Siang itu, teriknya mentari tidak membuat Kenza merengek, ia tetap berdiri diposisinya. Gadis itu dengan sabar ikut mengantri didepan penjaja siomay yang berjualan didepan sekolahan Kenzo.
Kenzo menyuruhnya kemari selepas ia pulang dari sekolah. Kenzo bilang ia akan mengajaknya jalan-jalan sehabis pulang sekolah. Kenza tentu saja senang, jarang-jarang Kenzo mengajaknya pergi keluar.
"Lo bukan murid sini kan?" Seorang siswa laki-laki tiba-tiba datang dan mengambil posisi tepat dibelakangnya. Kenza tidak sedikitpun menoleh membuat laki-laki yang berada dibelakangnya mengumpat kesal.
Tidak menyerah, laki-laki tersebut bergeser hingga kini ia berdiri tepat didepan Kenza.
Kenza tidak suka antriannya diserobot seperti ini, gadis itu akan membuka mulut tapi urung begitu teringat ucapan Kenzo yang memintanya untuk tidak berbicara dengan orang yang berjenis kelamin laki-laki selain Kenzo dan papahnya.
Kenza memilih berbalik sambil menghentakkan kakinya kesal. Pokoknya ia akan minta Kenzo untuk membelikannya siomay.
"Aduh duh princess kenapa lo panas-panasan disini?" Kenza menolehkan kepalanya saat mendengar suara yang sudah tidak asing ditelinganya.
Kenza diam, dan Brill menepuk dahinya pelan ketika sadar arti diamnya Kenza pasti karena ulah manusia es batu yang sialnya jadi sahabatnya.
"Ayuk, pegawal Brill antar pada paduka raja!" Brill lalu berbalik diikuti Kenza dibelakangnya. Ia melirik ke belakang, menatap sinis pada cowok yang tadi mendekati Kenza. Lihat saja, ia akan mengadu pada yang mulia Kenzo.
Sedangkan cowok yang berseragam sama dengan Brill mengepalkan tangannya erat, emosi seakan mengumpul dikepalanya. Sial.
***
"KENZOO!" Kenza berhambur memeluk Kenzo, mendekap tubuh tegap itu dari belakang, posisi yang paling disukai Kenza.
"Kenza kangen Kenzo," ucap Kenza.
"Tadi pas sampe sini Kenza ngantri beli siomay, eh terus ada cowok yang seragamnya kayak Kenzo nyerobot tempat Kenza, Kenza sedih loh."
"Pokoknya Kenzo harus beliin Kenza siomay yang ada didepan gerbang sekolah." Kenza bercerita tanpa diminta.
Kenzo membalikkan tubuhnya, tapi tidak melepas pelukan diantara keduanya. "Cowok?" Lelaki itu menaikkan sebelah alisnya.
Kenza mengerjap, "Tapi Kenza nggak ada ngomong sama cowok itu, Kenza juga nggak ngomong sama Kak Brill pas dia tanya." Gadis itu buru-buru melaporkan. Tidak ingin Kenzo salah paham, dan berakhir mendiamkannya.
Kenzo mengangguk, merasa cukup dengan penjelasan gadisnya, sebenarnya ia sudah tau apa saja yang telah terjadi pada Kenza tadi dari awal lewat cctv, tepat begitu kaki gadis itu menginjak gerbang sekolahannya.
Kenzo hanya sengaja memancing Kenza untuk bercerita, itu saja. Dan nanti ia akan membuat pelajaran pada lelaki yang sudah mengajak gadisnya bicara. Ya, seposesif itulah Kenzo.
Dan untuk alasan itulah Kenzo tidak memasukkan Kenza disekolah yang sama dengannya, ia bukan pribadi yang suka bagi-bagi, ia tidak suka miliknya dilihat orang lain dengan tatapan mendamba.
***
Kenzo senang saat gadisnya itu begitu patuh menuruti semua kemauannya. Sebagai hadiahnya ia mencium mesra bibir Kenza, melumatnya semakin dalam hingga lidah Kenzo mendesak untuk masuk. Mereka saling bertukar saliva, dan saling membelit lidah.
"Ahh, Kenzohh!" Kenza mendesah saat payudaranya diremas Kenzo, tidak sampai disitu Kenzo juga mencubit putingnya dari balik baju seragamnya.
"Sayang kamu!" Kenzo melepas ciumannya begitu kenza memukul dadanya pelan. Dahinya ia sandarkan pada bahu Kenza yang sempit tapi selalu membuat ia nyaman.
"Aku pengen enaena sama kamu."
"Enaena itu apa Kenzo?"
"Aku pengen ini masuk sini!" Kenzo semakin merapatkan tubuh keduanya, menggesekkan alat kelamin mereka dibawah sana.
"Nggh Kenzo."
"Emangnya bisa masuk? Kan lubang pipis Kenza kan kecil." Disela desahannya Kenza masih bisa bertanya dengan polosnya.
"Terus digesek, Kenza suka!" Kenza juga ikut menggerakkan pinggulnya maju mundur, berlawanan arah dengan Kenzo.
Hingga....
_______
TBC