Pagi menjelang siang. Matahari mulai memperlihatkan cahaya kebesarannya untuk menghiasi seisi bumi. Di sebuah kamar yang cukup luas seorang gadis yang baru saja menyandang status pengantin baru, ia terbangun sembari mengerakkan tubuhnya untuk mencari ponsel meski dalam keadaan mata yang masih masih sedikit terbuka.
Lalu Queen mencoba bangkit dari tempat ternyaman. Ia menggeliat seraya membuka jendela kamarnya. Di saat itu pula Queen tidak sengaja melihat kearah jam dinding sampai membuat matanya melotot.
"Ya ampun! Sudah jam sebelas. Duh ... bisa-bisanya aku bangun kesiangan. Pasti karena kemarin aku terus menangis sampai membuat tubuhku terlalu banyak menguras tenaga. Sebaiknya aku membersihkan diri dulu baru setelah itu akan ku pikirkan hal lain," gumam Queen.
Ia lalu memindahkan buku diary yang masih berada di atas ranjangnya. Lalu ia memasukkan kesebuah laci yang tidak terlalu jauh dengan tempat tidurnya agar lebih mudah untuk dijangkau. Membersihkan diri sekitar tiga puluh menit hingga ia selesai dan sudah tampil cantik.
Dengan sengaja ia mencoba memakai make-up meskipun tidak terlalu berlebihan lalu ia juga memakai pakaian yang indah walaupun hanya gaun tanpa lengan di padu dengan rok mini selutut. Di saat ia sedang sibuk-sibuknya tersenyum sendirian di depan cermin saat itupun suara perutnya berbunyi.
"Yah gimana nih? Lapar lagi. Kalau aku turun dan langsung makan males banget aku harus lihat wajah Daniel bersama dengan wanita itu. Tapi, jika aku tidak turun bisa-bisanya aku mati kelaparan di sini. Aku harus berpikir keras demi mengisi perutku," gumam Queen.
Tidak lama ia mencoba berpikir hingga akhirnya ia menemukan jawaban dari apa yang ia inginkan. Lalu Queen bergegas untuk mengambil dompetnya. Saat ia lihat dompet itu hanya ada tersisa uang sedikit sampai membuatnya kebingungan.
"Uangku cuma tinggal $10. Bagaimana caranya aku bertahan hidup? Jika dulu sebelum menikah aku bisa makan bebas di dalam kurungan Daniel. Tapi, sekarang aku tidak tinggal berdua dengannya melainkan bertiga. Pasti wanita itu tidak akan memberikanku makanan gratis. Jika aku mencari pekerjaan di luar aku bahkan tidak tahu caranya untuk keluar dari sini. Ah ... benar-benar menyusahkan. Sudahlah sebaiknya aku turun saja untuk makan. Jika nanti mereka tidak ingin memberikan makan untukku itu soal belakangan yang terpenting perutku bisa kenyang," gumam Queen, lalu melangkah keluar dari kamarnya.
Turun dari tangga pelan-pelan menuju kearah meja makan. Di sana Daniel bersama dengan Rose sedang menikmati sarapan paginya. Queen berjalan lurus lalu menarik kursi untuk duduk bersama. Ia mengganggap seakan tidak ada orang lain di tempat itu. Namun, tingkahnya justru menarik perhatian Rose yang sedang menatapnya sedari tadi.
"Heh! Ngapain kamu di sini?" tanya Rose dengan kasar.
"Mau buang air," sahut Queen tanpa menatap kearah lawan bicara.
"Jangan meledekku!" geram Rose sembari meletakkan piring yang sedang ia pegang dengan kasar.
"Udah tahu mau sarapan. Maaf ya, Mbak. Aku cuma ingin ambil sarapan jadi jika Mbak keberatan tidak masalah. Aku bisa pergi jika Daniel mau memberikan aku uang dan mobil untukku supaya waktu makan kalian jika terganggu olehku," jawab Queen dengan tegas tanpa rasa takut.
'Aku tidak bisa lagi lemah dengan semua ini. Jika dulu Daniel sering menyakitiku masih bisa ku maklumi karena aku tidak mencintainya. Tapi, sekarang aku tidak bisa terus-terusan di injak-injak apalagi statusku lebih tinggi daripada wanita ini. Aku adalah istrinya lalu wanita ini hanyalah simpanan suamiku. Bagaimanapun situasinya aku harus bisa mengabdi kepada suamiku dan menaikkan harga diriku yang sudah menjadi seorang istri. Semoga aku kuat menjalani semua ini,' batin Queen sembari memberikan tatapan tajam kepada Rose.
