Tak lama kemudian aku pun sampai di basecamp yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah.
"Hmm udah lama gak kemarih"
"Onad!" Rian melambaikan tangannya, "marihh"
Aku membuka helm lalu berjalan menghampiri Rian.
"Kuyy naik" ucap Rian di depan tangga kayu ke arah atap.
"Ngapain? Benerin genteng?"
"Udah naik aja kuy" Rian naik ke atas tangga.
Aku pun mengikutinya.
"Anjayy itukan ganja!" Aku membelalakan mata tak percaya. Sejak kapan teman-temannya menanam tanaman ini?
"Kenapa? Sama-sama ciptaan Tuhan kan? Apa yang salah?" tanyanya, "malahan lo juga make dia digambar sepatu lo"
"Adidas?" Tanyaku dengan kepala yg sedang menunduk menatap barang yang membungkus kakiku, "ini sih hampir setiap orang pake"
"Kuyy la" Ujar Rian yang lagi menarik tanganku.
"Kemanaa lagi coba? Ada apa lagi..." mataku melebar sempurna melihat kegiatan yang mereka lakukan. "Ehh buset kalian ngapain?"
"Kalo bandel jangan setengah-setengah, nih ambil"
"Na-nar-ko-baaa? Gilaaa!! Sebandel-bandelnya gua. Gua gak mau ngerusak masa depan gua dengan cara kaya gini. Efeknya sadis breh. Lebih sadis dari persetanan yang dibuat mimi perih!"
"Udah lah nad. Lu ngomong gitu karena belum nyobain. Kita care sama lu. Gua tau lu lagi banyak masalah kan?" Jelasnya.
Aku pun berlari menuruni tangga. Aku tidak memperdulikannya.
"Syal! Apa iya gua harus..." belum selesai aku berbicara seseorang menepuk pundakku.
"Oyy nad!" Lo mah maen tinggalin gue aja" ujar Dona. "Gue nyariin lo"
"Eh Don. Ngg anu gua" jawabku grogi, "guaa ada janji Don, duluan ya!"
Untuk menghindar pertanyaan Dona aku langsung berlari ke arah motor.
"Lah dia beneran marah cuma karena gue bangunin jam setengah 6?" Tanya Dona
Dengan cepat ku melajukan motor dan pergi dari basecamp.
***
Mail memelankan laju motornya saat melintasi depan halte bus sekolahnya. "Kalian duluan aja" ujarnya pada temannya.
"Nunggu siapa?" Tanyanya pada seorang yang ia kagumi.
Sindi mendengak menatap Mail yang lebih tinggi darinya. "Nunggu angkot Il tapi gak ada yang lewat"
Mail mengulas senyumnya, "mau kemana? Biar gue anter"
"Ah gak usah Il"
"Udeh naik cepet" Ujar Mail memberikan helmnya, "kayak sama siapa aja lo"
"Lo bukannya mau nobar sama temen-temen lo?"
"Lo prioritas gue"
Sindi tersenyum lalu naik ke atas jok motor Mail, "maaf ya Il"
"Lo minta maaf mulu" Perkataan Mail menjadi penutup bagi keduanya, setelah mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Sial!!!" Ucapku setelah sampai Makcik.
"Napaa lo dateng-dateng ngomel? Bonyok lo ribut lagi? Atau kakak lo makek baju lo?" Tanya Aldi.
"Dari kemarin sial banget hidup gua!"
Saatku sedang mendengus kesal tiba-tiba mataku langsung menuju ke arah seorang Wanita.
Aku mengedipkan mataku berkali-kali untuk memastikan apa yang baru ku lihat. Otakku mengingat kejadian beberapa waktu lalu.
Tanganku yang sedari tadi terkepal langsung kembali ke bentuk semula saat mataku beradu oleh wanita tersebut.
Tanpa sadar sudut bibirku tersenyum.
"Imuttt"
"Hahh? Apa?" Tanya Aldi.
Aku tersadar dari lamunanku, "bentar gua kesono dulu" Ucapanku sambil melangkah ke arah luar.
"Onad lo nyari apasih?" Tanya Aldi sambil menepuk pundaknya.
"Ada bidadari nyasar ke sini"
Aldi menepuk kepalaku, "waras lo!"
"Gua cuma melihat kejanggalan aja" aku tersenyum ke arah yang waktu itu kata Andre namanya Bunga.
