Yola masih bermanja-manja dengan Abdul, saat pintu ruang rawat inap diketuk dari luar.
"Biar aku yang buka pintu, kamu duduk saja." Ucap Abdul pada Yola, lalu Ia bangkit untuk segera kepintu lalu membukanya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Abdul tersenyum melihat siapa yang datang mengunjungi mereka.
"Siapa, Tuan Abdul?" Tanya Yola pada Abdul yang justru tersenyum manis padanya.
"Seseorang yang merindukanmu, Nyonya Abdul." Jawab Abdul. Lalu menyuruh orang itu masuk ke dalam kamar rawat Yola.
Yola menoleh pada Abdul, lalu senyumnya mengembang sempurna.
"Kak Ramond." Ucap Yola.
Ramond masuk ke dalam Ruang rawat Yola, dibelakangnya silvia mengikuti Ramond yang berjalan cepat.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Ramond.
"Ya, aku baik kak. Silvia." Yola mengacungkan kedua tangannya untuk memeluk Silvia sahabatnya.
"Yola!"
Mereka berdua berpelukan, karena memang semenjak Yola sadar, mereka belum sempat menjenguk Yola lagi, karena kesehatan Oma dan Opa yang sedikit memburuk, membuat Ramond dan Silvia harus menemani keduanya.
"Kami sangat menghawatirkanmu, saat mendapat kabar kalau kau sakit. untunglah sekarang kau baik-baik saja." Ucap silvia.
"Ya, berkat doamu dan kalian semua." Ucap Yola pada silvia.
Ramond duduk di samping Abdul, dan Silvia duduk bersama dengan Yola.
"Bisakah kalian bicara diluar? Kami berdua ingin mengobrol panjang lebar, karena sudah lama kami tak berjumpa." Kata Yola pada Ramond dan Abdul, dan keduanya lalu bangkit,lalu memilih duduk di luar ruangan.
"Yola, aku mau minta maaf, sungguh aku tak tahu jika selama ini, kak Ramond menyayangimu." Ucap Silvia pada Yola.
"maksud kamu apa, Sil?"
"Kak Ramond mencintaimu selama ini. Aku mendengarnya sendiri sebelum kami menikah, tapi dia memilih menghilangkan rasa itu demi menikahiku, demi janjinya pada ayahku."
'Kak Ramond selama ini mencintaiku? Ya Allah. Ternyata benar cintaku tak bertepuk sebelah tangan. Namun memang dia bukan jodohku.' Gumam Yola dalam hati.
"Tak apa-apa, Sil. Kami memang tidak berjodoh." Jawab Yola dengan tersenyum.
"Tapi kalian saling mencintai."
"Itu mungkin dulu, Sil. Tapi sekarang aku sudah menikah dengan Abdul, aku juga menyayangi Abdul. Aku ingin bahagia bersamanya." Ucap Yola penuh keyakinan.
"Aku mulai jatuh cinta dengan kak Ramond." Ucap Silvia pada Yola dengan jujur.
"Itu bagus, kamu memang harus selalu jatuh cinta pada suamimu, begitu juga dengan aku. Kamu tak perlu khawatir, aku baik-baik saja, aku juga bahagia Kak Ramond menikah denganmu, sahabatku sejak empat tahun yang lalu, bahkan aku sudah sangat mengenalmu, Sil. Aku tenang jika yang menikah dengan Kak Ramond adalah dirimu." Kata Yola.
"Kamu benar-benar tidak kecewa padaku atau kak Ramond?" Tanya Silvia sambil mengengam erat kedua tangan Yola.
"Tidak, silvia. Kak Ramond adalah kakakku dulu sampai kapanpun. Dan aku bahagia dia memiliki perempuan sepertimu, yang rela mengorbankan hatinya untuk ayahnya. Kau juga mencintai Jhonatan dulu kan? Lalu kini kau bisa jatuh cinta dengan kak Ramond,aku yakin itu butuh perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar."
"Ya, kamu benar, Yola. Tapi aku bahagia, malah aku ingin segera mempunyai anak dari kak Ramond." Ucap Silvia dengan tersenyum.
"Ya Allah, jangan bilang kalian telah…"
"Kenapa memangnya? Kami sudah menikah jadi boleh-boleh saja kan kami mempunyai anak." Kilah silvia.
"Iya sih, tapi aku tak habis pikir jika kamu ingin memiliki seorang anak sesegera ini." Ucap Yola.
