama 19 menit akhirnya sampai di stasiun dekat rumah ku.

Turun sambil bawa koper.

.

Ku lihat ada seorang wanita polos berkaca mata yang cantik namun ia kebingungan mungkin.

Ku hampiri ia langsung siapa tau aku bisa tukeran kontak dengannya, eh maksudnya membantunya.

"Nona, kamu sepertinya sedang kebingungan ada yang bisa ku bantu?" ucap ku sambil menepuk pelan pundaknya

"Eh eh" ia malah panik

"Sebentar, jangan panik dulu, anda ini kelihatannya bingung akan sesuatu ada yang bisa ku bantu?"

"Begini, aku dari Hokkaido, aku ingin menemui keluarga ku, tapi tadi sepertinya aku kena hipnotis, semua barang ku hilang dan aku tidak tau alamat rumah mereka ada di mana" balasnya

"Tidak lapor security saja dulu?" tanya ku

"Aku tidak tau dimana harus melapor, aku baru kali ini bepergian jauh" ucapnya

"Emm mari ikuti saya saja, mari melapor ke pihak keamanan sini" ajak ku

"Eh tapi anda tidak berniat buruk kan?"

"Tidak, itu lihat ada bagian staf keamanan kan, mari ke sana" ajak ku sambil menunjuk bagian keamanan

"Oh, baiklah"

.

Kami mendatanginya.

Ia ku bantu membuat laporan kehilangan, lalu staf melihat hasil kamera cctv.

Sembari menunggu ku tanyai saja dia.

"Namamu siapa?" tanya ku

"Oono Makoto" balasnya

"Umur mu?"

"15 tahun"

"Lalu daerah yang kamu tuju namanya apa?"

"Daerahnya sudah benar di stasiun ini, cuma alamat rumahnya yang aku tidak tau"

"Kamu ini mencari keluarga mu atau apa sih, kok bisa tidak tau" ucap ku

"Sebenarnya mereka bukan keluarga ku, tapi mereka keluarga ayah ku, ayah ibuku meninggal dalam kecelakaan, sebelum ia meninggal ia berpesan padaku untuk datang kemari, ia juga punya pesan untuk istrinya yang di tinggalkan dulu" balasnya

"Kamu ingat nama keluarganya?" tanya ku

"Katakawa namanya" balasnya

Loading...

"Lah kenapa bisa sama dengan nama belakang ku" ucap ku dalam hati

"Nama ayah mu siapa?" tanya ku

"Namanya Usuke"

"Dasar ayah lucnut, kena karma juga ajak ibunya cewek ini bangsul" ucap ku

Note : Usuke adalah ayahnya Haruka!!!

Aku menghela napas.

"Perkenalkan namaku Haruka Katakawa" ucap ku padanya

"Eh tapi kamu laki laki, masa istri ayah ku laki laki" ucapnya kaget

"Bukan begitu, aku ini anaknya ayahmu juga, aku lebih tua setahun darimu, mungkin yang kamu maksud istrinya adalah ibuku, Kana katakawa, ya sudahlah mari ku antar ke rumah ku saja, katakan pada ibuku soal apa yang terjadi pada keluargamu itu" ucap ku

"Eh, kamu tidak berbohong?"

Ku tujunkanlah kartu pelajar ku.

"Dia kakak ku berarti" ucap Oono dalam hati saat melihat kartu pelajar ku di bagian umur

.

"Permisi pak, jika pencurinya sudah tertangkap mohon hubungi saya saja ya pak, atau datang ke alamat ini, ternyata wanita ini adalah kerabat jauh saya" ucap ku ke staf keamanan sambil memberikan note

"Baik, nanti kami infokan jika sudah ketemu"

.

Ku ajak jalan si Oono itu keluar stasiun.

"Si ayah lucnut itu meninggal karena kecelakaan apa?" tanya ku sambil jalan

"Kecelakaan mobil minggu lalu" balasnya

"Kamu tidak ada kerabat lain di Hokkaido?"

Ia menggeleng.

"Kamu sudah di stasiun tadi sejak kapan?"

"Jam 10 pagi"

"Lah sudah makan siang?" tanya ku

"Belum"

"Kamu lapar?" tanya ku lagi

"Tidak" balasnya, kenyataannya ia lapar

Karena aku peka ku ajak berhenti dulu, karena rumah ku masih 10 menitan jika jalan.

"Duduk dulu di kursi toko itu" suruh ku

"Aku tidak lapar" balasnya

"Duduk saja dulu"

Ia pun duduk.

Ku buka koper lalu ku ambil jus dan sotong bakar yang ku beli tadi.

"Makan dulu ini, nanti kamu kena mag, perjalanan ke rumah masih lumayan jauh soalnya"

Ia ragu ragu menerimanya.