"Lo liatt apasih? Tanya Aldi yang masih memperhatikan halaman luar Cafe.
"Gue lihat bidadari nyasar sini woi, lo gak percaya?"
Aldi menyandarkan tubuhnya pada kursi, "serius Nadd!"
"Liat aja sonoh" aku merogoh saku jaket dan mengambil smartphone kesayangan.
Aldi masih memperhatikan halaman depan Cafe, "gak ada tuh bidadari nyasar Nad"
"Liat aja yang bener" aku menaruh kembali smartphone dimeja, "kayanya gue kena sihir"
"Aneh lo" Aldi menatapku kesal, "tadi katanya ngeliat bidadari nyasar sekarang kena sihir"
"Lah gue bingung napa gue ngomong gitu" aku memijat pelipisku, "kayaknya itu Cafe ada setannya"
"Lo setannya"
Bunga ke Cafe itu hanya untuk mengerjakan tugas sekolahnya bersama teman kelompoknya.
Bunga menautkan alisnya, "kayak pernah liat"
"Kenapaa?" Akbar menatap Bunga yang bertingkah kebingungan.
"Gakpapa" Bunga memperhatikan seseorang yang duduk di sudut ruangan dekat kaca.
"Lo liatin siapa?"
"Bukan siapa-siapa, Akbar" Bunga kembali meminum starbucks, "balik yuk!"
"Entar, bentar lagi" Ujar teman sekelompoknya.
"Gua mau balik" Rengek Bunga kembali.
"Yaudah lu balik duluan aja" Jawab Akbar.
Sedari tadi Bunga merengek minta pulang karena memang ia tidak suka disini, bau asap rokok membuat dadanya sesak.
Bunga bangun dari tempat duduknya.
"Mau kemana?" Tanya Akbar.
Bunga tidak menjawab perkataan Akbar, ia melanjutkan langkahnya keluar dari halaman Cafe tersebut.
Dan akupun sibuk memainkan game favoritku, mengabaikan perkataan Aldi yang terus bertanya tentang bidadari yang kulihat.
Ting!
Rain
"Lo dimana?
16.06
Ting!
Rain
"Jemput gue bisa ga?"
16.08
Aku menghela nafas gusar lalu membuka roomchat kakak.
Gak
16.08
Sekali pengertian sama kakak gabisa?
16.10
Gak
16.11
Please lah dek
Gue sendirian:"
16.09
EGP
16.10
Adek lucknut lo
Anjing
16.10
Gue aduin bunda sama
Ayah biar uang jajan lo
dipotong karna menelantarkan
Kakak lo yang cantik ini hm
16.11
Gue serius ini Onad
16.11
Brisik lu
lu dimana, send lock ntar gue otw
16.12
Aku mengambil motorku setelah Kakak mengirim lokasinya.
"Gue duluan yaa" Seru ku pada Aldi
"Kemana lo? anak-anak belom dateng"
"Nenek lampir gue minta jemput"
"Oh okelah atiati Nad!"
Aku melangkah keluar Cafe, mataku sempat melirik Bunga yang menunggu jemputan.
"Nad latihan kuy" ucap seorang yang berhasil menghentikan langkahku.
"Gak bisa. Besok aja" Tolakku.
Aku baru mengingat kalau hari ini ada janji latihan Skateboard. Ah, sial kenapa aku harus menjanjikannya hari ini.
"Ahh gakgakgak. Kemarin lusa lu bilangnya hari ini. Masa hari ini bilang besok lagi" Ujar Andre.
"Kakak gue minta jemput"
"Ahh bodoamat tipu-tipu doang" serunya sambil menarik tanganku.
"Pada demen amat narik tangan gua? Ah elah. Yaudah gue jemput kakak gue dulu habis itu baru latihan"
"Yaudah gue ikut"
"Gak usah tar ribet lo bolak-balik soalnya kan gue juga balik dulu tar ke rumah ngambil skate"
"Yang ada kalo lu balik lu gak bakal latihan. Lagian kan kemarin skaate lo ketinggalan dirumah gue."
"Ya terus lo maunya apa? Gue jemput kakak gue dulu dia udah ngoceh-ngoceh. Pusing pala gue dengernya"
"Kakak lo dimana?"
"Likty Store"
"Nah itukan searah sama rumah gue, jadi entar sebelum jemput kakak lo kita kerumah gue dulu ambil skate, ok?"
