"Niisan?"
Goshi yang melihat Juza baru saja keluar dari bangunan yang berada tidak jauh dari bangunan rumah dan mansion para anggota gangster pun memanggil sang kakak, lalu berjalan menghampirinya.
Juza yang melihat Goshi berjalan menghampirinya pun mengangkat sebelah tangannya untuk menyapa sang adik.
"Kalian sudah pulang?" Tanya Juza saat Goshi sudah berdiri dihadapannya.
Goshi menganggukan kepalanya. "Ya, hari ini kafe memiliki pelanggan cukup banyak."
"Syukurlah, jika kita memiliki cukup banyak pelanggan."
Goshi kembali menganggukan kepalanya. "Dan hari ini Yu-chan datang ke kafe untuk membantu. Sepertinya dia sangat serius dengan perkataannya pagi ini."
"Aku tidak merasa begitu terkejut mengetahui anak seusianya benar-benar melakukan apa yang dirinya inginkan."
Goshi terkekeh mendengar perkataan Juza. "Ya, kau benar niisan."
Kini terjadi keheningan diantara Goshi dan Juza yang sedang berjalan menuju rumah. Goshi yang tidak begitu suka dengan keheningan pun memilih untuk membuka suara kembali.
"Niisan, apa mereka masih belum ingin membuka suara?"
Juza menolehkan kepalanya kearah Goshi. "Yeah, begitulah."
Helaan nafas panjang Goshi hembuskan setelah mendengar jawaban dari Juza.
"Tapi meski mereka tidak ingin membuka suara pun, aku sudah tahu siapa orang yang sudah menyuruh mereka untuk datang kesini."
Goshi langsung menolehkan kepalanya kembali kearah Juza. "Jangan bilang, orag yang menyuruh mereka itu..."
Juza berdeham sambil menganggukan kepalanya. "Ya, siapa lagi jika bukan dia. Karena yang mengetahui pada saat jam tersebut aku tidak berada dirumah hanya dia."
Goshi berdecak kesal. "Tapi kenapa dia harus melakukan itu? Dia kan paman kita, lagi pula yang menolak untuk berkerja sama dengan kita juga dia."
Juza mengulurka sebelah tangannya pada puncak kepala Goshi dan menepuknya pelan. "Biarkan saja dia, selama dia dan kelompoknya belum menyakiti semua anggota kita,aku masih membiarkannya melakukan apapun yang diinginkannya."
"Tapi niisan, aku hanya tidak menyukai sifat dan cara berfikirnya." Elak Goshi yang tidak menerima perkataan Juza.
Juza kini berhenti menepuk puncak kepala Goshi dan berubah jadi mengacak-ngacak rambut sang adik. "Bagaimana pun dia masihlah paman kita. Jika dia sudah benar-benar berseru melepas diri dari keluarga kita, baru aku akan mengambil tindakan serius kepadanya."
Goshi mendengus sebal. "Baiklah, baiklah. Meski aku sangat berat masih mengakuinya sebagai seorang paman."
Seulas senyum kecil tercetak diwajah Juza melihat sikap Goshi jika tengah tidak menyukai pendapat orang lain.
Kini Goshi dan Juza sudah memasuki bangunan rumah. Mereka berdua sudah dapat mendengar gurauan-gurauan para anggota gangster lain yang berasal dari ruang bersantai.
"Owh! Juza! Kemarilah, ayo bergabung bersama kami semua menikmati ayam goreng sambil meminum bir!" Seru Naoki heboh sambil melambaikan kedua tangannya memanggil Juza.
Juza dan Goshi yang melihat kehebohan Hiro, hanya mendengus geli sambil menggeleng-gelengkan kepala mereka pelan.
"Jangan terlalu banyak meminum bir Nao-san, malam ini kita harus pergi bertemu dengan klien." Ucap Juza memperingati Naoki. Meski pada dasarnya Juza melayangkan peringatan tersebut bukan hanya untuk Naoki saja, tetapi untuk para aggota gangster yang malam ini akan ikut bersama dengannya bertemu dengan klien.
