"Dik, kapan ya Bu Rani bisa nerima aku?" tanya Leony sambil menyandarkan kepalanya di bahu sang kekasih. "Aku pengen ibumu bisa nerima aku, supaya hubungan kita berjalan dengan tenang. Jujur aja, aku sekarang masih kepikiran terus loh."
"Kamu sabar aja. Tuhan pasti dengar doa-doa kita, sayang." Dika membelai lembut puncak kepala Leony.
Leony harus bersabar lebih lagi untuk bisa meyakinkan hati Rani, bahwa dirinya memang pantas untuk Dika. Ia tak bisa hidup tanpa pria itu karena terlanjur mencintainya. Leony hanya bisa menunggu sebuah keajaiban datang padanya.
"Iya, baiklah. Aku akan tetap sabar terus kok, sampai ibumu bisa nerima aku apa adanya," ucap Leony.
"Nah, gitu dong. Itu baru pacarnya aku." Dika mencubit gemas hidung wanita itu dan berakhir menjadi berwarna kemerahan.
"Uhh, sakit tau! Kamu tuh nyubitnya gak pake perasaan ya!" Leony menggerutu dan mengusap-usap hidungnya yang terasa memanas.