"Serah lo dah" Ujarku seraya menghidupkan motor.
"Nad udah lama gak balapan. Nad balap gue" Ujar Andre dengan kecepatan motor yang sangat kencang.
"Gilaa lo ndre! Ini digang, tolol! Kalo ada nenek-nenek nyebrang mendadak gimana? Mimi peri tiba-tiba mendarat? Atau kucing beranak ditengah jalan?" Teriakku dengan masih berusaha membalap Andre.
"Gak ada Nad!! Balap!!" Andre menambah kecepatan dengan ala-ala pembalap internasional.
"Anjinggg ngegas!!"
"Brukkkk!!"
Andre menyerempet seorang wanita yang sedang berjalan.
"Kan begok!!!" Aku memperlambat laju motorku.
Andre menghentikan motornya lalu berlari ke arah wanita yang ia serempet tadi.
"Ada-ada aja lo" Aku ikut berhenti dan menyusul Andre.
Aku menahan agar tidak tertawa. Posisi yang sangat lucu menurutku. Wanita itu terkurap ala-ala Superman yang sedang terbang.
Andre tertawa terpingkal-pingkal, bukan menolongnya.
Aku menggeplak kepala Andre "kualat mampus lo!"
"Kalo jalan tuh pake matt-" Ucap wanita itu belum selesai lalu terdiam melihatku.
Bunga menautkan kedua alisnya, "cowok ini lagi?"
Andre terdiam melihatku dan Bunga saling bertatapan.
Sorot matanya yang tajam disertai bulu mata yang lentik. Ya Allah indah sekali matanya. Bahkan untuk berkedip saja aku tidak mampu. Apakah ini yang dinamakan bidadari yang begitu anggun nyasar ke bumi?
Aku bertatapan cukup lama. Hingga akupun tak sadar dia dalam posisi ala-ala Superman kepleset.
"Ekhem" Andre berdehem, "Lo berdua saling kenal?
"Gue tunggu motor" Aku melangkah ke arah motor, "ini jantung gue kenapa?" Ujarku seraya mengelus dada sambil melangkah ke arah motor.
Andre memberikan tangannya pada Bunga, "Sinih gue bantu"
"Gak perlu" Bunga terbangun seraya membersihkan pakaiannya yang kotor.
"Lutut lo luka" Ucap Andre kemudian.
Bunga berdiri lalu berjalan meninggalkan Andre dan matanya masih terfokus memperhatikanku yang sedang memainkan ponsel diatas motor.
"Woy lu seriusan gapapa?" Andre menarik tangan Bunga.
"Gak" Bunga menghempaskan tangan Andre, "Lain kali kalo naek motor gunain otak juga biar gak ngerugiin orang laen"
Andre menelan salivalinya, "Sorry"
"Gue gak nerima permintaan maaf yang tidak ikhlas" Ujar Bunga mengulang ucapanku beberapa waktu lalu seraya melanjutkan langkahnya yang melewati ku.
Amarah masih memenuhi otaknya, Akbar tidak ingin pulang dari Cafe sampai ia harus menyelesaikan tugasnya.
Andre melangkah ke arahku lalu duduk diatas jok motornya, "gue merasa bersalah Nad"
"Udah terjadi mau diapain? Lagian lo udah minta maaf"
"Iya juga sih" Andre menghidupkan mesin motornya, "Kuy Nad lanjut"
Aku pun juga menghidupkan kembali motor sambil memperhatikan punggung Bunga yang semakin menjauh.
"Superman jalanan" Desihku dengan tertawa kecil.
Ting!
Rain
Wey bangke lo dimana?
16:45
Sabar tai lagi otw
Ada kendala
16:47
Cepetan
16.47
Sabar
16.48
Aku menaruh ponsel disaku celana lalu menyusul Andre yang sudah melesat pergi.
"Ndre!" Ujarku setelah berhasil menyamai laju motor Andre.
Andre menengok sebentar lalu fokus kedepan.
"Lo duluan aja ke taman biasa kita latihan, gue jemput kakak gue abis itu gue nyusul lo"
"Oke" Andre mengangguk seraya memberikan ibu jari tangan kirinya.
Aku pun berpisah dengan Andre di perempatan. Andre lurus sedangkan aku belok ke kanan.
"Lama" Ujar Rain setelah aku sampai tepat didepannya.