"Ambil saja, oh dan benar juga aku berarti kakakmu ya walaupun beda ibu, jadi anggap ini bantuan kakak ke adik" ucap ku

Ia menerimanya.

.

"Terima kasih"

"Iya"

Aku ikut duduk dan ikut makan sotong bakarnya, walaupun sudah tidak panas yang penting masih anget.

.

.

"Kamu suka?" tanya ku karena ia sudah habis satu

"Umm" balasnya

"Makan saja satunya, jika masih lapar mampir dulu ke mini Market tidak masalah juga" ucap ku

Oono mengambil sotong terakhir.

"Selamat makan"

Nyammm!!

.

5 menit berlalu.

"Sudah kenyang belum, jika belum lebih baik lanjutkan di rumah saja, ini sudah petang sebabnya" ucap ku

"Umm"

.

Jalan kira kira 10 menit akhirnya sampai di rumah.

Aku dan Oono masuk ke dalam.

"Aku pulang" ucap ku

"Selamat datang... Ehhh kamu bawa siapa ini Haruka kun" ibu yang mengenakan celemek kaget

"Kamu tidak aneh aneh di Miyagi kan?"

"Siapa dia nak"

"Anak ku kembali nakal?"

"Ibu stop, jangan bicara dulu, biarkan wanita ini menceritakan dirinya sendiri" kata ku

Ibu langsung diam.

"Ayo perkenalkan dirimu" aku menyuruhnya

"Saya Oono ayah saya Usuke Katakawa berpesan pada saya sebelum kematiannya untuk mencoba datang ke keluarga ini siapa tau mereka mau menerima saya dan ayah saya berpesan pada anda (ia mengambil surat yang di kantongnya), silahkan" ucapnya

Suasana jadi tidak enak.

"Haruka kamu masuk duluan" ibu menyuruh

"Jangan di marahi loh dianya, yang salah ayah bukan dirinya ibu, ingat ya" balas ku

"Kamu masuk dulu sana"

"Baiklah, tapi ku harap ibu bisa menerimanya, ia masih remaja belum tau dunia luar,.."

"Haruka!! Dengarkan ibu dan kamu masuk dulu!" ibu membentak

"Baik bu" balas ku tidak bisa melawan lagi

Masuk ke kamar, lalu menata barang ku.

"Untung saja saat di sendai masih sempat membelikan oleh oleh untuk ibu" ucap ku sambil memegang kalung liontin yang kurasa cocok untuk leher putih mulus ibuku

.

10 menit berlalu.

Brak!!

Ku dengar suara geprakan, kurasa ibu marah akhir akhirnya.

Aku segera keluar kamar.

Ku lihat ibu merenung dan Oono bersiap keluar rumah, sudah pasti ibu tidak bisa menerima dirinya.

"Oi oi oi, kamu mau kemana Oono, kembali ke sini" aku menyuruhnya

"Maaf, tapi ibu mu tidak bisa menerima ku" ucapnya

"Sudah ke sini saja dulu, kamu keluar sekarang apa mau meninggal karena kedinginan" ucap ku

Logikanya masih jalan jadi ia menurut.

Ku ajak dia mendekat pada ibu.

"Lebih baik ia tidak ikut tinggal bersama kita Haruka kun" kata ibu

"Kan sudah ku bilang, jangan sampai marah, ibu tidak menurut sih, ibu dengarkan aku, Walaupun Oono itu anak hasil dari ayah dengan ibunya Oono, tapi sejujurnya Oono tidak tau itu, ibunya juga tidak tau, di kecelakaan mobil itu mungkin ayah menceritakannya sehingga perdebatan terjadi di antara ibunya Oono dan ayah, dia di Hokkaido sudah tidak ada kerabat lagi, dia di stasiun kena hipnotis semua barangnya raib, walaupun ibu tidak ada alasan untuk menerimanya, maka buatlah alasan itu sendiri, anggap saja ibu mengadopsi dirinya" ucap ku

"Jangan bercanda, hidup kita susah, tidak mungkin menerima orang lain lagi" ucap ibu

"Hanya masalah ekonomi ibu tidak bisa menerimanya?" tanya ku sedikit meremehkan

"Kamu jangan menganggap remeh akan hal itu, pikirkan bagaimana sekolahnya, sandang pangannya dan lain lain, ibu tidak akan rela mengeluarkan untuknya" ucap ibu

"Soal biaya biar aku yang mengurusnya jika ibu memang tidak sanggup, aku tidak ingin rasa kasihan untuk menerimanya di keluarga ini, tapi aku ingin mengatakan bahwa ia memang keluarga ku entah apapun asalnya aku tidak peduli, toh ibu sebenarnya ingin punya anak perempuan bukan?" ucap ku

"Haruka, dia ibu bukan siapa siapa mu mengapa kamu rela begitu, bahkan berani berkata berani mengurus biayanya, kamu sadar tidak akan hal itu!" ibu marah padaku

"Jangan menilai orang dari keuntungannya ibu, jangan menilai juga kerugiannya, dia ini keluarga kita, stop jangan di campur dengan lain lain, ibu tidak menerimanya pasti perlahan lahan ibu bisa menerimanya, Oono itu juga pintar jadi kurasa ia mungkin bisa membanggakan ibu daripada diriku" ucap ku

"Tidak mungkin!!" teriak ibu

Uhuk uhuk

"Oono ambilkan air di belakang" ku suruh dirinya

Oono segera berangkat.

