"Ya memang awalnya aku senang saat gadis itu menjadi anakku karena kita tidak memiliki anak perempuan, tapi, Pa. Dia sudah hampir membunuh anak kita. Jadi aku tidak bisa tinggal diam untuk melihat anakku tersakiti olehnya. Bisa-bisa nanti Daniel semakin terluka," tegas Mami yang tidak ingin mengerti.
"Please! Mami tolong tahan emosimu, di sini semua orang merasa khawatir dan sedih terlebih Queen sebagai istrinya. Jadi sudah seharusnya Queen yang menjaga suaminya. Dan mana mungkin Queen menginginkan semua ini terjadi. Ayolah, Mami. Jangan seperti itu terhadap adik ipar ku. Mereka baru saja menikah belum juga genap dua hari Mami sudah ingin memisahkan mereka," timpal Hardiem.
'Walaupun aku memang menginginkan Queen untukku, tapi jika keadaannya seperti ini rasanya aku tidak tega. Aku hanya ingin merebut Queen di saat Daniel mulai membaik,' batin Hardiem.
Mami tidak menjawab perkataan Hardiem. Dirinya justru mengusap rambut Daniel. Lalu ia bertanya. "Hardiem, lalu bagaimana keadaan adikmu?"
"Daniel sekarang ... hilang ingatannya, tapi kata Dokter dia masih bisa di sembuhkan jika rutin melakukan terapi. Cuma Mami jangan khawatir, Queen pasti bisa menjaga Daniel sampai sembuh," jawab Hardiem sembari tersenyum.
"Hilang ingatan?! Sungguh kepala Mami rasanya sakit sekali mendengar semua itu. Mami akan pulang jadi kalian kamu, Hardiem. Temani adikmu di sini. Jangan biarkan orang lain menyakiti adikmu lagi," ucap Mami sembari melirik kearah Queen, seakan berusaha menyindir.
Orang tua mereka pun pergi sampai akhirnya tinggallah mereka bertiga yang melanjutkan untuk menjaga Daniel.
Darrel yang sedari tadi sudah sangat panas menahan dirinya untuk tidak ikut campur, meskipun dia sangat ingin merobek mulut wanita tua itu di saat mengejek Queen di hadapannya.
"Lihatkan Mami lu ternyata lebih mementingkan egonya ketimbang memikirkan mana yang harus dibenarkan. Jika gue setuju kalau Queen tinggal sama kalian bisa-bisa setiap hari Queen bakalan tersiksa di sana," ketus Darrel.
"Eh! Lu mendingan diem ya, jangan ikut campur," sahut Hardiem dengan kasar.
"Gue bakalan selalu ikut campur kalau menyangkut tentang keselamatan Queen." Tanpa ingin kalah Darrel kembali menjawab.
"Sudah-sudah jangan bertengkar!" tegas Queen mencoba melerai perdebatan antara mereka.
'Sepertinya pria ini saingan buat aku bisa dapetin hati Queen,' batin Darrel seraya menatap Hardiem dengan tatapan tajam.
Seminggu kemudian.
Telah sampai seminggu Queen berada di sana untuk menunggu Daniel tersadar. Sampai hari itupun suaminya belum juga sadar. Darrel bersama Hardiem bergantian untuk menjaga Daniel, padahal mereka hanya ingin sama-sama mencari perhatian dari gadis itu.
Saat itu Queen sedang tertidur di tepi ranjang seraya menggenggam tangan suaminya. Lalu tanpa ia sadari perlahan mata Daniel mulai terbuka, ia lalu melihat ke sekeliling ruangan dan menatap kearah gadis yang sedang tertidur di sampingnya.
Lalu Daniel menyadari jika tangannya sedang digenggam oleh Queen. Dengan cepat ia menarik tangannya untuk menjauh. Namun, perlakuan itu sampai membuat Queen terbangun dari tidur siangnya.
Betapa senangnya ia saat menyadari suaminya sudah terbangun dari kesekian lamanya tidak sadar. Sontak membuatnya terkejut sampai akhirnya ia memeluk tubuh Daniel tanpa aba-aba. Tapi, Daniel dengan cepat menjauhkan Queen dari tubuhnya.
"Ngapain kamu peluk-peluk? Kamu siapa?" tanya Daniel kebingungan.
"Aku? Aku istrimu, Daniel. Kita belum lama ini menikah sekitar seminggu lebih. Apa kamu ingat namaku?"
Daniel menggelengkan kepalanya. "Tidak, memangnya namamu siapa? Dan kenapa aku tidak bisa mengingatnya?"
