Seluruh warga yang ada di dalam warung Ce Mimin berlarian ke luar.
Mereka semua takut dengan Ce Mimin yang sudah berubah menjadi monster
Sementara itu, Prof. Wans masih asyik menggoda tukang cilok yang super glowing, imut dan juga menggemaskan di depan warung.
"Eh, si Eneng, namanya siapa?" tanya Wans.
"Namanya, Riska, Bang?"
"Ya ampiun, namannya bagus bingit," puji Wans sambil gigit jari.
"Ih, makasi, Abang Ganteng," sahut tukang cilok itu sambil memukul kepala Wans.
Plak!
"Awww! Atit ...!" teriak Wans yang sok imut.
"Ngomong-ngomong namanya, si Abang Ganteng, ini siapa ya?"
"Nama aku, Wans, orang-orang manggil aku, Prof. Wans. Soalnya aku Profesor termuda Serawa Goceng ini,"
"Uncch... keren banget,"
"Pasti ah,"
"Ih, jadi bangga bisa kenal, Babang Wans!"
"Hehe makasi!" Wans mengedipkan mata bagian kirinya ... CLING... "Kayaknya, Neng, Rizka bukan orang asli sini ya?"
"Bukan, Babang Wans, Rizka dari kampung sebelah, ke sini gara-gara di suruh, Mimin," jawab Rizka.
"Owh, jadi kamu temannya, Ce Mimin?"
"Bukan teman lagi, tapi sohib sejak masih mangkal di Taman La—" Rizka menghentikan sejenak ucapanya.
"La, apa? Lanjutin dong syantik, kalau nanggung tuh gak enak tau," ujar Wans.
"Ah... la itu... Bang, la apa ya...?" Rizka garuk-garuk kepala.
"La apa, Rizka? Taman Law—"
"Eh, bukan Bang Wans, tapi layangan! Iya! Dulu Rizka sama Mimin suka main layangan di taman!" jawab Rizka yang mulai mengada-ngada.
"Main layangan di taman?" Wans garuk-garuk kepalanya. "Emang gak di omelin Satpol PP ya?" tanya Wans.
Dan Rizka mulai panik, karna takut jika setatusnya yang sesungguhnya akan terbongkar.
Tapi Wans memang sudah mulai curiga, karna dia teringat peristiwa tadi, ketika Juju menemukan KTP Ce Mimin, dan mulai mengetahui jenis kelamin Ce Mimin yang sesungguhnya.
Bahkan Bambang Magfur yang berotot tapi gemulai itu adalah sahabat Mimin, belum lagi di tambah Kiki si Kuntilanak Tarangender yang juga sahabat karib dari Ce Mimin.
Sekarang Rizka juga mengaku kalau dia adalah sahabat karib Mimin, tampak sekali gadis mungil nan imut itu sedang menyembunyikan sesuatu.
Wans sangat yakin kalau sekarang dia sudah salah telah tebar pesona kepada seorang wanita jadi-jadian seperti Rizka.
Namun Wans tak mau membuat Rizka menjadi tersinggung. Sekaligus ingin mengobati rasa penasarannya Wans, bertanya kepada Rizka lagi tentang siapa nama panjang atau sukur-sukur di beri tahu nama asli dari Rizka.
"Eneng, Rizka,"
"Iya, ada apa, Babang Ganteng?" jawab Rizka sambil mencolek dagu Wans.
Seketika jantung Wans berdegub kencang dan tubuhnya merinding. Perasaan Wans mulai tidak enak.
"Kalau boleh, tahu nama panjang, Neng Rizka siapa ya?"
"Ih, pengen tahu banget ya?" jawab Rizka sambil memencet hidung Wans.
"Iya, hehe! Please jawab!"
"Ok, jadi nama panjang aku itu Rizki Fadly! Eh, bukan deng!" Rizka langsung menutup mulutnya. 'Astaga keceplosan, itu nama asli bukan nama panjang!' batin Rizka.
"RIZKY FADLI?!" teriak Wans sambil melotot.
"Eh, bukan, Bang Wans, Rizka cuman salah sebut, itu nama bapak Rizka, kalau nama panjang Riska itu, Rizka Nur Laila!" jelas Rizka dengan keterangan palsunya.
Tapi Wans sudah tidak percaya lagi, karna jaman sekarang memang mancari wanita asli mulai sulit dan langka terutama di kampung Rawa Goceng. Akhirnya Wans pun memilih berlari pergi meninggakkan Rizka.
"Eh, Babang Wans! Tunggu! " teriak Rizka.
***
Warung Ce Mimin kini berubah menjadi sangat sepi, dan tampak barang-barang yang sangat berantakan seperti kapal pecah.
Piring pecah, gelas pecah, panci penyok, bahkan sampai pintu yang juga copot.
Dengan wajah memelas, Mimin mulai memunguti dan merapikan barang-barang yang berantakan itu satu-persatu.
Di bantu oleh Bambang dan juga si Rizka yang baru saja masuk dan menenangkan sahabatnya yang sedang kalut itu.
"Mimin, yang sabar ya, Ciiin," ucap Rizka sambil merangkul pundak Mimin.
