Wirya berjalan mendekat dengan tatapan menyapu keduanya lalu pandangannya jatuh pada buku-buku desain milik Sekar.
"Papa … kapan sampai, aku pikir Papa terlambat datang ke sini." Rachel tersenyum lebar melihat kedatangan ayahnya.
Wajah Rachel terlihat bersemangat dan juga bahagia saat dia melihat ayah dan tantenya bisa bersama seperti ini, hari ini adalah hari spesial untuknya setelah sekian lama mereka tidak pernah berkumpul seperti ini.
Melihat ekspresi ayahnya yang sedikit sinis dan sangat terlihat tidak suka saat pandangannya jatuh pada buku desain milik tantenya, Rachel langsung menggigit bibir bawahnya, wajahnya terlihat cemberut seperti anak berusia enam tahun yang kehilangan boneka mainannya.
"Aku tidak pernah mengatakan padamu kalau kamu bisa seenaknya mengatur hidup Rachel." Ucap Wirya dengan suara dingin, dia mengitari meja dengan tatapan masih tajam.
Sekar tersenyum sinis mendengar apa yang dikatakan kakaknya.