"Namaku Queen Caroline, kamu biasa memanggilku, Queen. Saat ini kamu baru saja keluar dari masa kritis, dan untuk beberapa saat kamu hilang ingatan. Jadi kamu tidak bisa mengingatnya. Oh ya, Sayang. Kamu tenang saja aku akan membuatmu kembali mengingat semuanya supaya nanti kita bisa bahagia kembali. Um, apa sekarang kamu lapar?"
'Walaupun aku tidak yakin jika saat kamu kembali mengingat semuanya kamu akan menerimaku. Meskipun nanti kamu akan menyuruhku pergi atau menyakitiku lagi setidaknya mulai sekarang aku akan memanggilmu dengan panggilan sayang, dan akan melupakan semua kesakitan yang telah ku terima,' batin Queen.
"Um, siapa tadi namamu?" tanya Daniel kembali.
"Namaku, Queen."
"Ah ya aku harus menghafalnya mulai sekarang. Oh ya, aku tidak lapar hanya saja badanku sangat gerah. Bisakah kamu memandikanku? Tapi, sepertinya di mansion saja karena aku tidak suka di sini pasti kamar mandinya banyak kuman," ucap Daniel dengan gaya jijik darinya.
"Oh ya? Kenapa kamu bisa tahu itu? Tapi, tunggu sebentar akan kutanyakan kepada Dokter apa kamu sudah bisa pulang atau tidak. Sebentar ya, Sayang. Aku akan panggilan Dokter."
Daniel mengangguk-anggukkan kepalanya. Lalu tiba-tiba ia tertawa dan turun dengan sangat cepat dari ranjangnya. Seraya menggerakkan tubuhnya karena sedikit pegal-pegal.
"Duh ... rebahan terus bikin badanku jadi enggak segar begini, mana pegal lagi. Selanjutnya aku harus melakukan apa ya supaya bisa menyingkirkan Rose dari mansion ku, dan membuktikan kalau sebenarnya Hardiem itu tidak tulus menganggap ku sebagai adiknya. Pasti dia sudah berniat untuk mengambil istriku di saat aku berpura-pura hilang ingatan. Ah ... acting ku benar-benar bagus sampai akhirnya aku tahu jika Queen memiliki perasaan padaku bahkan dia sudah memanggilku dengan sebutan Sayang. Tapi, bagaimana dengan Mami? Saat ini di mata Mami, Queen sudah menjadi gadis yang tidak baik-baik. Sudahlah sebaiknya nanti saja aku memperbaiki semuanya. Tapi, untuk kali ini yang harus kulakukan hanya untuk bermanja-manja dengan istriku," gumam Daniel.
Flashback.
Di saat Daniel pertama kali di bawa ke rumah sakit setelah ia kecelakaan itu. Saat Dokter mulai menanggani kondisinya. Ia pernah sadar dan sempat mengajukan permohonan kepada Dokter.
"Dok, nanti tolong katakan kepada mereka yang ada diluar kalau aku kehilangan ingatan, Please! Ini sangat penting buatku," mohon Dokter di saat dirinya sudah sekarat, namun ia tetap berusaha.
"Tapi, untuk apa?" tanya Dokter.
"Katakan saja, Dok. Ku pastikan dua kali lipat dari gaji mu akan ku bayarkan untukmu," ucap Daniel sampai akhirnya ia kembali pingsan.
Setelah perjanjian itu berhasil Daniel rencanakan. Mulai hari itu sarafnya tidak bermasalah hanya beberapa luka di tubuhnya yang cukup serius. Di saat dirinya terbaring lemah semua orang merasa khawatir padahal ia bisa mendengar semua pembicaraan yang mereka ucapkan. Apalagi di saat Queen menyampaikan semua isi perasaanya. Sungguh membuat Daniel bahagia karena cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Namun, ia sedikit kesusahan di saat menahan senyumnya.
Flashon.
Daniel sedang berdiri sembari tersenyum, lalu tanpa ia sadari Queen datang bersama dengan seorang Dokter. Dengan cepat Daniel memperlihatkan raut wajah kesakitan hingga hampir terjatuh. Sampai membuat Queen dengan cepat memegangi tubuhnya.
"Loh, Sayang. Kenapa kamu bangun? Harusnya tadi kalau mau bangun tunggu aku dulu. Ayo cepat tidur lagi biar Dokter bisa mengecek kondisimu," ucap Queen seraya membawa Daniel kembali keranjang.