"Yola, apa kamu tega jika setiap hari kau tidur bersama suamimu, tanpa melakukan apapun, padahal suamimu laki-laki normal, apa kau tak berpikir jika mereka sebenarnya tersiksa karena selalu di dekat kita tanpa melakukan apapun?" Kata Silvia dengan menatap lekat kedua mata Yola.
'Apa itu sebabnya ya, Abdul tidak ingin satu kamar denganku, saat di rumah nanti?' batin Yola.
"Mungkin, aku juga tidak tahu. Karena aku melihat abdul semalan tidur denganku, biasa saja." Ucap Yola polos.
Silvia menepuk jidat pelan, lalu Ia membisikkan sesuatu di telingga Yola. "Benarkah begitu?" Tanya Yola meyakinkan diri.
"Buktikan sendiri."
"Tapi aku malu."
Silvia memutar bola mata nya malas. "Ya sudah, tetap diam dan jangan banyak bergerak saat tidur dengannya, itu cara paling aman, untuk sedikit meringankan penderitaan mereka." Ucap silvia pada Yola, yang mengangguk sambil terbengong karena Ia baru tahu sekarang bagaimana cara kerja tubuh laki-laki.
Sementara di luar ruangan, pembicaraan kedua laki-laki itupun tak jauh beda, mereka sama-sama mencurahkan perasaan masing-masing. Bagaimanapun mereka adalah keluarga, maka tidaklah bagus jika dalam satu keluarga saling memendam perasaan. Justru lebih baik jika mereka berdua saling terbuka bukan?
"Jadi, kakak mulai jatuh cinta pada Silvia? Dan perlahan melupakan perasaan kakak pada Yola?" Tanya Abdul meyankinkan dirinya.
"Ya, ternyata bercinta itu memang cara ampuh menumbuhkan rasa cinta pada pelakunya. Aku harus berterimakasih pada papa dan mamaku, karena telah mengajari Silvia tentang hal itu." Ujar Ramond sambil terkekeh.
Abdul juga terkekeh mendengarnya, memang budaya orang negara C akan lebih terbuka berbicara mengenai apapun, tak terkecuali tentang sex.
"Ya, tapi aku ingin Yola menyelesaikan pendidikannya terlebih dahulu, baru aku akan memikirkan tentang bulan madu." Ucap Abdul pada Ramond.
"Itu ide yang bagus, aku setuju. Kau sangat mencintai Yola rupanya."
"Sangat, aku sangat mencintainya."
"Aku senang Yola mendapatkan laki-laki sepertimu, laki-laki yang menyayanginya dan bertangung jawab sepenuh jiwa dan raga."
"Itu sudah kewajibanku, kan Kak?"
"Iya, itu kewajiban kita sebagai suami."
"Aku sangat mengharapkan Yola bahagia, dan aku bisa melihat kebahagiaan dimatanya kelak, namun ternyata tak perlu menunggu esok untuk melihatnya bahagia, karena kini Ia sudah bahagia bersamamu, dan sepertinya dia sudah menerima pernikahan kalian."
"Ya, kak. Yola sudah menerima pernikahan kami."
"Alhamdulilah kalau begitu."
"Kak, kenapa dulu kau mencintai Yola?" Abdul begitu penasaran sebab Ramond bisa jatuh cinta dengan Yola.
"Itu Karena Yola memnag layak untuk di cintai, dia sopan, mudah bergaul, smart, dan juga peduli dengan siapapun."
Abdul mengangguk membenarkan ucapan Ramond. "Iya, kakak benar, aku beruntung mendapatkannya, doakan kami ya kak, semoga kamu selalu bahagia."
"Amiin, kita sama-sama saling mendoakan, ya. Agar hidup kita menjadi lebih baik dan kita bisa sama-sama menjadi kepala keluarga yang amanah terhadap keluarga. Seperti yang di contohkan Rasul pada kita." Ujar Ramond panjang lebar.
"Amiin, iya kak. Aku setuju."
"Sepertinya sudah malam, kami lebih baik kembali ke hotel, silahkan kamu lanjutkan obrolan mu dengan Yola." Ucap Ramond pada Abdul, lalu bangkit untuk masuk ke dalam ruangan dan mengajak Silvia kembali ke hotel.
"Kalian, hati-hati dijalan, besok jangan lupa kesini lagi. Dan kakak harus mengantarkan aku ke pesantren jika esok aku diijinkan untuk pulang.
"Oke, kakak akan antar kamu, adikku sayang." Ucap Ramond mengusap lembut kepala Yola sebelum Ia melangkah keluar dari pintu rawatnya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."