Perlahan-lahan, Noey melepaskan pertautan keduanya. Ada begitu banyak pasang mata yang melihat mereka, anak kecil yang berada di sana, di tutup matanya oleh orang tua. Tidak layak untuk melihat aksi orang dewasa.
Hanya senyuman yang dia berikan untuk gadis di depannya itu, sambil menghapus sesuatu di bibir Awan, sisa dari pertautan mereka.
Grep!
Pelukan kembali diberikannya.
"Tenanglah, ada aku. Kau memilikiku," ucap Noey sambil kembali melihat gadis itu.
Rasa nyaman, benarkah menghilangkan trauma? Atau karena kita memiliki seseorang untuk kembali menyadarkan tubuh kita di saat rasa takut datang.
Kata-kata Noey, suara yang didengar oleh Awan, meredam trauma yang bisa saja begitu menyakitkan ketika Awan menikmatinya.
Pelukan yang menenangkan yang diberikan Noey pada Awan, sedikit membuat Awan terasa tenang.
Bolehkah aku egois menerimanya? Batin Awan.
Bolehkah waktu berhenti, dan membiarkan kami menikmati apa yang tengah terjadi tanpa gangguan, batin Noey.