Dua puluh menit kemudian, Sofi sudah tiba di depan rumah. Setelah membayar taxi, ia segera keluar dari sana dan menuju halaman. Perlahan ia membuka pintu pagar. Untungnya, Sofi memiliki kunci replika pagar dan rumah. Kalau tidak, sama saja bohong. Sia-sia apa yang ia lakukan. Alih-alih pulang dengan tenang, yang ada ia hanya mengalami hal tidak diinginkan.
Ceklek!
Pintu rumah terbuka. Sofi langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Dilihatnya rumah itu masih dalam keadaan yang sama. Tidak berantakan, sih, hanya saja ... masih harus dibersihkan. Jangan lupakan juga tentang piring-piring kotor yang ditinggalkan tadi. Sofi berada di dapur dan mulai mendesah. Kesal rasanya melihat ini. Padahal tadi, Anti sudah mengatakan bila ia akan mengerjakannya. Semua itu hanyalah sebuah kebohongan belaka.