"Kalau Om di sini hanya ingin mengatakan hal buruk mengenai orang tuaku, maka aku akan pergi saja. Kita bisa kapan-kapan membicarakan ini setelah Om bisa lebih menaruh hormat terhadap ibu dan ayahku yang sudah meninggal." Reiko sudah hendak berdiri.
Namun, Marlyn segera berjalan ke sisi Reiko dan menempelkan pisau pada perut buncit Reiko. "Tolong jangan persulit kami, Reiko. Tandatangani saja dan semua akan baik-baik, aku jamin!"
Reiko melihat ke Marlyn dengan mata membeku namun wajahnya diperjuangkan setenang mungkin. Akhirnya dia melihat wajah asli dari bibi yang selama ini dia kira baik serta menjaga kerukunan di keluarga. "Tante Lyn, apakah Tante Lyn sedang mengancamku?" Matanya mulai berkaca-kaca saat menatap Marlyn.
"Aku tidak ingin mengancammu, Reiko. Asalkan kau jadi anak manis yang patuh, maka aku akan menyayangimu dan tidak akan melukaimu, apalagi anakmu." Marlyn memberikan wajah mencemooh meski terlihat mengasihani.