Ku ambil obatnya ibu di laci.

"Ini ibu minum obtamu dulu" suruh ku

Ia meminum obatnya.

.

.

.

Setelah tenang aku rasa memang tidak bisa untuk hari ini, jadi ku ajak saja Oono keluar dari rumah untuk mencari penginapan dulu.

"Kalian mau kemana" ucap ibuku

"Biar ku carikan dia penginapan dulu bu, ibu sepertinya memang belum bisa" balas ku

"Tidak perlu, kembali ke sini" ibu menyuruh

Kami kembali dan duduk lagi.

"Oono kan, aku memang sangat keberatan menerima mu, tapi karena ini memang permintaan putra ku akan ku lakukan, pertama ku peringatkan dulu, kamu di sini hanya tinggal, aku memberikan mu makan dan mungkin aku akan menyekolahkan mu juga, sandang mu juga ku penuhi tapi soal keinginan mu aku tidak bisa memenuhinya jika kamu mau kamu bisa kerja part time sendiri dan cari uang untuk memenuhi keinginan, kamu bisa menerimanya kan?"

Oono senang karena sudah mendapatkan lampu hijau dari ibu untuk bisa tinggal di sini.

"Dia tidur di kamar ku bersama ku?" ucap ku

"Tidak" balas ibu dan Oono bersamaan

"Yeh tapi dimana ia akan tidur kalau begitu, gudang saja belum di rapikan, tidak mungkin kan ibu menyuruhnya tidur di sofa ini" ucap ku

"Biarkan Oono tidur dengan ibu nanti" kata ibu

"Jika begitu ya sudah, Oono chan, jangan lupa panggil aku dengan sebutan Nii ya, walaupun agak memalukan sebab umur kita hampir sama, tapi gunakan lah itu sebagai bentuk bahwa kamu bisa mengandalkan ku, kakak mu ini" ucap ku

Note : maksud Haruka di sini, dengan Oono memanggilnya kakak ia merasa lebih bisa di andalkan daripada jika Oono memanggilnya nama depan saja, ya jika kamu punya adik you can fell that.

"Baik Haruka nii"

"Ah sungguh indah punya adik yang cantik" ucap ku kesenangan sendiri

"Jangan kamu rusak dirinya loh Haruka" Ibu memperingatkan karena khawatir

"Mana mungkin ku rusak, sudahlah makan malamnya apa belum siap?" tanya ku

"Belum, ibu mematikan kompor tadi, kamu mandi saja dulu dan Oono, kamu tidak punya pakian ganti?" ibu bertanya

"Tidak"

"Haruka pinjamkan celana dan kaos mu, kamu tidak pakai dalaman dulu tidak masalah kan"

"Oi ibu, jangan menceritakan hal itu di depan ku" aku memperingatkan

"Ambilkan bajumu dan antar Oono ke kamar mandi, bantu dua juga mencucikan bajunya" ibu menyuruh

"Baiklah baik"

Masuk ke kamar, ambil kaos dan celana training, ambil juga sikat gigi dan handuk untuknya.

"Ini milik mu, tapi bajunya bukan ya, besok akan ku antar kamu belanja sandang mu" ucap ku sambil memberikannya

"Baik Nii san"

"Aw itu bikin candu, bisa ucapkan lagi" aku menyuruhnya

"Tidak"

"Hahaha, kamu ini kadang bisa bersikap dingin juga ya, aku juga baru sadar juga kamu ini tinggi juga ya untuk seukuran wanita SMA dan besar juga milik mu" ucap ku tanpa malu malu

"Tolong jangan menatapnya" kata Oono sambil menutupi dadanya

"Aku tidak menatapnya, cuma ya jika melihat mu kan dadamu kamu taruh depan jadi ya tertatap juga, berapa memangnya tinggimu?" tanya ku

"175 cm" ucapnya

"Tinggi ya, apa itu tertinggi di sekolah mu?"

"Umm, jika kamu berapa Nii san?"

"Aku? Aku mungkin 184 cm, aku termasuk orang yang besar, namun sebenarnya di sekolah ku ada juga yang lebih tinggi dan lebih besar"

"Apa kamu main basket?" tanyanya

"Tidak, aku bisa tapi tidak mau, basket itu melelahkan, aku lebih suka melukis"

Next!!!!


Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C204
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン