Seorang perempuan dengan kedua manik mata yang bewarna coklat gelap —terlihat sangatlah indah sekaligus menawan—, mulai menatap pantulan wajahnya di cermin. Ia menatap kagum dirinya, baik, ia akan pergi ke pesta malam ini.
Mematut wajahnya dengan riasan ringan membuat wajahnya terlihat sangat segar dan menawan sekaligus. Polesan lipstik di bibirnya, menjadi poin utama yang pertama kali terlihat jelas jika memusatkan perhatian ke arahnya.
"Siapa yang paling cantik disini?" Tanyanya pada cermin setelah selesai dengan aktifitasnya, yaitu merias penampilan sehingga terlihat se-perceft mungkin. Ia menatap dalam pantulan dirinya, cantik. Hanya itu yang ia dapat simpulkan.
Katakan memang mungkin terlalu percaya diri, mungkin? Ya karena hal apa lagi yang bisa mendeskripsikan hidung mancung nan mungil, bentuk mata yang terlihat tajam dan intens sehingga terlihat berkharisma, dan jangan lupakan rahang tirus serta dagu terbelah dua yang sungguh tiada tanding untuk mengatakan kata 'cantik' sebagai kesimpulan akhir.
"Tentu saja aku!"
Ia tertawa riang dan mulai memutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri sehingga gaunnya terbawa angin. Hari ini adalah hari yang sangat ia tunggu-tunggu, kekasihnya berulang tahun yang ke-17 tahun dan mengadakan pesta besar-besaran. Ia tidak boleh terlihat kucal, bisa-bisanya dirinya malu mengetahui kekasihnya adalah anak dari kolega besar.
Ting
Satu notifikasi masuk ke dalam ponsel, ia segera meraih ponsel yang berada di atas meja riasnya. Membaca pesan tersebut yang ternyata dari sang kekasih, pujaan hati.
Satu senyuman manis terlihat jelas di permukaan wajahnya, rasa bahagia menyeruak dengan sangat jelas, keluar dari aura tubuhnya.
| ruang pesan |
Mine
Ku tunggu kedatangan mu, putri kecil ku yang cantik. Jangan lupa berdandan yang cantik, supaya banyak teman ku yang iri karena aku bisa mendapatkan mu yang begitu menawan.
| ruang pesan berakhir |
Hei, pesan tersebut adalah sebuah suruhan atau pujian? Tidak ada yang tau, namun terdengar seperti suruhan dan pujian di satu waktu.
Meraih tas jinjing, lalu di letakkan di lekukan tangan, dan menaruh ponselnya di dalam sana.
Ruangan ini bernuansa kuno, dengan banyak pahatan seperti Yunani kuno pada setiap dinding kamarnya. Terlihat mengerikan, apalagi jika di malam hari. Untuk seseorang yang memiliki paranoid tinggi, mungkin sangat tidak di sarankan untuk menempati kamar tidur ini.
Mematut tubuh sekali lagi. "Masih aku yang terlihat sangat cantik, benar mungkin kekasih ku akan bangga setelah ini karena kecantikan ku yang tiada dua." ucapnya sambil merapihkan kembali rambutnya yang di buat style curly.
Tiba-tiba, angin berhembus kencang.
Brak!
"Oh astaga!" Ia membalikkan tubuh, dan terlihat jendela kamarnya yang terbuka dengan keras, angin pun masuk seperti berdesak-desakan. "Ah ternyata hanya angin, sepertinya ingin hujan, aku harus segera pergi untuk datang ke hari spesial kekasih ku." sambungnya.
Ingin melangkahkan kaki dengan kaki yang sudah beralaskan heels berukir bunga, tiba-tiba saja lampu ruangan redup. "Hei, pelayan! Kenapa lampu kamar ku tiba-tiba mati? Kau tau, di sini menjadi kurang penerangan!" pekiknya dengan sebal, terpaksa tidak jadi melangkahkan kaki dan masih berada beberapa langkah di dekat cermin besar yang selalu mematut tubuhnya secara full dari kepala sampai ujung kaki.
"Kamu, bukan yang tercantik disini."
