SSRoE 175
...
Tentu saja.
Kabar tentang tewasnya utusan pembawa undangan telah sampai ke telinga Ketua Suku Air. Wajah pria berkumis tebal itu memerah karena marah. Tubuh tinggi besarnya terguncang karena tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.
"Berani sekali pria itu membunuh utusan yang aku kirim tanpa alasan? Sejak lama otaknya memang kosong, tapi aku tidak menyangka jika sekarang otak pria sombong itu berpindah ke pantat kurusnya." Teriak Ketua Suku Air marah besar.
"Tolong tenangkan diri anda terlebih dulu, ketua-ku. Mereka bukan manusia yang tidak beretika seperti itu. Pasti ada alasan dari tragedi ini." Hibur istri dari Ketua Suku Air.
"Istri-ku, aku tidak bodoh, loh. Utusan pembawa undangan aku kirim dengan beberapa hadiah persahabatan. Beberapa karung bahan pangan dan kerajinan khas dari Suku Air adalah bentuk persahabatan. Dari sudut pandang mana hal semacam itu bisa mengancam kekuasaan mereka yang tidak seberapa besar?"