"Tenang saja, kami hanya minum sedikit. Itu tidak akan berpengaruh besar kepada kami." Sahut Naoki dan disetujui oleh para anggota gangster yang malam ini akan ikut bersama dengan Juza menemui klien.
Juza menghela nafas panjang lalu mengibas-ngibaskan sebelah tangannya. "Baiklah, baiklah. Tapi sebelum itu aku ingin mengambil gelas didapur."
Juza yang baru saja ingin berjalan menuju dapur, menghentikan langkah kakinya sebentar saat mendengar perkataan Haruko.
"Juza-san, kau tidak perlu pergi kedapur. Azami sedang berada di dapur, kau bisa tinggal meminta tolong padanya."
Juza mengangkat sebelah tangannya merespon perkataan Haruko. "Tidak perlu, aku bisa mengambilnya sendiri untuk diriku."
Setelahnya Juza pun melangkahkan kakinya menuju dapur. Dirinya ingin memastikan apa yang dikatakan oleh Haruko benar atau tidak, jika saat Azami sedang berada di dapur.
Saat dirinya sudah memasuki area dapur, seulas seringai kecil tercetak diwajah Juza, melihat Azami benar-benar berada di dapur seorang diri dan kini tengah memunggunginya.
Dengan langkah kaki yang suaranya sedikit dia redamkan karena tidak ingin membuat Azami menyadari keberadaannya. Juza mengambil jalur memutar melewati meja makan agar dirinya dapat berjalan melewati punggung Azami dan berdiri disisi sebelah kiri Azami yang sepertinya sedang membuat sebuah minuman.
Greb.
Azami yang tengah fokus mengaduk minuman yang sedang dirinya buat pun tersentak kaget saat merasakan jari-jemari tangan sebelah kirinya sedang digenggam cukup erat.
Dengan cepat Azami langsung menolehkan kepalanya ke arah kiri dan membulatkan kedua matanya terkejut saat mendapati sosok Juza sudah berdiri tepat disampingya dengan seulas senyum kecil tercetak diwajah pria itu.
"Juza-san, kau membuat kau membuat ku terkejut!" Decak Azami yang sedikit merasa kesal karena Juza telah mengejutkannya.
Juza yang melihat reaksi kesal Azami, menaikan sebelah alisnya. "Apa kau sama sekali tidak menyadari keberadaan ku?"
Azami terdiam sesaat, sebelum menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku sama sekali tidak merasakan keberadaan mu."
Azami kembali menolehkan kepalanya kearah gelas berisikan susu strawberry yang sedang dibuatnya untuk diminum olehYuri.
Juza yang memperhatikan Azami sedang mengaduk susu tersebutpun terdiam sesaat, memfokuskan dirinya menatap ekspresi dan sorot mata menerawang yang tampak di kedua mata Azami.
"Apa kau sedang memikirkan suatu hal?" Tanya Juza yang kembali membuat Azami terkejut.
Juza yang melihat Azami terkejut pun, semakin meyakinkan dirinya jika saat ini Azami sedang memikirkan suatu hal. Sehingga membuat pemuda itu tidak fokus dan terkejut saat dirinya mengajak berbicara.
"Ah tidak, aku tidak sedang memikirkan apa pun." Jawab Azami dengan seulas senyum kecil tercetak di wajahnya.
Sebelah tangan Juza yang tidak menggenggam jari-jemari tangan Azami, terulur mendekati kepala Azami dengan jari telunjuknya yang kini sudah mendarat pada kening pemuda itu.
"Kau berbohong."
Azami kembalii terkejut mendengar perkataan Juza, belum lagi kini jari telunjuk pria yang ada di hadapannya kini sedang mengelus-ngelus pelan keningnya.
"Jika kau sedang tidak memikirkan apapun, mengapa saat sedang mengaduk susu itu keningmu mengerut cukup dalam?"
Azami mengedip-ngedipkan kedua matanya beberapa kali. "Eh? Benarkah? Tapi aku sedang tidak memikirkan apapun saat ini."
Helaan nafas pajang Juza hembuskan. "Ya, aku akan mencoba untuk mempercayai apa yang kau katakan saat ini."
"Hei, aku mengatakan hal yang sebenarnya." Decak Azami yang mulai merasa kesal saat melihat ekspresi wajah Juza yang mengatakan jika pria itu sama sekali tidak mempercayai perkataannya.
