"No, no, no…" sang gadis semakin memacu larinya seiring reruntuhan yang seolah bergerak mengejar dirinya. "God, please…!"
Di depan, sang gadis sudah melihat cahaya sang surya yang masuk, itu berarti pintu keluar ke dalam ruang bawah tanah tersebut telah dekat.
Dengan tidak memedulikan kakinya yang semakin terasa lemah itu, juga paru-paru yang terasa begitu sesak, dingin seolah membeku lalu pecah berderai, sang gadis terus memacu larinya.
"Please, please, please…!"
Sedikit lagi sang gadis akan sampai di pintu itu, ia pun melompat dengan suara jeritan yang menggelegar panjang dari mulutnya.
Thump!
Namun suara jeritan sang gadis tertutup suara berdebum yang lebih kencang dari kuil kuno yang sepenuhnya telah runtuh. Pasir-pasir di permukaan masih bergerak mengisi ruang kosong di bawah permukaan.
"No, no, no…!"
Baru saja sang gadis merasa telah selamat, dan kini pasir-pasir itu seolah menyeretnya kembali ke dalam ruangan bawah tanah tersebut.