"Gak sabar lo. Masih mending gue jemput, mau nunggu sendirian?"
"Yayayayaya" Rain menerima helm pemberianku.
"Si yonglex emng kemana?"
"Dia ada urusan jadi gue ditinggal disini sendiri" Jawab Rain yang kini sudah duduk dibelakangku.
"Cowok bangsat kek gitu mending lo putusin kak" Aku melajukan motorku dengan pelan.
"Lo pikir putus itu gampang hah?"
"Emang susah?"
"Makanya cari pacar biar lo tau!"
"Males"
"Dasar guy"
"Pacaran itu dosa, kamu gak akan kuat"
"Soo iya banget adek gue"
Aku terkekeh, "gue anter lo sampe depan gerbang aja ya, gue mau keluar lagi"
"Mau kemana lagi lo?"
"Kemana kek udah gede ini"
"Entar ayah sama bunda mau ke Belgium"
"Baguss"
"Kok bagus?"
"Hidup gue bebas gak ada yang cerewet selain lu"
"Lo gak boleh gitu dek"
"Serah gue lah" Aku mengendikan bahuku acuh, "gue mau lo putusin si Yonglex bangsat itu"
"Pacar gue namanya Rico kenapa lo panggil Yonglex terus sih"
"Suka suka yang suka"
"Yain bodo amat"
Tidak ada yang berbicara setelah itu, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing sampai aku mengantar kakakku ke depan pintu gerbang rumah.
Rain turun dari motor lalu memberikan helm pemberianku.
"Manusia emang susah ya bilang makasih" Sindirku.
"Makasih adek ku tersayang", Rain mencubit pipiku, "lo jangan balik malem-malem ya soalnya gue mau ke Jogja buat tugas kuliah gue jadi sebelum gue berangkat pengen liat lo dulu"
"Gak janji" Aku melajukan motor ke arah taman tempat latihan Skateboard.
Aku emang hobby main Skate. Bahkan aku merupakan ketua komunitas Skate tersebut. Tapi, itulah yang menjadi masalah besarku. Setelah ku menjadi ketua, namaku semakin famous terutama pada kaum hawa.
Karena adanya kesalahpahaman yang menyebut kalau aku ngerebut pacar temenku sendiri. Jadi, sekarang komunitas Skate terpecah menjadi 2. Yang satu diketuai oleh aku sendiri dan yang satunya diketuai oleh Ardi. Dan sampai saat ini aku dan Ardi adalah Rival.
Bukan hanya Ardi musuhku, tapi masih banyak lagi. Terutama Egar, ketua Kelompok sekolah sebelah ia sering kali membuat ulah denganku.
Bahkan aku dan mereka sering dipanggil BK karena sering tawuran dengan kelompok itu. Bukan aku yang memulai, aku tidak pernah memulai keributan.
"Nadd!, udah lama gak kemarih" Ucap seseorang dibelakang setelah memarkirkan motorku.
"Ardi? Iyanih gue baru sempet kemarih" Ujarku setelah melihat itu Ardi karena sudah lama tidak bertemu.
"Haha bukannya gua denger-denger lo gak kemari semenjak kita ada problem?"
"Denger gosip rendahan dari mana? Gua emang udah males sih kemarin, bosen"
"Cihhh, gak percaya gua. Bukannya Skate itu hobi lu? Gak mungkin orang bosen dengan hobinya?"
"Lo tau playboy? Akan ada saatnya dia fokus ke satu cewek. Kalo emng dia udah bosen dengan permainannya" Ucapku berjalan meninggalkannya, "Dah lah gua males berdebat"
"Lo gak pernah berubah"
Aku tidak menggubris perkataan Ardi dan melanjutkan ke arah teman-teman yang sudah lama ku kenal.
"Dre? Lo anjing daritadi disini bukannya manggil malah diem"
"Hehe, lo udah kelar negosiasi sama musuh lo?"
"Ah udah lah gua balik. Ngantuk bet ini gua. Bodoamat lo bilang palkor kek pelakor kek pelacur kek gapeduli!" Seruku lalu meninggalkan mereka.
"Lah lo gak jadi latihan lagi? Terus lo kesini ngapain? Absen muka doang?"
"Au amat" Aku balik arah, berjalan kembali ke arah parkiran.
"Mampus lo Ndre. Onad ngambek" Ujar Ravi