Rose menarik kursinya lalu keluar dari meja makan dan berjalan kearah Queen. Lalu ia menarik pergelangan tangan Queen dengan kasar sampai-sampai gelas yang sedang ia pegang jatuh berhamburan.
"Hey! Apa kamu sudah gila?"
"Ya aku gila. Lihat, Daniel. Tamu tidak tahu malu ini berani sekali denganku. Dia tidak sadar bahwa di sini aku adalah tuan rumah. Dan kamu hanyalah seorang tamu yang Daniel bawa kemari untuk menjadi seorang pembantu!" geram Rose.
Mendengar hal itu membuat Daniel bangkit. Ia lalu menarik pergelangan tangan Queen untuk menjauh. Lalu Daniel melepaskan tanganku dengan kasar. Ia pun berkata. "Ini hanya perasaanku saja atau memang kamu sudah berani melawan. Sekarang aku mengira kamu sudah terlalu berani denganku. Apa mungkin karena sudah menjadi istri dari seorang tuan muda, begitu?"
"Apa maksudnya, Daniel?" tanya Queen kebingungan.
"Heuh! Maksudku? Ayolah kamu pasti mengerti, Queen. Selama kita tinggal bersama aku sudah memperingatkan mu untuk tidak boleh melawan setiap ucapanku. Lalu kenapa tadi kamu bisa sekeras itu dengan Rose? Atau kamu ingin memperlihatkan kekuasaan mu karena sudah menjadi istriku. Queen, aku tidak bodoh."
Queen menarik nafasnya di saat mendengar semua ucapan yang baru saja keluar dari mulut Daniel. Ia pun menjawab.
"Ya benar aku punya hak membesarkan mulutku di depanmu ataupun di depan kekasihmu. Bukankah aku ini istrimu, Daniel? Lagipula kamu sendiri yang meminta untuk menjadi istrimu bahkan sampai memaksakan kehendak untuk kita menikah. Walaupun aku tahu keluargaku tidak mampu melunasi semua hutangnya. Lalu apa salahku? Orang lain yang berutang kenapa aku yang kamu jadikan sasaran? Setelah itu kamu menyakitiku. Apa kamu memang tidak punya hati? Setelah kamu mengambilku lalu menyiksaku. Aku ini wanita sama seperti Ibu yang telah melahirkan mu. Tidak sepantasnya kamu terus-menerus menyakitiku, Daniel. Jika memang kamu menginginkan uang mu kembali. Maka baiklah aku akan mengembalikan uangmu, tapi izinkan aku untuk keluar dari sini. Lalu setelah itu semua perjanjian pernikahan kita akan berakhir lebih cepat dari batas waktu yang telah kita tentukan meskipun aku sadar bahwa pernikahan ini memang tidak seharusnya terjadi."
Begitu tegas dan panjang lebar Queen menjawab. Ia mengeluarkan semua keluhannya yang sudah begitu lama ia simpan sampai-sampai Rose sendiri mendengar semua ucapannya.
"Kamu tidak boleh kemanapun. Aku tidak akan mengizinkannya. Mengenai semua hutang keluargamu, aku tidak butuh di bayar dengan uang, melainkan dengan pernikahan yang sudah kita sepakati bersama. Di luar dari pernikahan kamu tidak bisa kemanapun karena aku masih berstatus suami mu." Daniel membalas dan tidak ingin kalah.
Di saat itupun Rose tidak suka melihat perdebatan antara Daniel dengan Queen. Ia hanya tidak ingin kekasihnya itu terlalu lama berhadapan dan saling berbicara. Ia pun mendekat.
"Memangnya kenapa tidak boleh jika wanita ini membayarnya dengan uang, Daniel? Bukankah hutang mereka juga berupa uang? Atau jangan-jangan ini semua hanyalah alasan. Jawab dengan jujur padaku, Daniel," timpal Rose dengan jelas.
Ucapan itu sampai membuat Queen mengerutkan keningnya. Hingga ia kebingungan, lalu batinnya berkata. 'Apa mungkin semua ucapan Rose benar? Kalau Daniel memang memiliki alasan kenapa tidak menginginkan aku membayar hutang itu dengan uang. Tapi, jikapun Daniel setuju aku harus mengambil duit dari mana?' Batin.