Yola dan fatih menarik nafas panjang lalu menyandarkan tubuh mereka di sandaran jok mobil, mereka merasa lega saat semua penguntit telah tumbang karena tembakan yang tepat sasaran dari para anak buah Martin.
"Ya Allah, Alhamdulilah Kau mengirim orang lain sebagai penolong bagi kami." Ucap Yola lalu melirik Fatih.
"Ini semua karena kesalahanku, kamu jadi ikut-ikutan."
"Ga usah di bahas lagi, kita sudah membahas ini dan akan menyelesaikan segala permasalahan ini bersama-sama." Ucap Yola.
"Tapi aku mempertaruhkan nyawamu Yola."
"Kita akan lalui ini bersama, Oke?"
"Baiklah, terima kasih, kamu saudaraku terbaik." Fatih memeluk Yola dari samping.
"semua akan baik-baik saja." Ucap Yola.
Tak lama kemudian mobil yang membawa mereka memasuki halaman rumah, sang sopir lega setelah tahu jika yang membantu mereka adalah anak buah Martin tetangga sebelahnya, bahkan mereka dikawal hingga sampai rumah dengan selamat.
Fatih turun dari mobil bersama dengan Yola, mereka lalu ke kamar masing-masing untuk menyegarkan diri dan beristirahat sejenak.
Dilain tempat Martin sedang berdiri di kantornya sambil menatap bangunan yang menjulang tinggi menghiasi kota. Satu tangannya memegang ponsel dan satu tangan yang lain bertolak pingang.
"Hallo, Om Danil." Sapa Martin
"Hallo Martin, apa kabarmu, Son?"
"Aku baik-baik saja."
"Syukurlah kalau begitu, ada apa kamu menelponku, tak biasanya kamu menelponku jam segini."
"Ada sesuatu yang penting yang ingin aku sampaikan pada, Om."
"Apa itu?"
"Apa Yolanda Mahendra adalah putri, Om?" Tanya Martin ingin memastikan kebenaran yang sedang ia terka.
"Yolanda? Bagai mana kamu bisa tahu, Son?"
"Dia kuliah dikampusku."
"Apa ada masalah? Sehingga kamu langsung mengenalinya."
"Tentu saja ada, Om."
"Masalah apa?"
"Fatih dan Yolanda terlibat masalah dengan Zeklyn dari negara C, karena ternyata Fatih dan Cintya yang membunuh adik dari Zeklyn, apakah kita harus berterimakasih pada keponakan anda atau apa saya bingung harus mengatakan apa." Ujar Martin Yang membuat Danil terkejut hingga matanya hampir keluar dari kelopak.
Sungguh Ia tak menyangka jika anak dan keponakannya bisa terlibat masalah mengerikan dengan Zeklyn, sebagai mantan kepala inteligen internasional tentunya Danil sudah sangat tahu sepak terjang akan kelompok Zeklyn, dan seganas apa mereka.
"Lalu bagai mana?" Tanya danil.
"Aku memberikan tawaran pada mereka untuk menjadi bagian inteligen internasional, ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan mereka." Kata Martin sambil menatap pemandangan kota.
Berbeda dengan Danil yang sedang memijat pelipisnya. "Kamu benar, mereka akan terlindungi oleh hukum, jika mereka masuk sebagai anggota inteligen internasional, tapi masalahnya kondisi Yola tidak memungkinkan untuk melakukan pelatihan fisik." Ucap Danil.
"Om, jangan khawatir tentang hal itu, aku sendiri yang akan melatih Yola, dan aku sudah tahu riwayat kesehatannya, jadi om tidak perlu khawatir."
Danil manggut-manggut, "Baiklah, aku serahkan keputusan itu pada mereka, tolong jaga mereka Martin, aku tahu kau bisa menjaga mereka seperti menjaga dirimu sendiri." Ucap Danil.
"Baik, Om. aku akan menjaga mereka dengan baik, silahkan lanjutkan istirahat Om, maaf saya menganggu malam-malam." Ucap Martin sopan.
"Tidak apa-apa Martin, aku senang kamu menghubungiku apa lagi ini terkait dengan Yola dan Fatih."
"Ya, selamat pagi Om."
"Selamat sore martin."
Lalu keduanya menutup telpon seluler mereka. Danil masuk ke dalam kamar setelah tadi Ia mengangkat panggilan darurat yang dibuat oleh Martin.
