Ritual dimulai, mereka semua sudah siap dengan apa yang akan mereka lakukan, dirasa napas yang sudah tidak beraturan, pikiran kacau, hati yang tampak tidak lagi tenang, semuanya bahkan berubah menjadi ketakutan, berkali-kali Anna menginstruksikan untuk mereka tetap merasa tenang dan nyaman.
"Percaya sama gue, kita semua bakal baik-baik aja," kata Anna.
Anna benar, perlahan mereka mulai menetralkan nafasnya, menstabilkan pikirannya, menepis rasa takut dan menghapus kegusaran yang menjadi penghalang ketenangan mereka, mereka semua tidak ingin menyusahkan Anna dengan terus merasa ketakutan, mereka harus percaya kepada Anna dan mereka harus yakin jika ritual ini akan berhasil, siap tidak siap semuanya harus siap. Reno yang merupakan tipe pria senang bergurau dan pecicilan, kali ini hanya diam, memasang wajah seriusnya. El yang biasanya hanya datar kini memasang wajah gusar. Anna menatap El, mencoba menyalurkan ketenangan kepada pria itu.
"El, you okay?" tanya Anna.
El mengagguk karena tak ingin membuat Anna, kekasihnya itu khawatir, padahal jauh di lubuk hatinya yang paling dalam El merasa khawatir akan apa yang akan mereka lakukan. Bukan takut dirinya gagal, melainkan takut jika dirinya dapat menyaksikan kepergian Anna yang sudah menjadi bagaian dari hatinya. El berjanji, jika Anna tidak dapat kembali dirinya pula tidak akan mau kembali. Yang benar saja, dirinya sangat amat mencintai Anna.
"Oke kita mulai," intruksi Anna.
Mereka semua duduk melingkar, termasuk Anna. Jika pada ritual sebelumnya Anna diam di tengah-tengah mereka, kali ini Anna ikut berpegangan tangan bersama mereka, dengan satu lilin, dan kelopak bunga yang mengelilingi lilin itu.
"Seperti ritual sebelumnya, setelah angin kencang. Kita buka mata dan kita mulai masuk ke sebuah cahaya yang ada di arah barat," tutur Anna.
"Kita semua gak boleh pisah kaya apa yang kalian lakuin sebelumnya," sambung Anna. Mereka mengagguk mengerti dengan apa yang Anna katakan, ini menegangkan namun sebisa mungkin mereka harus sedikit santai. Entah bagaimana cara mereka agar dapat merasa tenang dan nyaman.
Mereka semua menutup mata nereka masing-masing, mencoba menenangkan hati dan pikiran mereka. Fokus, fokus dan tetap fokus, tujuan mereka sama, pulang ke tempat asal mereka, tentu saja mereka merindukan keluarga, rumah dan tempat-tempat yang sering mereka kunjungi. Tak ada hal lain selain mencari celah untuk keluar dari tempat terkutuk yang tengah mereka singgahi ini.
"Diantara lo semua, ada yang masih belum konsen," kata Anna tiba-tiba saat percobaan pertama gagal.
"Kalo percobaan ketiga tetep gagal, semuanya hangus," sambung Anna membuat mereka mengagguk mengerti.
Anna kembali memejamkan matanya, diikuti oleh mereka semua. Kali ini mereka benar bersungguh-sungguh dengan apa yang akan mereka lakukan, ternyata ritual kali ini begitu sulit dari apa yang mereka bayangkan. Namun, tidak apa, yang terpenting mereka semua dapat pulang dengan selamat meski harus berjuang terlebih dahulu , setidaknya mereka dapat mengerti apa arti memahami, saling menghargai dan solidaritas yang tinggi, sebelum hal ini terjadi mungkin mereka tak pernah merasakan itu semua. Anggap saja ini pelajaran yang berharga bagi mereka.
Angin bertiup kencang bersamaan dengan kedua mata mereka yang terbuka begitu lebar. Mereka saling menatap satu sama lain, sembari tersenyum penuh kemenangan. Ternyata semua ini berhasil seperti apa yang mereka inginkan, namun tetap saja mereka harus waspada setelah memasuki sebuah cahaya yang akan membawa mereka pulang.
