"Yangg.."
"Hm.."
Entah mengapa sejak dua hari yang lalu tepatnya setelah kedatangan Abdul di negara A, sikap Yola sangat berubah manja padanya. Berbeda sekali dengan dulu saat terakhir kali Abdul datang berkunjung ke sana.
Yola kini tengah merajuk, karena sedari tadi Abdul masih sibuk dengan laptopnya.
Sepenuhnya Yola tahu jika Abdul harus membagi waktu dan perhatiannya untuk pekerjaan kantorn yang Ia percayakan pada asistennya di tanah air.
Namun Yola saat ini hanya ingin egois meminta waktu sebanyak – banyak nya pada sang suami untuk memanjakannya.
"Yaaanngg."
Suara Yola yang lembut dan mendayu, membuat Abdul terkekeh dan tak kuasa untuk mengabaikannya. Ia letakkan laptop ke atas nakas, lalu merengkuh tubuh mungil istrinya.
"Kenapa sih? Kamu tak biasanya Lho merajuk kayak gini." Ucap Abdul yang kini berada di atas tubuh Yola lalu menyatukan hidung mancung milik keduanya lalu mengusapnya pelan.
"Kamu ga lihat apa? Aku dah mandi, udah wangi. Udah dandan cantik. Eh! Kamunya malah sibuk sama laptop." Rajuk Yola sambil mengerucutkan bibirnya. Abdul lalu mencium bibir yang sedang mengerucut lalu melumatnya sekaligus bibir atas dan bawah.
"Lalu sekarang mau apa aku udah taruh tuh laptop di atas nakas." Kata Abdul setelah melepaskan lumatannya.
"Ngapain kek gitu. Ciumin aku juga boleh." Ucap Yola sambil tersenyum malu – malu.
"Ih! Kamu lagi godain aku ya, jangan salahin aku lho ya, kalau aku ke bablasan."
"Kan kita sudah halal, siapa juga yang takut kalau kamu ke bablasan." Rajuk Yola seolah memberi sinyal lampu hijau untuk Abdul bertindak lebih pada dirinya.
"kamu kan dulu bilang, belum mau punya anak."
"Tapi kan …"
"Tapi apa?" Abdul sengaja menggoda Yola yang kini wajahnya tengah memerah dan Itu membuat Abdul semakin gemas.
Masa pacaran setelah menikah yang begitu indah, walau mereka harus menjalaninya dengan jarak jauh, nyatanya tak mampu menghilangkan rasa sayang dan cinta pada mereka, justru beginilah saat mereka bertemu, rasa menggebu ingin memiliki satu dengan yang lain sangat mendalam.
Yola tak mampu lagi menjawab apa yang Abdul tanyakan, karena sisi Liar seorang Abdul kini telah mulai terpancing dan mulai berkeliaran.
Bibirnya telah berkelana mencumbu setiap lekuk indah wajah Yola tanpa ada yang terlewat, dan berhenti pada bibir ranum sang istri. Mulai dari lumatan, sesapan dan juga saling bertukar saliva mereka lakukan.
Abdul terus beragresi pada tubuh mungil istrinya. Mengecup leher mulus yang tersaji di bawah kungkungannya, lalu berlanjut menyusuri kedua bukit yang menantang untuk segera di jelajahi.
Yola hanya pasrah dan menikmati gelora percintaan mereka yang tengah mereka lakukan, hingga sisi liar jemari suaminya telah sampai pada titik dimana Ia merasakan kenikmatan yang tiada tara.
Dengan desahan dan pekikan kecil dari bibir Yola membuat Gairah Abdul semakin memuncak. Pakaian yang mereka kenakanpun telah berserak di lantai. Dan di bawah selimut ini lah mereka menggelora melakukan penyatuan gairah keduanya.
"Kali ini aku tak akan menahannya lagi, Yola." Bisik Abdul tepat ditelingga Yola lalu menyapu daun telingga itu dengan lidah nakalnya.
"Ahhh.." Yola mendesah saat rasa geli dan nikmat itu Ia rasakan.
Abdul menatap wajah Yola yang tengah memerah merasakan gairah yang terus bertambah.
"Kamu yakin?"
Yola tak menjawab namun tangannya menarik tengkuk Abdul lalu Ia dekatkan pada bibirnya, Yola berganti melumat bibir Abdul tak kalah menggebu dan penuh gairah.
"Lakukan, apa yang ingin kamu lakukan. Aku tak akan menahan mu lagi." Ucap Yola setelah melepaskan pagutannya.
Abdul tersenyum lalu mencium kening Yola, dan beralih ke bibir ranum sang istri, kembali jemari nakal Abdul berkelana menyusuri tubuh molek dan muls milik istrinya itu.