Juza mengangkat kedua bahunya acuh. "Ya, ya, ya, aku percaya."
Azami memutar kedua bola matanya. "Berhentilah mengusap-ngusap kening ku, Juza-san. Aku bukan seseekor kucing atau pun anjing yang akan luluh jika majikannya mengusap-ngusap kening mereka."
Juza yang mendengar perkataan Azami langsung menghentikan jari telunjuknya yang sedang mengusap-ngusap kening Azami. "Kau bukan seekor binatang, kau seorang manusia , Azami."
"Ya kau benar dan baru saja aku juga mengatakan hal itu." Gumam Azami dengan nada sebal.
Lalu Azami mengangkat tangan sebelah kirinya yang jari-jemarinya masih digenggam oleh Juza.
"Bisa kau melepaskan genggaman mu, Juza-san? Aku ingin mengantarkan susu ini untuk Yu-chan."
Bukannya melepaskan genggaman tangannya pada jari-jemari Azami, kini Juza semakin mengertakan genggamannya.
"Tidak, aku masih belum selesai berbicara dengan mu."
Azami mengerutkan keningnya heran. "Apa? Ada hal yang ingin kau bicarakan padaku? Apa ini tentang pekerjaan di kafe? Sekolah Yuri? Atau tentang kuliah ku?"
Juza terdiam sesaat, sebelum dirinya menggelengkan kepala. "Bukan, tidak ada satu pun dari mereka."
Azami semakin mengerutkan dahinya. "Apa? Lalu, apa yang ingin kau bicarakan padaku?"
Helaan nafas yan terdengar begitu panjang, Juza hembuskan. Dan itu semakin membuat Azami merasa bingung.
"Apa pinggul mu masih terasa sakit?"
Hening..
Azami masih belum menampakan reaksi apapun diwajahnya. Karena saat ini dirinya masih memproses apa yang dikatakan oleh Juza.
Sedangkan itu Juza yang melihat Azami belum menjawab pertanyaannya, menyipitkan kedua matanya menatap fokus Azami.
"Sepertinya pinggul mu masih terasa sa-mphpp"
"Diam! Jika kau mengatakannya disini yang lain bisa mendengarnya!" Geram Azami yang saat ini sedang merasa panik, sambil membekap mulut Juza yang tangan sebelah kanannya yang bebas.
"Mppphhmm mphmmnn."
Juza yang mulutnya sedang dibekap oleh Azami, kembali mengucap sebuah kalimat yang sama sekali tidak terdengar jelas.
Kedua mata tajam Juza fokus memperhatikan raut wajah panik bercampur rona merah yang terlukis diwajah Azami saat ini.
Melihat ekspresi panik bercampur rona merah di wajah Azami saat ini, membuat Juza mengulaskan seringai diwajahnya yang terlulup oleh bekapan sebelah tangan Azami.
Slurp..
Azami yang merasakan telapak tangannya untuk membekap wajah Juza di jilat pun membulatkan kedua matanya terkejut lalu langsung melepaskan bekapan tangannya pada mulut Juza.
"Kau! Apa yang k-mmphh"
Azami tidak dapat melanjutkan perkataannya saat Juza tiba-tiba membekap bibirnya dengan bibir pria itu.
Kini kedua bola mata Azami benar-benar membulat terkejut dengan aksi yang dilakukan Juza kepada dirinya saat ini.
"Mphmmpp, mpphhmp.."
Azami ingin menjauhkan wajahnya dari wajah Juza, tertahan. Saat merasakan tengkuk belakangnya ditekan oleh sebelah tangan Juza.
Juza yang mendapat perlawan dari Azami pun sedikit menjauhkan wajahnya dari wajah Azami, hingga kini bibirnya tepat berada di hadapan bibir Azami.
"Jika kau terus melakukan perlawanan sepeti tadi, anggota yang lain bisa mendengarnya dan akan datang kesini, lalu melihat aksi kita."
"Tap-mphhmm"
Juza yang tahu Azami akan membalas perkataannya pun, kembali membungkam bibir Azami dengan bibirnya.