"Ada apa, Yah?" Tanya Jelita yang melihat Danil sedang menutup pintu balkon.
"Kamu bangun?" Tanya Danil lalu menghampiri Jelita yang sedang duduk di atasa ranjang.
"Ya, aku mencarimu tapi tempat mu kosong dan aku melihat kamu baru saja dari balkon, apa ada yang terjadi?" Tanya Jelita sambil membelai rahang Danil.
Danil mengangguk, membenarkan tebakan istrinya, "Ada apa?" Tanya Jelita.
"Yola dan Fatih terlibat permasalahan dengan geng Zeklyn yang sedang menjadi incaran Interpol dan badan inteligen Internasional." Ucap Danil yang tak mau terlibat kebohongan dengan Jelita.
Jelita membekap mulutnya, lalu wajahnya berubah sendu. "Lalu bagaimana kondisi mereka sekarang?" Tanya Jelita.
"Mereka baik-baik saja, Martin sudah menangani hal itu." Jawab danil.
"Martin?" Tanya Jelita.
"Ya, kamu ingat Martin? Laki-laki yang menemui ku saat dia mengajukan kerja sama untuk proyek di negara B. dan juga pengantiku menjadi ketua inteligen internasional."
"Ya, aku ingat, laki-laki tampan itu kan? Yang datang kedua kalinya dengan seorang perempuan cantik dan seksi."
"Kamu benar, dia istrinya, tapi aku dengar dari Jasson mereka sudah bercerai sekarang."
"Jelas mereka pasti bercerai, wanita itu Cuma modal seksi, mana bisa setia pada satu laki-laki."
"Kamu ini bersuudzon sama orang, itu tidak baik."
"Nyatanya mereka bercerai."
"Kamu ini." Ucap Danil lalu mencubit istrinya gemas.
"lalu bagaimana dengan Yola dan Fatih?" Tanya Jelita.
"Martin menyuruh mereka masuk menjadi anggota intelligent internasional, itu satu-satunya cara untuk menyalamatkan mereka, dan juga untuk menghindarkan mereka dari tuntutan hukum jika mereka terlibat perkelahian." Kata Danil.
"Tapi keadaan Yola tak memungkinkan untuk itu."
"Martin sudah mengatur semuanya, mungkin ini sudah jalan mereka, besok ayah akan menelpon Abdul, untuk mengetahui apa tindakannya, apa kah dia mengijinkan Yola bergabung dengan intelligent atau tidak."
"Baiklah, kita serahkan keputusan pada mereka." Ucap Jelita.
Sementara Yola dan Fatih sedang duduk di ruang tv sambil meminum coklat panas buatan emma.
"Jadi, kamu tadi mau bicara penting soal apa?" Tanya Fatih lalu menyeruput coklat hangatnya.
"Martin, menyuruh kita untuk masuk dalam badan intelligent Internasional."
"Apa? Yang benar saja? Itu badan terelit yang aku tahu." Ucap fatih.
"Memang iya, tapi itu cara satu-satunya untuk kita tidak terlibat kasus hukum karena keterlibatan kita dengan Zeklyn." Ucap Yola lalu ikut menyeruput coklat hangat miliknya.
"Martin menunggu kita selesai makan malam nanti di rumahnya." Kata Yola sambil melirik Fatih yang duduk disampingnya.
"Apa kita harus menerimanya Yola?" Tanya Fatih.
"Aku harus Tanya dulu sama Abdul, bagai manapun aku sudah menikah, jadi harus menanyakan segala sesuatunya pada dia, apa lagi menyangkut hal besar seperti ini, walau aku yakin Abdul akan mengijinkannya dengan alasan keamanan diriku."
"Baiklah, kamu telpon Abdul dulu, lalu setelah itu kita ke rumah Mr. Martin. Aku akan menerima tawarannya, tinggal bagaimana dengan mu saja."
"Baiklah, aku akan menelpon Abdul sebentar lagi, mungkin saat ini Ia sedang sholat subuh disana."
Fatih menatap jarum jam di pergelangan tangannya, lalu mengangguk mengetahui jarak antar negara yang terpaut cukup jauh.
"Kamu benar, mereka sedang sholat subuh saat ini, kamu telpon lima belas menit lagi saja, kemungkinan mereka sudah selesai."
"Ya, kamu benar, aku ambil laptop dulu di kamar."
"Oke, aku tunggu disini."
"sip."