Yola mengelinjang, saat lagi – lagi Abdul menyentuh area yang membuatnya berpeluh dan merasakan sensasi nikmat yang luar biasa, sementara bibir Abdul masih bersemayam di kedua puncak kembarnya secara bergantian.
"Sa__yang." Pekik Yola saat merasakan nikmatnya pelepasan untuk kedua kalinya karena permainan jemari sang suami.
"Tahan sebentar. Aku akan memulainya."
Yola hanya mengangguk, walau sebenarnya hatinya berdebar karena ini untuk pertama kali mereka melakukan hal itu.
"Ah!! Sakit!" teriak Yola saat Ia merasakan sesuatu melesak dan menyobek paksa area pribadinya. Ia pun tak kuasa menahan air mata yang keluar dari sudut matanya.
Abdul berhenti sejenak, Ia menghapus Kristal bening yang mengalir melalui sudut mata Yola. Lalu melumat bibir Yola. Dan Kembali Yola di bawa ke puncak gairah.
Perlahan Abdul mulai menggerakkan tubuhnya, pekikan karena sakit yang tadi Yola rasakan kini berganti dengan desahan kenikamatan yang menggema diseluruh ruangan kamar mereka.
Bahkan Fatih yang baru saja ingin mengetuk pintu kamar Yola berhenti dengan tangan menggantung di udara, setelah mendengar suara – suara aneh dari dalam kamar Yola.
"Sialan!!" Dengan cepat Fatih menjauh dari kamar Yola dan Abdul lalu memilih kembali turun ke lantai bawah dan berhenti di teras rumah.
Minuman coklat panas yang Ia bawa langsung Ia sesap untuk menghilangkan ingatan tentang apa yang baru saja Ia dengar.
Dari balkon kamar di rumah yang lain, Martin menatap fatih yang duduk sendiri di teras rumah dengan wajah yang sulit diartikan.
Perlahan Martin turun keluar dari kamarnya lalu segera menemui fatih yang masih duduk di teras rumah yang hanya bersebelahan dengan rumahnya.
"Selamat malam Fatih."
Fatih menatap pria dewasa berperawakan tinggi besar, dengan pandagan tajam yang mengarah padanya.
Fatih lalu berdiri dan menunduk hormat, "Selamat Malam Mr. Martin."
"Boleh saya duduk?"
"Silahkan Mr."
"Kamu sendirian? Dimana Abdul dan Yola?"
Fatih gugup, "Mereka… Diatas, di kamar mereka, mungkin sedang istirahat." Jawab Fatih dengan tersenyum kecut.
'Istirahat setelah capek traveling di antar gunung dan lembah.' Batin Fatih.
Martin memicingkan matanya melihat gelagat aneh Fatih, namun Ia mengacuhkan saja dan memilih membuka topic obrolan yang lain.
Sementara di kamarnya Yola yang kelelahan karena permainan panjang Abdul, kini merebahkan kepalanya di dada bidang Abdul dengan Abdul yang terus mencium pucuk kepala Yola dengan sayang.
Keduanya saling memeluk merasakan getaran cinta yang membuncah, menyadari mereka kini telah benar – benar melaksanakan kewajiban sebagai suami istri pada umumnya.
"Masih sakit?" Tanya Abdul yang masih mendekap tubuh polos Yola.
"Hm.."
Abdul tersenyum, "Maaf."
"Aku tak menyangka rasanya akan sesakit ini." Lirih Yola.
"Tapi enakkan?"
Yola lalu mencubit pungung Abdul yang tertutup selimut.
"Aduh."
"Yola, bagai mana kalau kamu hamil?"
Yola mengurai pelukannya lalu menatap wajah Abdul yang teduh dan berbalik menatapnya.
"Tidak apa – apa, memangnya kamu keberatan?"
"Tentu saja tidak! Bikinnya saja aku tak keberatan." Ucap Abdul sambil terkekeh.
"Ih kamu."
"Tahu rasanya senikmat ini, aku tak akan menunda malam pertama kita, bahkan mungkin sudah aku lakukan sejak pertama kali menikah dengan mu."
"Untung saja baru tahu sekarang." Sahut Yola lalu tertawa.
"Dasar kamu." Abdul lalu membalas mengelitik wajah Yola menggunakan hidung mancungnya.
Namun ternyata hal itu justru membuat gelora yang tadi telah turun, kembali bergejolak dan terjadilah ronde kedua di malam syahdu ini.
Fatih yang sudah mengantuk dan hendak menuju ke kamarnya lagi – lagi harus mendengar suara – suara aneh di balik pintu kamar Yola.
Niatnya yang ingin mengatakan jika esok Ia libur kuliah, kini Ia urungkan dan memilih masuk ke dalam kamarnya.
"Sial banget nih kuping!"