Kini Juza kembali memberi jarak sedikit diantara dirinya dan Azami.
"Saat ini, kau hanya perlu memejamkan matamu, Azami." Bisik Juza yang membuat Azami melayangkan tatapan tidak senangnya pada Juza.
"Tapi bagaimana jika ada yang masuk ke dapur dan melihat apa yang sedang kita lakukan."
Juza mengulaskan senyum kecil diwajahnya. "Jika kau tidak mengeluarkan suara sama sekali, maka tidak akan ada yang datang kesini."
Azami yang baru saja ingin berbicara lagi, berdecak kesal dalam hati saat Juza kembali membungkam bibirnya dengan sebuah ciuman.
Azami yang mengetahui jika saat ini Juza tidak menerima penolakan pun hanya bisa mendengus dalam hatinya dan perlahan memejamkan kedua matanya saat merasakan tangan Juza sudah kembali berada di belakang tengkuk lehernya dan menekannya cukup kuat.
Goshi yang merasa heran karena tidak mendapati Juza keluar dari dapur pun mengerutkan dahi heran. Memikirkan apa yang sedang dilakukan kakaknya didapur sehingga untuk mengambil gelas saja begitu lama.
Tenma yang juga menyadari jika Juza belum kembali dari dapur pun mengerutkan dahi heran. Terlebih lagi, dirinya juga belum melihat Azami yang tadi izin ingin membuat susu untuk Yuri, keluar dari dapur.
"Goshi-kun, mengapa Juza-san dan Azami-kun begitu lama di dapur?" Tanya Tenma sambil berbisik kepada Goshi yang duduk disebelahnya.
Goshi mengangkat kedua bahunya. "Aku jika tahu Tenma-san. Mungkin mereka sedang membicarakan suatu hal penting."
Tenma mengerutkan keningnya heran. "Biar aku yang menyusul mereka. Kau tunggu saja disini."
Goshi yang melihat Tenma baru akan beranjak dari duduknya, langsung mengulurkan sebelah tangannya untuk menahan bahu Tenma.
"Tidak perlu Tenma-san, biar aku saja yang menyusul mereka. Kau tetap disini saja bersama dengan yang lain."
Tenma terdiam sesaat, sebelum dirinya menganggukan kepala pelan. "Baiklah jika begitu."
Setelahnya Goshi pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju dapur.Saat dirinya sudah hampir mendekati dapur, Goshi sudah ingin memanggil nama Azami dan Juza. Namun saat dirinya baru saja ingin mengeluarkan suara, kedua bola matanya membulat terkejut melihat apa yang sedang dilakukan kakaknya kepada Azami.
Goshi langsung menggigit bibir bagian dalamnya cukup kuat, lalu membalikan badannya agar tidak melihat apa yang sedang dilakukan oleh kakaknya kepada Azami.
Ryuji yang baru saja ingin memasuki dapur, mengerutkan dahinya heran melihat Goshi yang beridiri membeku dijalan menuju dapur.
"Goshi-san apa yang sedang kau lakukan disini? Ehm, kau menghalangi jalan ku yang ingin pergi kedapur."
Goshi yang baru menyadari sosok Ryuji berada dihadapannya pun langsung mengulurkan kedua tangannya pada kedua pundak Ryuji dan kini membalikan tubuh pemuda itu, lalu mendorongnya untuk menjauh dari dapur dan kembali menuju ruang bersantai.
"Kau, tidak boleh pergi kedapur untuk saat ini!" Ucap Goshi dengan nada gugup, membuat Ryuji mengerutkan dahinya heran.
"Kenapa? Aku hanya ingin mengambil air mineral botol."
Goshi menggelengkan kepalanya cepat. Meski dirinya tahu Ryuji tidak akan bisa melihatnya. "Jangan, kau tetap tidak boleh pergi kedapur untuk saat ini. Karena kakak ku dan Azami sedang mencoba menangkap kecoak yang tiba-tiba muncul di dapur."
Ryuji yang mendengar kata kecoaklangsung membulatkan kedua matanya terkejut danberseru heboh. "Apa?? Di dapur ada kecoak??!!"
