Dinda memandang wajahnya dicermin, terdapat bekas tangan yang memerah di pipinya.
"Maafin Dinda, Ma, Pa, Dinda nggak bisa jaga diri," ujarnya sendu.
Sementara Vian sedang berada dibawah dengan kondisi babak belur karena diberi pelajaran oleh Papanya dan Papa Dinda. Laki-laki remaja itu benar-benar menyesal tapi apa yang bisa ia perbuat selain tanggungjawab?
"Papa kecewa sama kamu Vian," ujar seorang pria paruh baya memandang sang putra dengan tatapan penuh kecewa.
Vian menunduk, "maaf, tapi Vian akan bertanggungjawab kok," lirihnya. Nyalinya benar-benar ciut menghadapi kedua pria paruh baya itu.
"Kamu sudah berjanji tidak akan melakukan itu sama Om, tapi kenapa kamu bisa melanggarnya?" kini giliran pak Wijaya yang bersuara.