"Inget yang gue bilang ya, setelah kita masuk ke sana, gak ada yang namanya berpencar," kata Anna yang dapat diangguki oleh mereka.
"Anna, kita bakal baik-baik aja kan?" tanya Rachel tiba-tiba yang tentunya dapat diangguki oleh Anna. Sebenarnya Anna tak tau jawaban apa yang akan dirinya berikan pada Rachel.
"Oles di telapak kaki kalian," kata Anna sembari memberikan sebuah botol kecil berisi minyak.
Flashback on
Saat semua orang tertidur, Anna terbangun. Dirinya harus mempersiapkan semuanya agar lebih matang lagi. Dirinya tak ingin ada kegagalan dalam hal ini. Ditatapnya semua raut wajah teman-temannya yang begitu mengisyaratkan kekhawatiran yang amat dalam. Anna meraih sebuah minyak yang berada tak jauh darinya, Anna ingin mencoba membuat penangkal setan sama seperti sang nenek dulu.
Anna tak yakin apa ini akan berhasil atau tidak, yang jelas Anna hanya ingin mencoba, siapa tau semuanya berjalan dengan lancar.
Flashback off
Mereka mulai berjalan ke arah dimana cahaya itu berada. Cukup tenang kala mereka saling menatap menguatkan, setidaknya mereka akan melindungi satu sama lain kali ini. Mereka bertekad dalam hati jika kini tak akan ada lagi kebohongan, penghianatan dan menghancurkan satu sama lain, mereka semua satu disini dengan tujuan yang sama dan tekad yang bulat. Meskipun mereka hanya ada berenam, namun mereka yakin ini semua akan berhasil, mereka tak peduli dengan Serli maupun Feby. Bagaimana keadaan mereka dan apakah mereka dapat keluar atau tidak itu urusan nanti, bukankah itu kesalahan mereka? Ya, tentu saja kesalahan mereka. Serli yang melarikan diri sekaligus mencoba menghianati semua orang di sini, jangan lupakan pula Serli yang merupakan dalang dibalik semua ini.
"Ini kan bagian belakang villa ini?" heran Reno yang dapat diangguki oleh mereka.
"Disini ada gerbang yang mungkin gak jauh dari kita berada," tutur Anna.
"Terus kita coba jalan kemana?" tanya Risa.
Anna melirik kanan dan kirinya, "Kita jalan lurus.
Sesuai apa yang Anna katakan, mereka semua berjalan lurus ke depan.
"Gimana nasib barang-barang kita ya," keluh Reno membuat semuanya terkekeh geli. Terkadang mereka memang membutuhkan hiburan seperti ini.
"Kamera sama laptop El aja ditinggal gak ngeluh kaya lo!" kekeh Rachel membuat semuanya kembali ikut terkekeh menanggapi.
"Tapi emang nyawa lebih penting si dari barang-barang yang kita tinggal," ucap Risa menimpali.
"Tapi kalian bawa handphone kalian kan?" tanya Anna sontak mereka mengagguk serempak.
Keadaan mungkin masih aman kali ini, tak tau apa yang akan terjadi setelah nanti.
"Inget gak waktu kita ngerjain si Doni di kelas, tapi dia malah laporin Anna ke BK dan bilang Anna yang udah nyembunyiin buku dia," kata Reno kembali mencairkan suasana.
"Iya bener! Dan abis itu si Doni dikerjain again habis-habisan sama El gara-gara udah nuduh Anna sembarangan," jawab Risa mulai tertarik dengan topik pembicaraan yang Reno lontarkan.
"Lo tau gak si? Gue sempet takut El marah banget sama si Doni dan gue juga takut Dono di apa-apain sama El. Ternyata cuman diminta makan baso kuah teh manis," ucap Rachel membuat semuanya tertawa. Begitupun dengan Anna namun tidak dengan Radit dan juga El.
"CK! LO BISA DIEM GAK SI!" tegas El sembari membalikan tubuhnya yang tampak tidak ada siapapun disana.
Deg! Sepertinya kali ini benar-benar pertempuran mereka.