Arsen kembali merapatkan mantelnya menghela napas, lalu merenggangkan tubuhnya dan tanpa sengaja memutar kepalanya pelan, menoleh ke belakang dan mendadak jantungnya berdetak semakin cepat. Gadis itu, gadis yang sejak tadi dia tunggu kedatangannya kini berdiri di belakangnya, memandangnya. Arsen menahan napasnya dalam beberapa detik dia sama sekali tidak bernapas, ya tuhan betapa dia sangat merindukan perempuan ini. Dia sama sekali tidak mau mengalihkan tatapan matanya dari mata gadis itu. Untuk beberapa saat dia hanya bisa membiarkan dirinya dan gadis berjaket merah maroon tebal itu berada dalam posisi seperti itu.
Lama mereka berdua saling tatap dengan tatapan. Betapa aku sangat merindukanmu.
Hingga akhirnya otak Arsen menyadarkannya untuk mulai menyapa.
"Elise, apa kabar?"
Arsen mendapati mulutnya yang hanya bisa mengeluarkan kalimat sederhana itu dan gadis itu pun menunduk, tanpa menjawab.