Dhika mengangguk, "sesukaku."
Cia tidak memperdulikan gumaman Dhika. Jujur, sebenarnya dia nggak mau pergi hari ini jika bukan karena anaknya. Dia tu nggak suka Dhika bersikap seolah nggak ada yang terjadi di antara mereka. Makin sesak rasanya.
Emang dia bilang nggak usah bahas masa lalu tapi, bukan berarti mereka bisa duduk semeja dan melakukan beberapa hal bersama tanpa ngerasa aneh.
"Aku lakukan semua ini demi anak-anakku." Tegas Cia. Mengambil serbet kemudian menyeka mulutnya dengan anggun.
Dhika menatapa wajah Cia yang emang nggak menunjukkan keramahan sama sekali. Dia ingin Dhika tau kalo baginya pertemuan ini nggak berarti sama sekali.
"Anak kita." Koreksi Dhika.
"Aku sudah terbiasa menjadi orang tua tunggal. Kamu bisa menyebut mereka seperti itu." Cia bangkit lalu berjalan meninggalkan Dhika.