Zalina tersenyum pada gadis cantik di hadapannya. "Saya ingin bertemu dengan bapak Benediktus Frans. Saya teman baik Ibu Zalina Maharani. Tolong katakan saja demikan."
"Ah, teman Ibu Zalina. Sebentar saya telepon ke ruangan pak Frans dulu."
Arista hanya mengikuti gerak gerik Zalina. Ia percaya bahwa saat ini Zalina sedang berjuang untuk ketiga anaknya. Arista tidak mau, jika anak-anak akan mengalami hal yang tidak menyenangkan.
"Mbak, pak Frans menunggu di ruangannya. Saya antar ya," ujar gadis cantik bernama Novi itu.