Para anggota gangster yang berada di ruang bersantar dan dapat mendengar seruan Ryuji pun membulatkan mata mereka terkejut. Kecuali Yuta yang sedang membaca sebuah buku.
"Apa? Didapur ada kecoak???" Sahut Hiro dengan nada tinggi, membuat para anggota gangster lain yang sedang berkumpul diruang bersantai ikut hebooh.
"Bagaimana bisa binatang menjijikan itu menginjakan kaki dirumah ini??" Sahut Toshiro tidak kalah hebohnya dari Hiro.
"Tidak bisa dibiarkan! Binatang menjijikan itu harus kita arak keluar dari rumah ini!" Seru Toshiro sambil beranjak dari duduknya dan disetujui oleh anggota gangster yang lain.
Goshi yang melihat para anggota gangstersudah beranjak dari duduk mereka pun, mencoba memutar otak untuk menghalangi mereka agar tidak jadi pergi menuju dapur dan mengetahui apa yang sedang dilakukan kakaknya kepada Azami.
"Kalian tidak perlu pegi kedapur!" Seru Goshi yang membuat anggota gangster menatap heran kearahnya.
"Kenapa kami tidak perlu pergi ke dapur Goshi-kun?! Kami harus mengusir kecoak itu dari rumah ini!" Tanya Daichi dan disetujui oleh anggota gangster yang lain.
Yuta yang melihat Goshi terlihat sedikit kebingungan pun, menghela nafas panjang, lalu menutup buku yang sedang dirinya baca.
"Kalian tidak perlu pergi kedapur, karena saat ini Juza-san dan Azami-kun sedang mencoba menangkap serangga itu. Jika kalian beramai-ramai datang ke dapur, nanti bukannya berhasil menangkap serangga itu, tetapi kalian akan membuat dapur berantakan."
Goshi yang mendengar pekataan Yuta pun melayangkan tatapan berbinar kepada pria itu karena sudah membantu dirinya untuk menghalangi para anggota gangster yang ingin pergi ke dapur.
Para anggota gangster yang lain pun terdiam sebentar memikirkan apa yang dikatakan oleh Yuta tadi.
Yuta yang melihat keterdiaman para rekannya pun kembali membuka suara untuk lebih meyakinkan para rekannya.
"Kalian tidak perlu khawatir. Juza-san dan Azami-kun pasti berhasil mengangkap serangga itu, meski tanpa bantuan kalian."
Kini tatapan Yuta berubah menjadi tajam, menatap satu persatu para rekannya. "Apa kalian menganggap remeh kekuatan yang dimiliki ketua kita? Jika Juza-san mengetahui kita meremehkan kekuatannya, Juza-san pasti akan sangat marah kepada kita! Apa kalian ingin Juza-san meluapkan emosinya kepada kita semua??"
Para anggota gangster yang mendengar perkataan Yuta, sontak langsung menggelengkan kepala mereka cepat.
"Tidak! Aku pribadi tidak ingin menjadi sasaran luapan emosi Juza-san!" Uca Kuroo dengan memasang ekspresi wajah ngeri dan di setujui oleh anggota gangster yang lain.
Yuta dan Goshi yang melihat rekan-rekanya kini mulai kembali tenang pun menghela nafas lega.
Goshi melayangkan tatapan mata berkaca-kaca kepada Yuta yang dibalas dengan kibasan tangan oleh pria itu.
Kini para anggota gangster, termasuk Yuta dan Goshi kembali duduk di tempat mereka dan melakukan aktifitas mereka tadi, tanpa menyadari jika Yuri yang baru saja turun dari lantai dua, kini berjalan memasuki dapur. Karena merasa jika sang kakak sudah membuatnya menunggu terlalu lama didalam kamar, padahal tadi hanya meminta izin membuatkan susu untuknya.
Sesampainya di dalam dapur, kedua bola mata Yuri membulat terkejut dan perlahan kini tatapan kedua mata Yuri berubah menjadi tajam.
"Paman Juza! Apa yang paman lakukan pada niichan!"
Prang!
Kini suara teriakan Yuri bersamaan dengan suara gelas pecah yang terdengar dari dalam dapur, menggema disetiap sudut ruang rumah besar itu.