Tubuh perempuan itu menegang sempurna. Pasalnya, kini rumahnya sedang sepi karena kedua orang tuanya pergi ke luar negeri untuk mengurus pekerjaan mereka —mungkin ada pelayan yang di panggilnya barusan, namun hei, suara sedekat itu tidak mungkin mereka berada di dalam kamarnya karena itu tidak sopan—. Jadi, ia sendirian di kamarnya yang cukup besar ini.
Berusaha tidak menghiraukan, ia mulai mengambil kartu undangan sebagai tanda bukti kalau dirinya di undang —agar bisa masuk ke dalam pesta— yang terdapat di atas meja riasnya juga. Napasnya mulai memburu melihat bayangan hitam yang mulai menjangkau dirinya dari dalam cermin, entah apa itu tapi benar-benar menyeramkan.
"SIAPAPUN, TOLONG AKU!"
Tangan hitam itu semakin menjangkau dirinya, ia ingin berlari menjauh. Namun terlambat, apa yang terjadi selanjutnya? Tangan hitam ini berhasil menangkap salah satu kaki jenjangnya, dan menarik dengan sangat kasar.
BRAK!
Tubuh perempuan tersebut jatuh dengan kencang ke lantai, membuat dagunya terbentur lantai kayu sehingga langsung memar.
"AAAAA, TOLONGGGG!!!"
Percuma berteriak, tidak ada jawaban ataupun bantuan dari manapun.
Perempuan tersebut memberontak, ia menendang-nendang tangan hitam tersebut agar tidak memegang kakinya. Namun sayang, genggaman tangan sosok tersebut sangat erat. Namun sempat mengendur, dan saat itu juga terasa kukur panjang menancap ke kakinya.
"ARGHHHHH!"
Dan luka panjang sepanjang betis itu pun tercipta, dan kini tangan tersebut berpegangan dengan menyeret tubuhnya di engsel telapak kaki.
Tubuhnya terseret dengan kasar, mulai mengarah ke kaca yang kini menampilkan sosok hitam, jangan di deskripsikan karena benar-benar menyeramkan dan bisa membuat trauma seseorang yang trauma atau memiliki ketakutan dengan makhluk sejenis ini.
Wajahnya tidak terlihat jelas karena dominan darah, entah dimana keberadaan sebelah matanya, karena tidak terlihat. Hidungnya pun tak berbentuk, seperti pernah terbentur atau terhantam sesuatu yang membuat terlihat parah seperti itu. Bagian bahu kanannya bolong, bolong menembus, terlihat darah yang mengering serta belatung hidup yang seperti memakan daging tubuhnya.
Jangan lupakan, seringaian sosok tersebut yang menampilkan deretan gigi penuh dengan gigi runcing layaknya ikan piranha, bukan gigi yang terlihat seperti manusia.
"Aku lapar, tolong puaskan aku dengan daging tubuh mu ya…" ucap sosok tersebut.
Suaranya melirih, bahkan mungkin terdengar di setiap sudut kamar si perempuan.
Perempuan tersebut jelas menggelengkan kepala dengan kuat, dirinya menangis sambil merasakam sakit di kakinya. "GAK, TOLONG SIAPAPUN TOLONG AKU!!"
Ketakutan, kesakitan, kesengsaraan, perempuan tersebut pikir hidupnya telah sempura… namun ternyata ada sisi lain yang menjadikan kesempurnaan menjadi perasaan yang sebaliknya.
Gaun merah perempuan tersebut robek sana-sini, mengekspot tubuhnya dengan terang-terangan. Luka gores di tubuhnya nampak jelas karena bersentuhan dengan lantainya yang masih terbuat dari kayu itu, darah pun menjadi bekas dan jejak di lantai dengan menyeret.
Tubuhnya kian lenyap sekaligus dengan hilangnya bayangan hitam itu masuk ke dalam cermin besar yang berada di kamar bersama dengan dirinya.
Ia masuk ke dalam cermin. Meninggalkan kehidupannya dengan waktu singkat begitu saja, tanpa sempat pamit dan mengatakan salam perpisahan pada orang-orang yang di sayang.
goodbye world, welcome to demon world.
"Siapapun kalian, kita menunggu dengan sabar sampai kalian begitu dekat dengan kita, di saat itu juga kita akan menarik kalian dengan rasa sakit yang terdengar sangat menyenangkan."
"Persiapkan diri, kita selalu berada di setiap kaca yang terdapat di kehidupan kalian."
- Said someone behind the mirror
…