"Iya, Rizka, makasih ya," jawab Mimin.
"Gimana, kalau kamu buka salon lagi aja!?" celetuk Rizka yang memberi ide kepada Mimin.
"Enggak ah! Takut rugi! Kayak dulu, masa Emak-emak yang Rebonding pada ngutang!" jawab Mimin dengan ketus.
"Iya! Jangan buka salon lagi, Shaiii! Eike mah udah insyaf! Gak mau bantuin ah!" sahut Bambang.
"Yey! Si Bambang, ngomong insyaf, tapi biar badan keker, foundation tebel banget!" ujar Rizka.
"Ih, ini kan buat nutupin jerawat doang!" jawab Bambang sambil memegang pipinya.
"Ih, makanya pakek skincare dong! Biar glowing kayak eike nih bok! No jerawat!" ucap Rizka penuh percaya diri.
"Ih, pakek skincare KW aja bangga!" cerca Bambang
"Enak aja KW, ini Ori Bambang! Haraganya mehong! Dan eike belinya langsung di Thailand!" sahut Rizka yang tak terima.
"WOY STOP!" teriak Mimin yang mulai pusing melihat kedua sahabatnya yang bertengkat itu. "KALIAN INI BERANTEM MULU, GAK LIHAT APA, GUA LAGI PUSING?!" oceh Mimin.
Seketika Rizka dan Bambang mulai berhenti bertengkar.
"Maaf, Mimin," ucap serempak dua makhluk jadi-jadian itu sambil menuduk.
Sementara, Kong Oesman baru saja datang ke warung Ce Mimin.
Dia datang telat dan nampaknya mulai bingung melihat warung Ce Mimin yang sudah sepi dan terlihat berantakan sekali.
"Loh, ini kenapa jadi begini?" Kong Oesman bertanya kepada si Pitbull yang bernama Rocky.
"Rocky, sepertinya di sini abis ada gempa bumi ya?" tanya Kong Oesman lagi.
Sekarang sahabat Kong Oesman hanya Rocky, karna semenjak kepergian Abah Rene dia hidup sendiri, tidak lagi memiliki sahabat yang super ngeselin dan bikin sakit jantung seperti Rene.
Tapi walau bagaimana pun juga, Rene adalah sahabat satu-satunya yang di miliki oleh Oesman sepanjang hidupnya, dan tentunya yang masih sama-sama dari golongan manusia.
Karna selain Rene, tidak ada lagi manusia yang mau berteman dengan Kong Oesman.
"WOY! AKI-AKI! NGAPAIN LU KEMARI?!" tanya Mimin dengan suara menggelegar khas Abang-abang.
"Ataganaga! Itu apa?!" ucap Kong Oesman yang syok karna melihat penampilan baru dari Mimin.
"APA LO, LIAT-LIAT!" teriak Mimin lagi.
"Sabar, Shayyyy... jangan marah-marah, nanti cepat tua terus metong, Shayy," Rizka mencoba menenangkan Mimin.
"Iya, Parmin, nyebut!" imbuh Bambang,
Dan Kong Oesman tanpa ragu langsung berlari keluar dari Warung Mimin, dia tidak mau terjadi apa-apa dengan dirinya.
Bahkan melihat penampilan Mimin saat ini, dia sangat yakin kalau penyebab tempat itu seperti kapal pecah, karna Mimin baru saja mengamuk dan terjadi pembantaian besar-besaran di warung itu. Atau bahkan Kong Oesman berpikir jika seluruh warga yang hadir sudah di telan hudup-hidup oleh Mimin.
Memang pikirannya berlebihan, tapi namanya juga Aki-aki, terkadang imajinasinya suka overload dan paranoid.
15 menit kemudian.
Kong Oesman sampai di kolam lele miliknya, dia berhenti dan duduk di tepi kolam sambil mengatur nafasnya yang hampir putus akibat berlari tadi.
Dia beristirahat sembari memandangi hamparan kolam lelenya yang luas dan indah serta banyak di hiasi eceng gondok dan berbagai tumbuhan air yang memiliki bunga warna-warni di dominasi putih dan ungu itu.
Dan tiba-tiba si Engkong mencium aroma sangit tapi enak.
"Kok baunya kayak kenal?" Kong Oesman menoleh kebelakang.
JENG! JENG... JENG...!
Ternyata seluruh warga sejak tadi sudah berkumpul di kolamnya sambil memanggang lele-lele milik Kong Oesman tanpa permisi.
"Woy, ikan lele barbeque!" ucap Juju.
"Mantap!" sahut Patria.
"Mbah Tresno mau?" tanya Juju sambil menyodorkan lele panggang miliknya.
"Enggak mau! Saya cuman mau, Emak kamu," jawab Mbah Tresno sambil terpesona memandang Mak Jiinny yang masih asyik menggeragot ikan lele.
Krauk...!
Kong Oesman langsung sesak nafas melihatnya.
"TIDDDDAAAAAAAAAAAAAAK...!" teriak Kong Oesman sebelum pada akhirnya serangan jantung dan kejet-kejet.
To be continued