Zahra diam memikirkan perkataan Aida, dirinya benar-benar cemas. memikirkan mental putranya. terlebih pertanyaan uang selalu di lontarkan olehnya, tentang ayahnya membuat Zahra semakin sesak.
'Tuhan apa yang harus aku lakukan? apakah aku harus jujur pada Al, jika ia tidak memiliki ayah. ataukah aku mempertemukan Al dengan ayahnya. aku tidak ingin berpisah dengan putraku dan aku pun tidak ingin menyakiti hatinya dan selalu membohonginya terus.' Zahra mengusap wajahnya dan kasar.
"Zahra, aku ingin bicara denganmu." Zahra menatap wanita yang berada di hadapannya dan mengatur nafasnya agar tidak terlihat dirinya tengah memikirkan masalah yang di hadapi putra tunggalnya.
"Erna, apa yang ingin kamu bicarakan padaku? dan aku perhatikan sikapmu sejak tadi pagi sedikit berubah apa ada kaitannya dengan yang ingin kamu katakan padaku?" Tanya Zahra. dan di angguki oleh Erna.